Berita

Publika

MEA, Antara Kesempatan dan Kesempitan

RABU, 06 JANUARI 2016 | 08:54 WIB

AWAL tahun baru 2016 menandakan bahwa MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) telah sepakat dimulai. Pengesahan berlakunya MEA ini sudah ditandai dengan belajarnya supir taksi di Filipina bahasa Indonesia, belajarnya pengusaha Thailand bahasa jawa. Hal ini membuktikan bahwa negara ASEAN yang tergabung dalam MEA sudah siap menghadapi hal ini, bahkan mereka (negara ASEAN) siap menyerang kawasan yang berpotensi untuk usahanya. Artinya, secara kualitas negara-negara sebelah sudah matang. Lalu, bagaimana dengan negara Indonesia? Yang termasuk bagian di dalamnya?.

Indonesia, secara geografis mempunyai potensi yang luar biasa di bidang ekonomi. Tapi realitanya, masyarakat Indonesia tidak bisa memanfaatkan hal itu Karena kurangnya ketrampilan dan skill yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Fenomena seperti ini yang membangkitkan semangat negara-negara lain yang tergabung dalam MEA untuk menyerang negara Indonesia. Lalu, bagaimana dengan Masyarakat Indonesia? Jika lahanya di serang oleh negara lain. Jawabanya hanya ada dua. Pertama, menyerang balik, atau yang kedua, bertahan dan adu ketrampilan di kandang sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sumber daya manusia indonesia mampu untuk unjuk gigi dalam pergelatan ini?

Tantangan bagi masyarakat Indonesia memang untuk membuktikan semua ini, tetapi jika kita melihat fenomena yang terjadi, pekerja Indonesia lebih mengandalkan niat dan tenaga dari pada ketrampilan dan keuletan. Bisa dilihat bagaimana warga indonesia berbondong-bondong ke negeri orang untuk menjadi buruh, sedangkan orang luar negeri berbondong-bondong ke indonesia untuk mencari buruh, beras dari indonesia lebih bagus daripada beras luar indonesia, rumah sakit luar negeri lebih mumpuni daripada rumah sakit di Indonesia. Secara keseluruhan sumber daya manusia di Indonesia masih belum mumpuni jika dihadapkan dengan MEA. Lalu,bagian mana yang harus dibenahi?


Tidak semudah membalik telapak tangan memang jika ingin membenahi sumber daya manusia di Indonesia. Hal paling fundamen yang harus di benahi adalah sistem pendidikan yang digunakan di Indonesia, dimana seluruh masyarakat Indonesia wajib untuk menempuh pendidikan selama 12 tahun. Bagus memang jika dilihat secara kasat mata. Tetapi ada hal yang mengganjal dalam sistem yang diteapkan. Yaitu bersifat teoritis. Misalnya, selama 12 tahun kita dituntut untuk mempelajari ilmu ilmu yang bersifat teori, bukan terapan. Anggaplah matematika, bahasa indonesia, olahraga, fisika, dan mata pelajaran lainya. Untuk apa selama 12 tahun kita mempelajari ilmu itu? Jika kita tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Betul jika pendidikan di Indonesia tidak mengedepankan potensi yang dimiliki individu, tidak mengasah skill individu, tetapi semuanya dipukul rata untuk nemaksakan menguasai semua ilmu yang sudah ditetapkan. Hal ini yang berimbas terhadap bobroknya pekerja Indonesia. Kebanyakan dari mereka tidak benar-benar mempunyai pengetahuan yang cukup trntang pekerjaan yang mereka geluti. Karena selama 12 tahun sekolah, tidak ada pembahasan tentang bagaimana menanam padi yang bagus, bagaimana menangkap ikan yang besar di bawah laut, bagaimana mengolah sumber daya alam yang tidak merusak tetqpi menguntungkan. Tidak heran jika para pekerja di Indonesia tidak begitu terampil dalam melakukan pekerjaannya.

Saat ini, MEA sudah berlangsung, mau tidak mau, siap tidak siap masyarakat indonesia harus fight dalam kesepakatan ini. Tantangan bagi kita semua untuk menganggap hal ini kesempatan atau kesempitan?.



Tafrichul Fuady Absa

Jama'ah PIUSH dan Mahasiswa Akidah Filsafat
Jl. H. Muri Salim IV. Kayamas Residence
Nomor ponsel: 087833225xxx

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya