Berita

Publika

Surat Terbuka Jaya Suprana Kepada Golkar

SENIN, 29 FEBRUARI 2016 | 20:41 WIB

SAYA beruntung memiliki beberapa mahaguru dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bidang kebangsaan dan kenegaraan.

Mahaguru kebangsaan dan kenegaraan saya adalah almarhum Soepardjo Roestam yang saya kenal sejak masa beliau menjadi Gubernur Jawa Tengah lalu Menteri Dalam Negeri sebelum menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat di dalam Kabinet Dream-Team sebagai puncak mahakarya kepemimpinan pak Harto.

Dari pak Parjo -demikian panggilan akrab Soepardjo Roestam- saya juga belajar mengenal golongan  de facto parpol paling berkuasa di Indonesia masa Orde Baru yaitu Golkar sebagai panggilan akrab Golongan Karya. Dari pak Pardjo pula saya mempelajari falsafah utama Golkar yaitu pengabdian diri kepada kepentingan bukan golongan apalagi diri namun negara, bangsa dan rakyat Indonesia.


Dari pak Parjo, saya juga belajar bahwa partai politik bukan alat untuk memperebutkan jabatan, kekuasaan apalagi harta benda namun alat untuk mencapai tujuan mengabdikan diri bagi kepentingan negara, negara dan rakyat sesuai teks lagu Padamu Negeri.

Sasaran utama pengabdian Golkar memang bukan kesejahteraan golongan apalagi diri sendiri namun kesejahteraan rakyat. Setelah Orde Baru diganti dengan Orde Reformasi, sebenarnya diharapkan bahwa perjuangan para parpol termasuk bahkan terutama Golkar akan makin menggebu demi kepentingan negara, bangsa dan rakyat.

Namun sayang sekali apa yang terjadi pada kenyataan malah sebaliknya dari apa yang saya harapkan. Di masa Orde Reformasi yang sedemikian menggelora menjunjung tinggi bahkan memberhalakan demokrasi ternyata yang gigih diperjuangkan oleh para parpol termasuk Golkar adalah kesejahteraan parpol bahkan pribadi masing-masing anggota parpol.

Para anggota DPR yang memang hanya bisa menjadi anggota DPR akibat dukungan parpol termasuk Golkar tersandera semangat balas budi kepada parpol pendukung masing-masing. Wajae, mereka lebih mengutamakan kepentingan parpol ketimbang rakyat maka sebenarnya nama Dewan Perwakilan Rakyat seharusnya diganti menjadi Dewan Perwakilan Parpol. Namun mendadak terasa hembusan angin segar sepoi-sepoi membawa harapan masa depan yang lebih baik.

Angin sepoi-sepoi itu terasa segar karena terdengar berita bahwa Golkar yang sempat terpecah-belah akan bersatu-padu kembali. Bahkan demi mempersatu-padukan kembali, para Ketua Umum masing-masing Golkar yang terbelah dua menyatakan tidak akan mencalonkan diri kembali menjadi Ketua Umum.

Bukan main! Berarti para Ketua Umum Golkar memerankan diri masing-masing sebagai suri-teladan pengejawantahan falsafah pengabdian Golkar seperti yang diajarkan pak Pardjo kepada saya yaitu pengabdian tanpa pamrih jabatan, kekuasaan apalagi harta benda namun murni bagi kepentingan negara, bangsa dan kesejahteraan rakyat.

Maka melalui surat terbuka kepada Golkar ini dengan penuh kerendahan hati saya menyampaikan pengharapan agar muktamar Golkar mendatang berhasil terlaksana secara gilang-gemilang.

Insya Allah, Golkar juga berhasil gilang-gemilang dalam memilih Ketua Umum yang berani menyatakan bahwa dirinya tidak akan bergabung ke dalam kemelut perebutan tahta kekuasaan tertinggi menjadi Presiden Republik Indonesia. Karena sang Ketua Umum Golkar yang terpilih ingin benar-benar fokus mengabdikan dirinya bukan demi kepentingan parpol apalagi dirinya sendiri namun demi kepentingan negara, bangsa dan rakyat Indonesia.

Insya Allah, Golkar akan membuktikan dirinya benar-benar merupakan partai politik yang mengabdikan diri bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia, tanpa pamrih kekuasaan!

Apabila harapan kebangsaan dan kerakyatan itu benar-benar terkabul maka sebagai seorang insan rakyat Indonesia, saya akan bersyukur-alhamdullilah dan mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Golkar beserta sang Ketua Umum terpilih yang tanpa pamrih kekuasaan maka berkenan tulus menjunjung tinggi kepentingan negara, bangsa dan rakyat Indonesia nun jauh di atas kepentingan golongan apalagi diri sendiri. MERDEKA![***]

Penulis adalah budayawan, Jaya Suprana

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya