Berita

Politik

Kerjasama Intelijen Indonesia-Amerika Perlu Ditingkatkan

SABTU, 17 SEPTEMBER 2016 | 23:30 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Staf Khusus Presiden, Diaz Hendropriyono menyatakan, hubungan Indonesia dengan Amerika perlu ditingkatkan, tidak hanya dalam bidang investasi tetapi juga kerjasama intelijen.

Namun, katanya, hubungan kerjasama tidak saja dengan Amerika tetapi juga dengan negara lain, harus didasarkan pada kepentingan nasional kita.

"Dalam kunjungan terakhirnya di Amerika, Presiden Jokowi mendapat komitmen investasi. Namun kita harus mengembangkan kerjasama bilateral lainnya, misalnya kerjasama masalah intelijen, terutama yang berhubungan dengan hal yang penting saat ini, seperti dalam hal cyber. Sehingga ada banyak hal yang bisa ditingkatkan dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat," ujar Diaz Hendropriyono ketika menjadi pembicara dalam acara konferensi kebijakan luar negeri Indonesia, di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu, (17/9).

Tak hanya persoalan di bidang intelijen, Diaz juga memberikan pandangan terkait kontroversi penutupan penjara Guantanamo Bay, Kuba. Penjara Guantanamo menjadi interest karena adanya Hambali disana.

Dalam kaitan dengan Pilpres yang sedang berlangsung di Amerika, Diaz melihat siapapun yang terpilih, apakah Donald Trump atau Hillary Clinton, tidak akan berpengaruh terhadap kelanjutan penjara Guantanamo.

Pasalnya, Donald Trump tidak berniat menutup Guantanamo dan Hillary Clinton yang juga berniat membawa tahanan Guantanamo ke pengadilan Federal, maka tidak ada perbedaan siapa yang terpilih dalam masalah ini karena pada akhirnya Hambali tidak akan kembali ke Indonesia.

"Namun, Indonesia tidak menginginkan Hambali untuk kembali ke Indonesia, seperti juga dikatakan oleh pak Luhut," ujarnya.

Diaz mengingatkan, meski dirinya saat ini sebagai Staf Khusus Presiden, tetapi apa yang disampaikan merupakan pendapat pribadi.

"Ini tentu bukan sikap resmi pemerintah atau Istana, tetapi ini pendapat pribadi," ujarnya usai acara.

Diketahui, Hambali yang diduga seorang WNI, merupakan satu dari ratusan tahanan yang masih mendekam di penjara Guantanamo per Desember 2014 silam.

Hambali yang memiliki banyak nama samaran, dianggap sebagai tahanan berisiko tinggi karena kedekatannya dengan petinggi al-Qaeda dan posisinya sebagai anggota senior Jemaah Islamiyah (JI) serta dituduh bertanggung jawab terhadap beberapa peristiwa pengeboman di Asia Tenggara, termasuk diantaranya bom malam Natal tahun 2000 dan bom Bali pada 12 Oktober 2002.

Topik lain yang menjadi perhatian Diaz Hendropriyono adalah, terkait Indonesia yang akan bergabung dalam Kemitraan Trans Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP).

Ia menilai, konstalasi politik di Amerika saat ini, dari kedua calon Presiden Amerika Serikat (AS) tidak terlalu tertarik dengan gagasan Kemitraan Trans Pasisik ini.

"Masalah TPP. TPP penting diangkat karena Presiden Jokowi menyatakan keinginan untuk masuk ke TPP. Namun, kedua kandidat, Hillary dan Trump, tampak tidak tertarik untuk meneruskan agenda TPP ini," kata Diaz.

Selain itu, kata dia, untuk berjalan TPP harus diratifikasi oleh Kongres, dan tampaknya dengan komposisi Kongres seperti sekarang ini yang kurang pro Obama, akan sulit untuk diratifikasi oleh Kongres.  

"Jadi, tidak akan ada perbedaan apakah Trump atau Hillary terpilih," ucapnya.

Seminar dengan topik 'In the era of Trump and Clinton, Do We Want the Us in Asia? Perspectives on America's Role in Indonesia and the Asia Pacific' tersebut dihadiri oleh mantan diplomat Indonesia, diplomat asing, dan mayoritas mahasiswa. Konferensi kebijakan luar negeri ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

FPCI adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal pada 2014 silam. Lembaga tersebut mempunyai misi mempromosikan dan mempertajam internasionalisme positif Indonesia pada bangsa dan dunia.[dem]


Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya