Berita

joko widodo/net

Pertahanan

Lompatan Besar Di Polri, Lompatan Besar Di TNI?

KAMIS, 16 JUNI 2016 | 13:27 WIB | OLEH: ALDI GULTOM

Keputusan Presiden Joko Widodo mencalonkan Komjen Pol Tito Karnavian untuk posisi Kapolri sebenarnya tak terlalu mengejutkan.

Pertama, bagi orang-orang yang memahami tabiat Jokowi, pasti mereka akan selalu siap dengan kejutan. Dengan demikian, "kejutan" yang sudah disiapkan itu menjadi bukan kejutan lagi (bagi yang mengerti Jokowi).

Kedua, Jokowi mencitrakan dirinya sebagai perombak tradisi lama (revolusi mental) juga "gila" kerja. Dua tabiat itu identik dengan generasi muda. Dalam tradisi kepemimpinan nasional, Jokowi pun masih terbilang muda dengan usia 54 tahun. Cukup bandingkan dengan wakilnya yang sudah 74 tahun. Atau, dengan sahabat dekatnya yang juga menjabat "menteri utama", Luhut Panjaitan dengan usia 68 tahun.


Jika sudah tahu Jokowi suka mengejutkan, perombak tradisi usang, gila kerja, menyukai anak muda berprestasi, maka penunjukan nama Tito bukan lagi kejutan. Justru heranlah kita kalau partai pengusungnya sendiri mengaku kaget atas munculnya nama Tito, meski Tito melompati empat angkatan di atasnya.

Tito Karnavian, pria kelahiran Palembang 51 tahun lalu, lulusan terbaik Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1987, dan paling melejit di antara kolega sebayanya. Prestasinya antara lain memimpin tim yang menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin, membongkar jaringan terorisme di Indonesia, salah satunya kelompok Azhari di Malang, Jawa Timur (2005), bertugas menangkap para tokoh di balik konflik di Poso (2007), terlibat dalam operasi anti teroris menumpas kelompok Noordin M. Top (2009).

Pada 2012, ia dipercaya menjadi Kapolda Papua sampai Juli 2014. Setelah itu ia kembali ke Mabes Polri selama setahun. Pada Juni 2015, ia diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya untuk waktu yang tidak terlalu lama. Pada Maret lalu, ia menerima tugas dari Presiden Jokowi untuk menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme sekaligus kenaikan pangkat menjadi bintang tiga

Tidak sulit untuk mencari catatan penugasan dan jejak akademis Tito di luar negeri. Ia pernah bertugas sembari menimba ilmu di Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda, Jerman, Austria, Rusia, Amerika Serikat, Australia, Saudi Arabia, Mesir, Uni Emirat Arab, Turki, Hong Kong, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Di negara terakhir, Tito meraih gelar Ph.D dalam bidang ilmu Terorisme dan Radikalisasi dalam Islam dari  S. Rajaratnam School of International Studies.

Melihat lagi deretan prestasi dalam puluhan kasus menonjol yang ditanganinya, latar belakang pendidikan dan spesialisasinya di bidang anti teror, plus keuntungan berusia sangat muda untuk pangkatnya sekarang, hampir sulit menemukan pihak yang berani menolak pencalonan Tito. Dukungan terus mengalir, meski ada enam senior bintang tiga yang dilangkahi Jokowi untuk menunjuk Tito. 
 
Kita sudahi membahas Tito dan pencalonannya. Mari kita beralih ke hal lain yang tak kalah penting. Mungkinkah lompatan empat angkatan yang dilakukan Presiden Jokowi dalam regenerasi Trunojoyo-1 akan berlaku pula di tubuh Tentara Nasional Indonesia?

Tentu saja bisa. Apalagi dengan kewenangan luar biasa besar yang dimiliki seorang Presiden, hampir mustahil ada kekuatan yang berani melawan. Apalagi calon itu bersih rekam jejak, muda, berpretasi dan brilian, setidaknya seperti atau bahkan melebihi level Tito.

Di TNI, salah satu perwira tinggi seangkatan Tito (Akmil 1987) yang paling menonjol adalah Mayor Jenderal TNI Andika Perkasa (51 tahun).

Andika juga kenyang dengan pendidikan ala Barat. Tiga gelar akademik Strata-2 dan satu gelar akademik Strata-3 (Ph.D) didapatkannya dari perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat, antara lain di The Military College of Vermont, Norwich University dan Harvard University.

Sama seperti Tito, lompatan karirnya di TNI juga sering jadi sorotan. Misalnya ketika ia dilantik menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres), tiga hari setelah Jokowi resmi menjabat Presiden.

Kala itu, muncul pertanyaan mengapa Danpaspampres tidak dipegang oleh lulusan Akmil Angkatan 86 setelah sebelumnya dijabat Mayjen TNI Doni Monardo (lulusan Akmil 1985). Toh sebelumnya pun, Danpaspmpres dijabat oleh tokoh Angkatan 1984 yakni Mayjen TNI Agus Sutomo.

Sekarang, menantu dari eks Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono (tokoh pemenangan Jokowi di Pilpres 2014) itu sedang bertugas sebagai Panglima Kodam XII/Tanjungpura. Ia juga sebagai lulusan Akmil 87 pertama yang berpangkat Mayor Jenderal.

Posisinya sekarang selaku Panglima Daerah Militer dianggap banyak kalangan tinggal "selemparan batu" untuk mencapai posisi tertinggi yaitu Panglima TNI. Setidaknya ada dua-tiga pos lagi yang mesti dilaluinya.

Panglima yang sekarang, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, masih dua tahun lagi untuk mencapai pensiun (Angkatan 1982). Tapi dengan kekuasaan presiden yang begitu besar untuk mengintervensi regenerasi di TNI-Polri, dan tabiatnya yang seperti disebutkan di awal tulisan ini, bukan tak mungkin akan ada "lompatan besar" untuk urusan puncak kepemimpinan TNI.

Kapankah? Itulah di saat "kejutan" bukan lagi menjadi kejutan. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya