Berita

Publika

Tafsir Celoteh Mahasiswa Soal Kitab Suci dan Tuhan

SENIN, 28 SEPTEMBER 2015 | 04:12 WIB

BELUM genap satu minggu ini, dunia mahasiswa dihebohkan oleh peristiwa pemecatan seorang mahasiswa salah satu Universitas di Sumatera Utara. Adalah Tuah Aulia Fuadi, mahasiswa semester V Fakultas Syariah yang pendapatnya dinilai melecehkan Al Quran dan Nabi Muhammad. Peristiwa itu berawal dari celoteh Tuah di akun facebooknya.

"Dahulu di zaman rasul, al Quran itu hadir dalam wajah jelek (tampil di kulit kambing) udah lah kepalanya botak (tak berbaris) beraroma busuk pula lagi itu (yg pastinya bau bangkailah). Dahulu al Quran itu memang parah, kehadirannya primitif, beda dengan sekarang. al Quran yang sekarang sudah maju secara profresif. Ia tampil dalam wajah tampan. (di buku)" tulis Tuah di beranda.

"Penafsiran itu hanya rasul dan itu pun satu. sekarang ia sudah mati jadi penafsir tunggal itu sudah ga ada lagi. Yang sebaiknya al Quran itu direvisi saja. Minimal kembalikan saja urusan itu ke Negara, Biar negara saja yang merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan peradaban umat yg lebih progresif, modernis, teknologis dan teknogratis" Lanjut Tuah di kronologi berikutnya.


Pandangan Tuah tersebut menuai kecaman dari pihak kampus. Tak ayal, Tuah dipaksa keluar dari bangku perkuliahan. Pendapatnya yang "liar" itu dianggap melecehkan agama sekaligus mencemarkan nama baik kampus.

Peristiwa ini mengingatkan kita pada kejadian tahun lalu di Universitas Islam Negeri Surabaya. Sekelompok mahasiswa beratribut biru memampang tulisan "Tuhan Membusuk" saat sedang menjalankan kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik (OSPEK). Kejadian ini sempat menyulut api emosi para pemuka agama, khususnya di Surabaya.

Namun tak lama kemudian, pihak kampus mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan maksud dari pernyataan "Tuhan Membusuk" secara ilmiah. Tak lupa, pihak kampus juga memohon maaf apabila pernyataan tersebut dianggap tabu dan sarat pelecehan terhadap agama bagi masyarakat awam yang mendengarkannya.

Pun demikian, apa yang dilakukan oleh Tuah. Bagi kalangan terdidik, pendapat Tuah merupakan kesimpulan sederhana dari hasil bacaan dan diskusinya yang sebenarnya belum tuntas. Sehingga masih dianggap wajar. Hanya perlu menambah catatan kecil, yakni Tuah harus belajar lebih dalam lagi.

Sayangnya, Tuah menyampaikan pendapatnya di akun facebook yang sifatnya umum. Banyak masyarakat awam di dalamya. Bagi masyarakat awam, pernyataan Tuah justru dianggap sesat dan menyesatkan. Maka wajar, jika Tuah harus dikecam dan dihukum.

Sejatinya, kampus merupakan wahana berdemokrasi dalam berfikir dan berekspresi. Tiada lahan di dunia ini yang mampu menerima bibit-bibit perbedaan seluas di kampus. Oleh karena itu, setiap bentuk pendapat dan ekspresi harus dilindungi demi keberlangsungan dinamika intelektual. Jika "keharusan" sudah masuk di wilayah pemikiran, maka sudah waktunya dunia untuk tutup buku.

Mungkin sah-sah saja Tuah dianggap salah. Tapi pertanyaannya, apakah dengan mendepak Tuah dari kampus, lantas Tuah akan kembali ke jalan yang benar ? Tentu tidak. Keberanian Tuah dalam mengungkapkan pendapatnya harus diakui sebagai modal kekayaan intelektual.

Mungkin kesalahan Tuah adalah, tidak bisa membedakan mana konsumsi bagi dirinya dan mana konsumsi bagi masyarakat awan. Itu saja.

Maka terkesan "lebay", jika kampus harus mendepak Tuah. Seharusnya, kemunculan Tuah menjadi koreksi bagi pihak kampus untuk melakukan pendampingan terhadap mahasiswa yang masih belum tuntas dalam menerima ilmu. [***]

Penulis adalah Penggiat Pojok Inspirasi Ushuluddin sekaligus Ketua Umum HMI KOMFUF Cabang Ciputat

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya