Berita

Foto/Net

On The Spot

Banjir Di Kampung Melayu Sempat Setinggi 1,5 Meter

Di Gang Sempit, Warga Andalkan Ban Pelampung
KAMIS, 09 MARET 2017 | 09:46 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Hujan deras kembali mengguyur Jakarta. Akibatnya, ratusan rumah warga di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur terendam banjir.
 
Ketinggian air mencapai 1,5 meter di sekitar lahan yang rendah. Tingginya air yang menggenangi pemukiman, mengakibatkan aktivitas warga lumpuh total. Sempitnya gang, membuat warga hanya mengan­dalkan ban pelampung untuk mengevakuasi wanita dan anak-anak yang ingin meninggalkan rumahnya.

Pasalnya, perahu karet tidak bisa masuk ke dalam gang yang hanya selebar satu meter itu. "Kami tidak bisa kemana-mana, banjirnya tinggi banget," keluhMinah, warga Kebun Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, kemarin.

Namun, menjelang sore, ban­jir mulai surut. Banjir yang sebelumnya merendam rumah warga sejak Rabu dini hari (8/3), masih menyisakan air setinggi paha orang dewasa. Air berwarna hitam kecoklatan terus menggenangi rumah warga yang dekat dengan Kali Ciliwung.

Kendati kotor, beberapa anak-anak asyik bermain di tengahkepungan banjir. "Tumben airnya lama surutnya. Biasanya tak sampai tiga jam," sebut Minah.

Walaupun banjir belum sepenuhnya surut, Minah mulai membersihkan rumahnya yang sedari pagi terendam air setinggi 1,5 meter. Perempuan setengah baya itu terus mengepel lantai rumahnya hingga tampak ber­sih. Namun, sisa air yang sebel­umnya menggenangi rumahnya, masih membekas di lantai satu.

"Yang kena banjir hanya lantai satu. Seluruh perabotan ditaruh di lantai dua agar aman," ujar Minah.

Kendati rumahnya keban­jiran, Minah mengaku sudah tidak kaget lagi. Sebab, setiap hujan deras tiba, rumahnya yang tidak jauh dari Kali Ciliwung selalu kebanjiran. "Biasanya paling tinggi 50 sentimeter. Tapi, sekarang sampai dua me­ter," ucapnya.

Akibat banjir yang sangat tinggi itu, dirinya terpaksa men­gungsi sementara ke tempat sau­daranya di kawasan yang lebih tinggi di Kebon Pala, Kampung Melayu.

Senada, Zakariya, warga Kebon Pala lainnya juga mengakurumahnya turut menjadi korban banjir. "Air masuk rumah dari jam 5 pagi setinggi lebih dari satu meter," ujar pria berumur 35 tahun ini.

Kendati rumahnya kebanjiran, pria satu anak ini enggan men­gungsi ke tempat lain. Sebab, di tempat pengungsian, dirinya selalu jenuh dan suntuk karena tidak ada kegiatan apa-apa.

"Saya bertahan di rumah saja, Paling habis maghrib sudah surut semua," kata dia.

Zakariya menambahkan, banjir yang datang selama ini seringkali hanya numpang lewat. Namun, karena kondisi air yang cepat datang dan pergi, membuatnya harus kerja ekstra keras untuk membersihkan rumahnya.

"Mending banjirnya lama, sekali, biar bersihinnya sekali. Ini sebentar-bentar harus bersih-bersih karena air terus datang," keluhnya.

Akibat banjir yang lama su­rutnya, kata dia, aktivitas warga menjadi lumpuh total. Pasalnya, banyak warga yang tidak bisa bekerja akibat sibuk menge­vakuasi seluruh perabotan dan juga barang berharga ke tempat yang lebih aman.

"Anak-anak juga banyak yang tak masuk sekolah karena tak bisa lewat," kata dia.

Sementara itu, dalam akun twit­ternya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKImenyebut, meningkatnya deb­it air di Kali Ciliwung mengakibatkan permukiman di Kampung Melayu kebanjiran hingga 80 centimeter.

Tercatat ada 16 RTdari empat RW yang kebanjiran. BPBD DKI merinci, wilayah yang terkena banjir yaitu RW 04 Kelurahan Kampung Melayu, air merendam dua RT, yaitu RT 12 dan RT 13, dengan keting­gian 40-80 cm.

Di RW 05, banjir setinggi 40-80 cm merendam wilayah RT 10 dan RT 11. Selanjutnya, RW 07, ada enam wilayah RT yang terendam banjir, yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, dan 16. Enam RTtersebut digenangi air setinggi 20-40 cm.

Di RW 08 Kampung Melayu juga terdapat enam RT yang terendam air setinggi 20-40 cen­timeter. Wilayah tersebut adalah RT 06, 10, 12, 13, 14, hingga RT 15. Tercatat belum ada pen­gungsi akibat banjir ini.

BPBD menjelaskan, air mu­lai masuk kawasan Kampung Melayu pada pukul 05.00 WIB. Banjir disebabkan meluapnya Kali Ciliwung akibat kiriman air dari Bendung Katulampa, Bogor dan pintu air Depok, Jawa Barat yang berstatus siaga 3.

Selain itu, ketinggian muka air di Bendung Katulampa pa­da pukul 02.00 WIB setinggi 60 centimeter, atau menurun dibandingkan pukul 00.00 WIB dan 01.00 WIB setinggi 90 cen­timeter. Sedangkan, Pintu Air Manggarai pada pukul 02.00 WIB 700 cm. Sedangkan pada pukul 00.00 WIB 675 cm dan 01.00 WIB 685 cm.

Walhasil, Pintu air yang ter­golong aman atau siaga IV adalah Bendung Katulampa, Pos Depok, PA Manggarai, Pos Pesanggrahan, Waduk Pluit, Pos Cipinang Hulu, Pos Sunter Hulu, dan PA Pulo Gadung.

Sedangkan pintu air yang berstatus waspada atau siaga III adalah PA Karet, Pos Krukut Hulu, Pos Angke Hulu dan Pasar Ikan.

Latar Belakang
Banjir Masih Menyapa Jakarta Meski Normalisasi Kali Sudah Dilakukan


Hujan deras yang mengguyur Jakarta, Selasa (7/3), mengaki­batkan sejumlah kawasan di ibukota tergenang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, tercatat 24 RW, di delapan kelurahan, tujuh kecamatan, di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir.

Anggota DPRD DKI Jakarta Prabowo Soenirman menilai, langkah normalisasi sejumlah sungai di Jakarta yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebab, banjir masih saja meren­dam sejumlah wilayah di ibu­kota, kendati normalisasi sungai sudah dilakukan di berbagai kali. "Jakarta bebas banjir usai normalisasi sungai hanya klaim sepihak. Bukti di lapangan jauh dari kenyataan. Banjir tetap saja menggenang," kritik Prabowo di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, relokasi wargayang tinggal di bantaran kali ke rusun juga tidak sepenuhnya menghilangkan banjir. Alasannya, di tempat yang sebelumnya direlokasi juga tetap tergenang air. "Ada pengaruh normalisasi kali, tapi sangat sedikit dan tidak dirasakan betul oleh warga," nilainya.

Untuk itu, dia meminta Pemprov DKI gencar melakukan pembersihan terhadap kali-kali yang tersumbat sampah diper­cepat. Apalagi, bulan-bulan ini curah hujan sangat tinggi, se­hingga diperlukan solusi alter­natif di tengah belum tuntasnya proyek normalisasi.

"Sementara bisa disiapkan pompa berukuran besar untuk wilayah yang saat ini masih terendam banjir," saran dia.

Selain itu, Prabowo juga meminta Pemprov DKI untuk mengerahkan petugas Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) dan petugas Dinas Tata Air untuk memper­baiki sejumlah sarana dan pras­ana drainase yang menjadi aliran utama air dari hulu. "Petugas yang sudah ada di setiap kelu­rahan ini cukup signifikan untuk mengatasi banjir," saran dia.

Dengan seluruh elemen pemerintah yang secara sigap menanganibanjir, Prabowo berkeya­kinan Jakarta akan bebas dari banjir kendati hujan deras terus menerus mengguyur Jakarta.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, ketinggian air yang masuk ke rumah-rumah warga bervariasi. Namun dia memastikan, tidak ada warga yang mengungsi akibat banjir kali ini. "Pengungsi nihil," ujar Sutopo.

Berikut ini data dari beberapa wilayah yang terendam ban­jir. Wilayah Jakarta Selatan, Kecamatan Cilandak, Kelurahan Pondok Labu air mulai masuk ke pemukiman warga sejak pukul 21.00 WIB. Akibatnya, RW 01, RT012, ketinggian air 30 cm, RW 03, RT 09, 10, 11, 12, ketinggian air 10 sampai 30 cm. RW 07, RT 06, 07 ketinggian air 10 sampai 40 cm. RW 10, RT 01, 02 ketinggian air 30 sampai 40 cm. "Penyebabnya curah hujan tinggi serta luapan kali Grogol dan Krukut," sebut Sutopo.

Di Kelurahan Bukit Duri, Tebet, air mulai menggenangi rumah warga sejak pukul 04.00 dini hari. Yang terendam yaitu, RW. 10, RT11, 12, 15, keting­gian 10 sampai 30 cm. RW 11, RT 03, 04, 05, ketinggian 10 sampai 30 cm. RW 12, RT 01, 02, 03, 04 ketinggian air 20 s/d 40 cm. Penyebabnya, luapan kali Ciliwung dampak dari Katulampa dan depok siaga 3.

Di Kelurahan Pangadegan, Pancoran, air mulai masuk se­jak pukul 01.00 WIB. Yang terendam yaitu, RW 01, RT 08, ketinggian air 10 sampai 30 cm. Penyebabnya, curah hujan tinggi dan luapan Kali ciliwung dampak dari Katulampa dan Depok siaga tiga.

Di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu yang terendam yaitu, RW 05, RT 05, keting­gian air 110 cm, Terdampak: 20 kepala keluarga

RW 06, RT 11, ketinggian 110 cm, Terdampak: 25 kepala keluarga, 40 Jiwa. Di RT 12, ketinggian 60 cm. Terdampak: 20 kepala keluarga, 55 Jiwa. RW 07, RT 016, ketinggian 40 cm, Terdampak 7 kepala keluarga, 15 Jiwa.

RT 017, ketinggian 80 cm. Terdampak 10 kepala keluarga (KK), 30 Jiwa.

RW 08, RT005, ketinggian 150 cm, Terdampak: 15 KK 40 jiwa. Di RT 008, ketinggian 30 cm, terdampak: 5 KK, 15 Jiwa. Di RW 10, RT012, ketinggian30 cm, terdampak 3 KK, 7 jiwa.

Di Kelurahan Cipinang Melayu, Makassar, Jakarta Timur air mulai masuk sekitar pukul 19.30 WIB. Daerah yang teren­dam adalah, RW 03, ketinggian 10 sampai 30 cm, RW 04, keting­gian 20 cm, RW 07, ketinggian 40 sampai 70 cm. Penyebabnya, luapan Kali Sunter dan Cipinang, dampak kenaikan Ciliwung.

Di Kelurahan Cawang, Kramat Jati, air mulai menggenang pu­kul 20.00 WIB. Daerah yang terdampak, RW 05, RT09, 011, ketinggian air 30 sampai 100 cm. Penyebabnya, luapan Kali Ciliwung, dampak dari Katulampa dan Depok siaga 3

Di Kelurahan Cililitan, Kramat Jati, air mulai masuk pukul 02.00 WIB. Daerah yang terdampak, RW 06, RT 01, 03, 04, keting­gian 40 sampai 100 cm.

RW 07, RT 06, 07, 08, 09 ketinggian 30 sampai 100 cm, dan RW 16, RT 08, ketinggian 30 cm. Penyebabnya, luapan Kali Ciliwung dampak dari Katulampa dan Depok siaga 3.

Terakhir, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, air mulai masuk sejak pukul 05.00 WIB. Daerah yang terdampak, RW 04, RT12, 13, ketinggian air 40 sampai 80 cm, RW 05, RT 10, 11, ketinggian air 40 sampai 80 cm. RW 07, RT 01, 02, 03, 04, 05, 016, ketinggian air 20 sampai 40 cm. RW 08, RT 06, 10, 12, 13, 14, 15, ketinggian air 20 sampai 40 cm. Penyebabnya, luapan Kali Ciliwung dampak dari Katulampa dan Depok siaga 3. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

Survei INSTRAT: RK-Suswono Unggul Jelang Pencoblosan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Eksaminasi Kasus Mardani Maming, Pakar Hukum: SK Bupati Tidak Melanggar UU

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Isran-Hadi Tingkatkan Derajat Wanita Kalimantan Timur

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:43

Maroko Bantah Terlibat dalam Putusan Pengadilan Uni Eropa Soal Perjanjian Pertanian dan Perikanan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:25

FKDM Komitmen Netral di Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:21

Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki Jadi Moderator Debat Perdana Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:18

Aliansi Rakyat Indonesia Ajak Warga Dunia Dukung Kemerdekaan Palestina

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:58

Serangan Israel di Masjid Gaza Bunuh 18 Orang

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:49

Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Peran Ekonomi Rakyat

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:28

Pertemuan Prabowo-Megawati Tak Perlu Didorong-dorong

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:18

Selengkapnya