Berita

Foto/Net

On The Spot

Banyak Lubang Menganga Hingga Sedalam 30 Cm...

Menelusuri Jalintim Sumatera
SENIN, 09 JANUARI 2017 | 10:03 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Rakyat Merdeka menelusuri jalan nasional tersebut pada Selasa pekan lalu. Waktu menun­jukkan pukul 3.30 pagi saat kendaraan yang kami tumpangi keluar dari lambung kapal Roll on Roll off (Roro) KMP Legundi dan mulai menelusuri aspal Sumatera.

Target tempat selanjutnya adalah Menggala, Ibukota Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Untuk men­capai tempat tersebut, ada dua pilihan jalan. Pertama, keluar dari pelabuhan mengambil jalan lurus melewati Kota Bandar Lampung. Pilihan kedua, keluar pelabuhan belok kanan, mele­wati rute alternatif Lintas Pantai Timur Sumatera.

Kami mengambil rute kedua, karena jalan relatif lebih sepi, meski jarak sedikit lebih jauh. Namun, waktu tempuh lebih ce­pat hingga dua jam jika diband­ingkan melalui rute Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan papan penunjuk arah, jarak yang harus ditempuh menuju Menggala sejauh 222 kilometer (Km). Jarak tersebut kami tempuh selama tiga jam. Terhitung normal, karena jalanan mulus, dan cukup lebar, seh­ingga pengemudi bisa memacu kendaraannya.

Dari sini, tujuan selanjutnya adalah Kota Palembang, Sumsel. Papan penunjuk arah menye­but jaraknya sekitar 269 Km. Dalam kondisi normal, jarak ini bisa ditempuh dalam waktu lima jam.

Namun, waktu tempuh men­jadi lebih lama. Penyebabnya, jalanan rusak cukup parah. Kerusakan jalanan bervariasi, mulai dari bergelombang atau tidak rata akibat aspal yang tidak kuat menahan beban kendaraan besar yang kelebihan muatan, hingga lubang-lubang kecil dan besar yang cukup dalam.

Jalan tidak rata dimulai dari Menggala, Kabupaten Tulang Bawang hingga Kabupaten Mesuji, Lampung. Permukaan aspal yang tidak rata, tak jarang menyebabkan kemacetan, karena kendaraan besar bermuatan berat harus melewati jalan tersebut dengan kecepatan sangat rendah. Kabupaten Mesuji merupa­kan wilayah terakhir di Provinsi Lampung sebelum memasuki Provinsi Sumsel.

Memasuki wilayah Sumsel, perjuangan melintasi Jalintim yang sebenarnya baru dimu­lai. Jalanan mulai berlubang. Lubangnya bahkan menganga sedalam 30 cm. Jalanan ru­sak membuat kendaraan harus mengurangi lajunya, sehingga waktu yang ditempuh menjadi lebih lama. Tak jarang terjadi kemacetan.

Berdasarkan pantauan, keru­sakan parah berada di wilayah Kecamatan Mesuji dan Kecamatan Lempuing, Sumsel. Lubang besar dan kecil terus membayangi perjalanan hingga wilayah Kota Kayu Agung, Ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Dari kota tersebut hingga Kota Palembang, jalanan pun tidak sepenuhnya mulus. Beberapa lubang kecil masih terlihat di bagian sisi jalan. Total waktu yang harus ditempuh dari Bakauheni hingga Kota Palembang mencapai 9 jam. Satu jam lebih lama jika dibanding­kan dengan kondisi jalan dalam keadaan mulus.

Memasuki Kota Palembang, jalanan terbilang mulus. Namun, pemandangan berbeda tam­pak saat menuju keluar Kota Palembang ke arah Provinsi Jambi. Jalan rusak mulai keluar dari Kota Palembang.

Lubang-lubang menganga mulai ada di Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Kerusakan terus terlihat meman­jang hingga memasuki wilayah Kecatam Betung, Kecamatan Sungai Lilin dan Kecamatan Bayung Lencir, di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumsel, hingga beberapa kilometer je­lang batas Provinsi Jambi.

Kerusakan jalan mengakibat­kan waktu tempuh Palembang-Jambi yang normalnya lima jam, meleset satu jam. Bahkan, bisa lebih bagi kendaraan-kendaraan besar bermuatan berat yang be­nar-benar harus berjalan pelan jika tidak ingin terbalik.

Selain itu, kerusakan juga me­nyebabkan jalan menjadi rawan kecelakaan. Lubang-lubang yang menganga juga menjadi sangat berdebu dalam kondisi kering, dan jadi kubangan jika dilanda hujan. Tak jarang ken­daraan terperosok ke dalam kubangan tersebut.

Di tengah perjalanan, Rakyat Merdeka mampir ke rumah makan milik Sianturi, war­ga Kecamatan Mesuji, OKI, Sumsel. Tempatnya tak begitu besar, dan merupakan bangunan semi permanen.

Beberapa meja dan kursi dil­etakkan di bagian depan rumah makan khas Batak tersebut. Sambil melayani permintaan pesanan, Sianturi turut menye­salkan rusaknya salah satu jalur tersibuk di Indonesia itu.

Kata dia, jalan aspal di daerah tempatnya tinggal ini sering diperbaiki. Namun, perbaikan tidak bertahan lama dan jalan cepat rusak. "Jalan di sini tidak pernah bagus. Sudah diperbaiki, tapi sebulan kemudian rusak lagi dan berlubang," katanya saat ngobrol.

Tak jarang, lanjut Sianturi, kendaraan-kendaran terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam di Jalintim. "Yang paling bahaya kalau pengendara motor sampai terperosok ke lubang lalu jatuh. Namanya di Jalintim, kendaraan melaju kencang, dan banyak truk bermuatan berat, maka fatal akibatnya," sam­bungnya.

Keluhan turut disampaikan sopir truk ekspedisi, Parlan. Kata dia, kemacetan jadi pemandan­gan rutin di jalanan yang ber­lubang. Namun, lanjutnya, selain jalanan berlubang, jembatan ru­sak juga turut menjadi salah satu penyebab antrean kendaraan.

Akibat kemacetan tersebut, tambah Parlan, waktu tem­puh dari satu tempat ke tempat lainnya menjadi lebih lama. "Padahal di jalan kan kita sudah menyusun target, jam tertentu harus sudah sampai di kota A atau B. Kalau jalan begini, ya meleset semua," keluhnya.

Lebih lanjut, kata dia, mol­ornya waktu tempuh juga beraki­bat bertambahnya pengeluaran. "Selain itu, kerugian juga bisa bertambah kalau barang yang dibawa busuk, atau tidak bisa di­gunakan lagi akibat terlalu lama di jalan," tandasnya.

Latar Belakang
Dalam Satu Tahun, Hanya Dua Bulan Saja Jalur Lintas Timur Sumatera Bagus...

Jalur lintas timur (Jalintim) Sumatera dibangun pemerintah sekitar tahun 1960-an sebagai jalan transmigrasi. Pada masa awal, jalan dibangun dengan lebar empat meter.

Namun, dengan laju perkem­bangan ekonomi, maka jalur lintas timur kembali ditingkatkan pada tahun 1970. Saat itu hanya pemadatan tanah, dan kini berubah menjadi aspal. Sehingga, total lintas timur kini men­jadi 2.508,5 km dari Lampung hingga Aceh. Sebelumnya, jalan ini hanya dari Lampung hingga Jambi.

Kurang tertibnya pengguna jalan yang melintasi jalur lintas timur, maka ruas yang tadinya mulus menjadi berlubang dan jalan cepat rusak. Berdasarkan data yang ada, tonase kendaraan yang melewati ruas ini melebih berat beban.

Setidaknya, kendaraaan yang melewati jalur ini ke­banyakan truk pengangkut ha­sil produksi berbeban 40 ton. Bahkan, ada truk pengangkut besi yang mencapai 70 ton, se­hingga menyebabkan Jembatan Lempuyang, Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, patah pada pertengahan Januari tahun lalu.

Perbaikan jalan selalu diang­garkan pemerintah setiap tahun. Itu mengingat kerusakan jalan masih rawan terjadi karena be­berapa penyebab, seperti hujan terus menerus, kendaraan berat dan bertonase besar yang melin­tas di jalan tidak sepadan, tanah longsor, dan lain sebagainya.

Selain itu, banyak pula jalan belum diaspal karena tidak masuk anggaran pembangunan jalan baru oleh pemerintah. "Dalam setahun, para sopir hanya ketemu jalan bagus dua bulan," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Angkutan Truk (Apjat) Sumsel, Chairuddin Yusuf.

Dia menambahkan, kondisi Jalintim, khususnya di Sumsel sekarang ini, rata-rata rusak parah. Hal itu turut berpengaruh pada kelancaran transportasi barang. Akibatnya, cost men­ingkat, mulai dari pemborosan BBM, pengikisan ban, bahkan kerusakan kendaraan. "Bukan hanya daerah, jalan dalam Kota Palembang juga banyak yang rusak," katanya.

Dia berharap, ke depan jalan rusak menjadi perhatian pemer­intah. "Karena sepertinya tidak ada harapan, sulit sekali melihat jalan bagus," tandasnya.

Parahnya, kerusakan itu memicu munculnya aksi pun­gutan liar. Jadi, sopir harus siapkan uang untuk "pak ogah" seribu atau dua ribu.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Banyuasin, Sumsel, Abi Hasan menga­takan, kerusakan jalan negara ini, merupakan tanggung jawab Kementerian PU dan Pera, yakni Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah III Sumsel. Baik perawatan maupun perbaikan. "Kami sudah lapor­kan titik-titik kerusakannya," ujarnya.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Banyuasin, Supriadi menjelaskan, kerusakan Jalintim akibat tonase kendaraan berlebih. "Ditambah guyuran hujan, genangan air memperbu­ruk jalan," imbuhnya.

Ketua DPRD Sumsel HM Giri Ramanda N Kiemas saat meninjau kondisi jalan tersebut menyatakan, ada sekitar 20 km mendesak diperbaiki. Dana dari APBN yang dibutuhkan Rp 70 miliar. Selain itu, jalan lintas Baturaja-Ogan Ilir juga serupa. Banyak jalan berlubang sepan­jang jalur peninjauan tersebut.

Selain Sumsel, kerusakan juga terjadi di bebebera wilayah di Provinsi Lampung. Arus kendaraan yang melintas dari Lampung menuju Sumatra Selatan dan sebaliknya, tergang­gu dengan rusaknya jalan lintas timur (Jalintim). Kemacetan kerap terjadi karena kendaraan truk barang saat melintasi lubang jalan, terpaksa mengurangi ke­cepatan.

Ruas Jalintim yang rusak mulai terlihat dari Tegineneng (Pesawaran) hingga Terbanggi Besar (Lampung Tengah). Ruas tersebut lubang jalan terpantau beberapa titik di badan jalan. Kerusakan terparah di Jalintim ruas Kampung Astra Ksetra hingga Unit II, Kabupaten Tulangbawang. Di ruas terse­but, lubang jalan diameternya dan kedalamannya berbagai ukuran mengganggu pengendara kendaraan. "Lebih dari seribuan lubang jalan saat kami melintas di Kabupaten Tulangbawang," kata Hendra, warga Menggala.

Menurut dia, kerusakan Jalintim sudah terjadi sebu­lan lebih sejak musim hujan. Hingga pertengahan Desember belum terlihat adanya perbaikan atau penambalan lubang jalan. "Biasanya, kalau diperbaiki menjelang arus mudik Lebaran," ujarnya.

Kasatlantas Polres Tulangbawang AKP Adit Prayitno membenarkan, kondisi Jalintim saat ini rusak parah di wilayah tugasnya. Pihaknya hanya bisa mengimbau pengendara motor dan mobil untuk waspada dan mengurangi kecepatan karena lubang jalan mengancam kes­elamatan. "Tugas kami hanya mengimbau agar pengendara lebih waspada dan hati-hati," tuturnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

Survei INSTRAT: RK-Suswono Unggul Jelang Pencoblosan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Eksaminasi Kasus Mardani Maming, Pakar Hukum: SK Bupati Tidak Melanggar UU

Minggu, 06 Oktober 2024 | 14:02

Isran-Hadi Tingkatkan Derajat Wanita Kalimantan Timur

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:43

Maroko Bantah Terlibat dalam Putusan Pengadilan Uni Eropa Soal Perjanjian Pertanian dan Perikanan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:25

FKDM Komitmen Netral di Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:21

Ariyo Ardi dan Anisha Dasuki Jadi Moderator Debat Perdana Pilkada Jakarta

Minggu, 06 Oktober 2024 | 13:18

Aliansi Rakyat Indonesia Ajak Warga Dunia Dukung Kemerdekaan Palestina

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:58

Serangan Israel di Masjid Gaza Bunuh 18 Orang

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:49

Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Peran Ekonomi Rakyat

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:28

Pertemuan Prabowo-Megawati Tak Perlu Didorong-dorong

Minggu, 06 Oktober 2024 | 12:18

Selengkapnya