Berita

Zeng Wei Jian/Net

Politik

Kegilaan Massal Ahoker

MINGGU, 23 APRIL 2017 | 14:30 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

ALAS, pasca pilgub usai, semua Ahoker alami post defeated syndrome. Kasian. Mereka stress. Deritanya lebih parah dari Pre Menstrual Syndrome atau sindrom prahaid (PMS). Kalau kelamaan, mereka bisa kena Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Menurut Victoria Lemle Beckner, "Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) is one of the most difficult conditions for anyone to bear."

Saya tau, pastilah berat bagi Ahoker menerima fakta pilgub. Sakitnya tuh di sini. Nyesek. Malu. Mau ditaro di mana muka mereka. Duuuh, ngga bisa dibayangin rasanya.


Seperti penderita PTSD lain, Ahoker jadi gampang marah dan tiba-tiba punya problem kecemasan (anxiety). Mereka merasakan unexplained aches and pains (rasa sakit aneh). Mereka jadi sulit konsentrasi, gairah kerja turun, ketagihan bikin video absurd dan nyepam status galau. Ada ahoker setengah bugil bikin video mengutuki warga DKI sambil hambur-hamburin duit receh. Keoknya Ahok memperburuk mental health issues mayoritas Ahokers.

Tak bisa dipungkiri, Ahoker menderita post defeated syndrome akut. Ada lima ciri khasnya.

Pertama: Anger atau Marah. Ahoker tersentak. Nggak percaya Ahok kalah telak. Ekspresinya adalah kalimat "How did we loose it". Hasil pilgub memang rada jaw dropping dan heart breaking. Ahoker melongo, mulutnya menganga. Mereka nyaris gila. Tak bisa menerima kenyataan.

Di hari kedua pasca kekalahan, Ahoker mengalami: Depression.

Mereka butuh aktivitas soul-searching. Ada yang saling berpelukan, sambil bercucuran air mata. Ada yang masuk kamar sambil teriak-teriak. Histeris. Wild. Lepas kontrol. Jambak rambut sendiri. Ahoker tipe moaning moaner menangis di depan tv screen menonton hasil rekapitulasi data KPU. Meratap senduh. Suara Ahok Jarot semakin terjun bebas.

Silent type Ahoker akan diam-diam berdoa. Menghadap Tuhan dalam kamar gelap. Segelap hati mereka yang patah. Kasian.

Pesan saya, sebaiknya Ahoker jangan mendengar celoteh Jamie Redknapp. Coz, dia akan membuat Ahoker lebih frustasi. He is telling you how shit your "timses" dari PDIP, Golkar, Nasdem berbaju kotak-kotak. Jangan dengarkan yo. He will only push you further down into your pit of depression.

Setelah dua tahap marah-marah dan dipresi, para penderita post defeated syndrome akan masuk tahap selanjutnya. Tahap ketiga adalah HOPE, atau nyari-nyari pembenaran.

Benerkan? Mayoritas Ahoker merilis banyak alasan kekalahan Ahok. Sekenanya. Seenaknya. Ngasal. Ada yang saling tuding, cakar-cakaran di antara mereka sendiri. Ngakak. Pokoknya lucu deh liat tingkah Ahoker mental illness.

Alasan mereka seputar, Tuhan punya rencana lain. Bad luck, cheating opposition, Ahok mau dijadiin menteri dan lain-lain dan sebagainya. Banyak deh. Intinya, ngareeep.

Lalu, Stage Four: Bargaining. Ahoker, macam GM, menggunakan awalan kalimat "kalau saja, kalau saja". Misalnya, Kalau saja Anies ngga mainin isue SARA, Ahok bakal menang...bla, bla, bla. Padahal yang paling sering mainin SARA ya Ahoker. Di tahap ini, Ahoker seakan mulai bisa terima kenyataan. Walau masi tetep gagal move on. Karena closing statemennya masih bilang Ahok is still the best. GM bilang prestasi Ahok tak tertandingi.

NGAKAAAKKK...!!

Finally, Acceptance. Tahap terakhir mereka terima kenyataan, Ahok kalah dan tidak disukai banyak orang. Entah kapan. Ada yang cepat, ada yang lambat. Tergantung kadar kegilaan si Ahoker partikelir.

In friendly jest
, semua Ahoker berada dalam kondisi mass lunatic (kegilaan massal). Terma "lunatic" berarti "an informal term referring to a person who is considered mentally ill, dangerous, foolish or unpredictable, conditions once attributed to lunacy."

Kita yang waras, sudah pasti mesti maklum. Celoteh mereka tidak perlu digubris dengan serius. Ngga usah dimasukin ke ati. Apa pun status, lontaran caci maki dan fitnah mereka, it won't change a thing. Ngga merubah fakta Anies Sandi menang telak. Ketawain mereka aja dengan ringan. Nggak perlu dimarahi. Kasian mereka.[***]

Penulis merupakan aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak)


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya