PADA hari pertama bulan Maret 2017, Raja Salman Bin Abdul Azis Al-Saud dijadwalkan akan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
Kunjungan Raja Salman sebagai Raja Arab Saudi ketujuh, Penjaga Dua Kota Suci, serta Pemimpin Wangsa Saud masa kini merupakan kehormatan istimewa bagi Presiden RI Joko Widodo sebab sejak tahun 1970 selama 47 tahun belum pernah seorang Raja Arab Saudi resmi berkunjung ke Indonesia. Sebaliknya selama 47 tahun tersebut, tidak kurang dari empat presiden Indonesia: KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputeri, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo telah melakukan kunjungan kenegaraan resmi ke Arab Saudi.
Raja Salman akan didampingi 1.500 anggota delegasi termasuk 10 menteri dan 25 pangeran termasuk putera mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman memecahkan rekor jumlah anggota delegasi terbanyak yang mengiringi kunjungan resmi seorang kepala negara ke Indonesia.
Menurut rencana, Raja Salman akan datang dengan menggunakan 7 pesawat terbang kerajaan Arab Saudi. Pihak otoritas Bandara Halim Perdanakusuma akan melakukan perubahan jadwal pesawat reguler saat rombongan Raja Salman dari Arab Saudi tiba di Tanah Air. Penundaan itu akan berlangsung selama 45 menit. Yakni, 30 menit sebelum mendarat dan 15 menit setelah mendarat.
Kunjungan Raja Salman memiliki makna tersendiri sebab kebetulan Presiden Amerika Serikat terbaru, Donald Trump bersikap diskriminatif terhadap Islam dan Timur Tengah sehingga membuat suasana kurang nyaman bagi para investor Timur Tengah.
Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia mulai dilirik dan diperhitungkan oleh negara-negara petro dolar di kawasan Timur Tengah.
Sejak kepemimpinan Raja Abdullah, pendahulu Raja Salman, telah terjadi pergeseran arah politik luar negeri Arab Saudi dengan mulai memposisikan Asia sebagai mitra alternatif hegemoni Barat terutama Amerika Serikat. Maka Indonesia sangat berpotensi menjadi alternatif tujuan bagi para investor Arab Saudi.
Raja Salman akan menjalin ikatan hubungan ekonomi dengan negara-negara Asia terkemuka seperti Malaysia, Indonesia, Jepang dan China, termasuk mempromosikan Initial Public Offering (IPO) perusahaan supra raksasa Arab Saudi, ARAMCO. Penjualan saham Aramco merupakan IPO alias penawaran perdana saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum dalam jumlah terbesar yang pernah terjadi di sejarah ekonomi dunia.
Raja Salman yang kini berusia 81 tahun akan berkunjung ke Jakarta dan Bali mulai 1 sampai dengan 9 Maret 2017 sebelum melanjutkan perjalanan ke Jepang.
Diharapkan Raja Salman akan menghadirkan penanaman modal Arab Saudi di Indonesia dalam jumlah sekitar 25 miliar US dolar atau lebih dari Rp. 333 triliun.
Direncanakan Aramco akan bekerjasama dengan Pertamina dalam membangun kawasan industri refinery dan lain-lain proyek migas.
Tujuan utama kunjungan Raja Salman ke Indonesia adalah ekonomi yaitu IPO ARAMCO namun juga akan dibahas rencana kerja sama di bidang kebudayaan, pendidikan, pariwisata, dan militer. Di bidang militer, Arab Saudi berhasrat menjalin kerja sama keamanan dengan Malaysia dan Indonesia dalam upaya menumpas terorisme.
Memang Arab Saudi tidak mau ketinggalan dari Amerika Serikat, China, Jepang dan Rusia untuk aktif berperan serta dalam kemelut persaingan perebutan pengaruh dalam geopolitik dunia abad XXI.
Kunjungan Raja Salam dengan ribuan anggota delegasi Arab Saudi akan mempengaruhi suasana politik di Indonesia masa kini. InsyaAllah, kehadiran Raja Salman di Indonesia akan secara positif dan konstruktif makin menyejukkan suasana tertib, aman, damai, sejahtera di persada Nusantara tercinta. Selamat datang, Yang Mulia Raja Salma!
[***]
Penulis adalah pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan pembelajar peta geopolitik dunia masa kini