Permintaan Menteri Koordinator Maritim, Rizal Ramli soal pembatalan pembelian pesawat yang dilakukan Garuda Indonesia mendapat sorotan dari banyak pihak. Bukan hanya anggota DPR, permintaan tersebut pun langsung ditanggapi oleh manajemen Garuda. Pembelian 30 pesawat Airbus A350 masih tahap penjajakan.
Vice President Corporate ComÂmunication PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Ikhsan Rosan menÂerangkan, pembelian pesawat AirÂbus 350 baru sebatas Letter of IntenÂtion. Artinya, baru penandatangan dokumen bisnis namun secara hukum sifatnya tidak mengikat.
"Kami masih menjajaki pesaÂwat mana yang akan kita pakai. Kita memang mau beli, tapi belum ada keputusan. Jadi sifatnya hanya Letter of Intention," ujarnya.
Ia menjelaskan, bahwa penekÂenan dokumen di Paris beberapa waktu lalu, antara Garuda IndoÂnesia dengan Airbus baru hanya sebatas penjajakan. Di mana pihaknya hanya melakukan leasÂing alias sewa pesawat bukan pembelian pesawat.
Adapun pesawat yang ditawarÂkan terdiri dari dua tipe yakni AirÂbus 350 atau Boeing 787 seri 9. Menurutnya, dalam bisnis, praktis sewa tersebut biasa dilakukan maskapai penerbangan Indonesia karena mekanisme yang dijalankÂan lebih menguntungkan.
Selain itu, lanjut Ikhsan, dasar untuk melakukan leasing juga dikarenakan perlunya pengganÂtian pesawat yang usianya sudah tua. Karena ini menyangkut denÂgan keselamatan penumpang dan pergantian pesawat juga harus diikuti dengan teknologi terkini.
"Ini untuk
natural replaceÂment. Sekarang usia pesawat ada yang sudah 4,5 tahun, kalau nanti sampai 7 tahun harus diganti. Pesawat itu memang untuk jarak jauh tapi masih lama kalau jadi," kilahnya.
Ditanya pendanaan penyewaan pesawat, pihaknya belum tahu seÂcara pasti darimana sumber pemÂbiayaannya. Hal ini masih meÂmerlukan pembahasan lebih lanjut lagi. "Belum tahu juga. Kita cek lagi perusahaan financing siapa. Belum ada keputusan," tegasnya.
Sementara Menteri PerhubunÂgan Ignasius Jonan memilih tidak berkomentar banyak. MenurutÂnya, urusan pembelian pesawat oleh Garuda Indonesia adalah domain dari Menteri BUMN.
"Itu domainnya Menteri BUMN sebagai bisnis korporaÂsi," kata Jonan usai menghadiri sidang MPR saat acara pidato Kenegaraan Presiden Jokowi, di Gedung DPR.
Menurutnya, sebagai regulaÂtor, Kementerian Perhubungan wewenangnya lebih kepada kesÂelamatan rute, bukan bisnis korÂporasi perusahaan penerbangan.
"Terutama menjaga keselamaÂtan dan kepentingan masyarakat untuk rute-rute yang dilayani," tukasnya.
Menurut Anggota Komisi VI bidang BUMN Primus Yustisio, rencana pembelian 30 pesawat tersebut memang seharusnya dipertimbangkan kembali. Ia mendukung usulan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli.
"Saya sendiri tidak setuju, harus dipikirkan ulang. Jangan sampai kekhawatiran yang disÂampaikan Menteri Kemaritiman kejadian," cetusnya.
Menko Maritim Rizal Ramli meminta Garuda membatalkan pembelian Pesawat Airbus 350 sebanyak 30 buah. Menteri PerÂekonomian era Gus Dur ini menilai, pesawat jenis tersebut hanya cocok untuk rute jauh seperti Jakarta-Amerika dan Jakarta-Eropa.
Selama ini, penerbangan rute Jakarta-Amsterdam serta Jakarta-London milik Garuda hanya sebeÂsar 30 persen. Menurutnya, kondisi itulah yang membuat maskapai BaÂdan Usaha Milik Negara (BUMN) itu merugi terus-menerus.
Sementara Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan, keputusan pengadaan pesawat baru oleh Garuda murni sebagai aksi korporasi. Apalagi, Garuda harus melakukan ekspansi rute penerbangan internasional dan domestik. ***