Berita

Nusantara

Indonesia Rawan Longsor tapi Minim Sistem Peringatan Dini

SABTU, 25 APRIL 2015 | 14:54 WIB | LAPORAN:

Tanah longsor adalah jenis bencana yang paling mematikan selama tahun 2014. Sepanjang tahun 2014, sejumlah 338 orang meninggal akibat tanah longsor. Bahkan selama tahun 2015 hingga Sabtu (25/4), longsor telah menimbulkan korban jiwa yaitu 46 orang meninggal.   

Sedikitnya 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar sedang-tinggi longsor yang tersebar di 274 kab/kota. Artinya, jiwa mereka terancam langsung dari longsor. Untuk itu perlu mitigasi bencana longsor yang komprehensif, baik struktural maupun non struktural yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana.   

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB), Sutopo Purwo Nugroho menerangkan, salah satu upaya mitigasi longsor dengan memasang sistem peringatan dini (EWS, early warning system).


"Beberapa kasus, EWS ini mampu menyelamatkan masyarakat, seperti di EWS UGM di Karanganyar," sebutnya.

Sayangnya, EWS yang terpasang di daerah rawan longsor di Indonesia masih sangat terbatas. Diperkirakan hanya ada sekitar seratus jumlahnya dari kebutuhan ratusan ribu unit. Padahal EWS tidak harus canggih.

"Ada yang sederhana dengan tali nilon yang dikaitkan dengan megaphone. Harganya kurang dari Rp 300 ribu," bebernya.

Sedangkan yang canggih yang lengkap dengan wireless ekstensometer, tiltmeter, penakar hujan, repeater, lampu peringatan, tower antena, dan server lokal beserta pemetaan, sosialisasi, pelatihan kesiapsiagaan masyarakat dan lainnya sekitar Rp 300 juta. Sejauh ini, jelas Sutopo, BNPB bersama Universitas Gadjah Mada dan PVMBG telah memasang 20 unit EWS lengkap yaitu 10 unit di Jawa Tengah dan 10 unit di Jawa Barat.

"Dalam waktu dekat akan dilanjutkan pemasangan 20 unit lagi," imbuhnya.  

Mengutip pernyataan Kepala BNPB, Syamsul Maarif bahwa masterplan pengurangan risiko bencana longsor harus dirampungkan pada tahun 2015. Isinya bukan hanya memasang EWS saja, tetapi juga penguatan kapasitas, sistem rantai peringatan dini, pemberdayaan masyarakat, sosialisasi dan lainnya.

"Tantangan yang berat adalah non struktural yang menyangkut budaya sadar bencana dan komitmen pemda dan masyarakat," tutupnya.[wid]


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya