KETIKA sanubari saya sedang gundah gulana merisaukan Ibu Pertiwi menangisi kemelut perpecahan sedang merundung Tanah Air Angkasa tercinta, adalah sahabat saya yang berwawasan pengetahuan luas, Baduraman Dorpi Parlindungan mengingatkan saya kepada sejarah kelicikan dan kedurjanaan kaum penjajah memecahbelah Nusantara di masa lalu.
Vereenigde Oostindische Compagnie yang berambisi menguasai Nusantara untuk dikuras habis sebagai sumber kesejahteraan Kerajaan Belanda, memang melihat kenyataan peta politik pada masa itu bahwa masyarakat Islam paling memiliki potensi mempersulit angkara murka penjajah dalam mewujudkan kehendak menguasai Nusantara.
Sejarah memang membuktikan bahwa perlawanan paling gigih terhadap angkara murka penjajah di Indonesia memang dilakukan oleh masyarakat Islam Nusantara di bawah pimpinan para tokoh seperti Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien, Laksamana Malahayati, para santri Jawa Timur.
Maka secara sistematis dan masif, penjajah Belanda konsisten dan konsekuen melakukan jurus angkara murka divide et empera alias memecahbelah demi menguasai seperti yang dilakukan Inggeris dan Amerika Serikat terhadap masyarakat Islam di kawasan Timur Tengah sampai ke masa kini.
Spanyol dan Amerika Serikat juga menghadapi perlawanan paling sengit dari masyarakat Islam di Filipina. Maka kaum penjajah juga secara intensif melakukan politik divide et empera terhadap umat Islam demi mampu menguasai Filipina.
Pendek kata kaum penjajah memang senantiasa meyakini kebenaran makna peribahasa "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" maka kaum penjajah selalu bersemangat menceraiberaikan masyarakat yang ingin mereka kuasai!
Rezim Orba melanjutkan politik divide et empera warisan kaum penjajah demi mempertahankan kekuasaan yang sudah terlanjur mereka nikmati. Rezim Orba lupa kenyataan bahwa yang mereka pecah belah bukan kaum penjajah namun negara, bangsa dan rakyat mereka sendiri.
Maka demi kembali menghadapi masa kini dan masa depan, sebaiknya segenap pihak yang sedang asyik saling curiga, saling benci, saling lapor, saling fitnah dan saling mencelakakan sesama bangsa sendiri, berkenan menghentikan angkara murka divide et empera yang tanpa tersadari sedang mereka lakukan terhadap sesama warga negara dan bangsa sendiri.
Jangan lupa pada kenyataan bahwa kaum penjajah sebenarnya sudah berhasil (dengan susah payah) diusir ke luar dari persada Nusantara maka mereka yang kini kita curigai, benci, fitnah bahkan celakakan bukanlah kaum penjajah namun sesama warga bangsa dan negara Indonesia yang sudah berdaulat sejak 17 Agustus 1945.
Maka sebaiknya kita jangan mewarisi apalagi melestarikan jurus politik angkara murka divide et empera kaum penjajah. Jangan hanya akibat mabuk kekuasaan dan haus kekayaan lalu kita sampai tega hati tidak segan memecah-belah bangsa, negara dan rakyat kita sendiri.
Maka marilah kita berhenti memecah belah negara, bangsa dan rakyat kita sendiri demi bersatu terpadu dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika bukan sekedar sebagai slogan politik demi memusuhi sesama bangsa, negara dan rakyat sendiri namun sebagai bekal perjuangan bersama demi mencapai cita-cita terluhur bangsa Indonesia yaitu masyarakat aman, adil dan makmur. MERDEKA
!.
[***]
Penulis adalah penggagas Gerakan Kebanggaan Nasional