Berita

Arifin ilham

Tak Ada Kejanggalan dalam Penyerangan Perumahan Az-Zikra

SABTU, 14 FEBRUARI 2015 | 10:05 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Penyerangan oleh sekelompok intoleran yang mengaku dari pembela aliran Syiah ke kompleks Masjid Az-Zikra pimpinan Ustadz M. Arifin Ilham, Rabu malam kemarin, sama sekali tidak ada kejanggalan. Penyerangan intoleran semacam itu sudah sering terjadi.

"Hanya saja, kali ini pelakunya bukan dari kelompok mayoritas, namun justru dari kelompok pembela minoritas yang merasa dihina," jelas pengamat dari ICAF (Indonesian Crime Analyst Forum) Mustofa B. Nahrawardaya dalam siaran persnya (Sabtu, 14/2).

Mengapa tidak ada kejanggalan?

Pertama, Mustofa menjelaskan, masyarakat Indonesia terlanjur dibiasakan oleh kondisi dan situasi, dimana ada stereotip bahwa biasanya yang menyerang adalah pihak mayoritas dan korbannya minoritas. Stereotip ini sangat berbahaya karena akhirnya menjadi kesimpulan publik yang sesat, seolah dalam sejarah hanya minoritas yang selalu menjadi korban kekerasan.

"Akibat yang lebih buruk barangkali, aparat cenderung terpengaruh karena kejadian minoritas menyerang mayoritas dianggap tabu. Bahkan akan dianggap sebuah kejanggalan. Padahal itu adalah fakta," ungkap Mustofa.

Kedua, sangat mungkin memang yang terjadi di Az-Zikra adalah kebalikannya. Alasannya pun logis. Hampir semua orang paham bahwa kelompok minoritas (dalam hal ini Syiah), pada saat pemerintahan sekarang ini jelas sedang mendapatkan tempat dan peluang untuk berkembang dan mendapatkan perlindungan dari negara. Meskipun, keberadaannya mendapatkan penolakan mayoritas Islam yang menganggap Syiah sebagai aliran sesat.  

Ketiga, kelompok Syiah beserta pendukungnya yang dianggap minoritas di Indonesia, kemungkinan sedang merasa kuat karena beberapa tokoh Syiah kini sedang berada di posisi strategis pejabat Negara.

"Ada yang menjadi anggota DPR, bahkan beberapa diantaranya bekerja di lingkungan orang-orang yang dekat orang nomor satu Indonesia. Beberapa tokoh Syiah yang berprofesi sebagai seniman, artis, dan tokoh publik lainnya, maupun ulama, sebagian sudah mulai berani keluar kandang untuk memperkenalkan dirinya sebagai Syiah," bebernya.

Keempat, dilihat dari kronologi yang dikeluarkan pihak Kepolisian, jelas sekali bahwa massa yang berjumlah 38 orang itu datang ke markas Arifin Ilham karena mempersoalkan adanya spanduk hinaan kepada Syiah.

"Jika berdasar kronologi itu, maka boleh saya katakana bahwa substansi penyerangan tersebut, adalah soal hinaan kepada Syiah.  Dengan demikian, penyerang datang ke TKP bukan tanpa sadar, atau tanpa alasan. Mereka bergerombol menyerbu” bahkan menganiaya salahsatu pengurus Mesjid Adzikra, akibat adanya informasi melalui BBM dan WhatsApp (WA) adanya hinaan kepada Syiah melalui spanduk," ungkapnya.

Kelima, banyak pihak menginginkan adanya saling toleransi antar kelompok. Tidak saling membenci diantara mereka. Namun harapan ini tampaknya akan sulit terwujud, jika aksi-aksi penyerangan semacam ini terus dilakukan. "Harapan banyak pihak untuk tidak membenci Syiah, bisa luntur dengan cepat, 'hanya' gara-gara aksi serangan ke markas Arifin Ilham," jelas dia.

Terakhir, alasan kenapa tidak ada kejanggalan, Mustofa menambahkan, bahwa keberanian preman menyerbu markas Ustadz Arifin Ilham pada Rabu malam pukul 23.00 WIB hingga dinihari bisa saja digerakkan oleh provokator yang paham betul situasi politik tanah air.

Karena itu menurutnya, jika tanpa didorong provokasi yang serius, kecil kemungkinan mereka berani melakukan tindakan konyol tersebut.

"Siapa provokatornya? Banyak. Bisa jadi oknum di lingkungan Syiah, oknum di aparat penegak hukum, oknum di lingkungan intelijen, dan mungkin juga oknum yang bekerja pada orang dekat Jokowi," katanya menekankan.

Pasalnya, sudah menjadi rahasia umum, Jokowi sangat dengat dengan beberapa bekas pentolan BIN. Kentalnya hubungan Jokowi dengan kalangan bekas intelijen, akhirnya menimbulkan spekulasi.

"Salah satu spekulasi yang beredar, bahwa penyerangan itu mungkin memang murni penyerangan. Tetapi juga ada spekulasi yang muncul, bahwa aksi penyerangan ini bagian dari operasi kontra intelijen," demikian Mustofa.

Pihak Kepolisian Resor Bogor sendiri telah menetapkan 34 penyerang tersebut sebagai tersangka. Namun, Polri belum bisa memastikan asal kelompok atau yang menyerang perumahan muslim tersebut.

Tapi sebelumnya, kelompok Syiah seperti Dewan Pengurus Pusat Ahlulbait Indonesia, juga sudah membantah pihaknya terlibat dalam penyerangan dan penurunan spanduk di Area Perkampungan asuhan Ustadz Arifin Ilham tersebut. [zul]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

Jokowi Tak Salami Try Sutrisno, Dewan Pembina PKP Angkat Bicara

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:45

UPDATE

Teguh Harus Ikut Wujudkan Pilkada Jakarta Jujur

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 02:01

Jaksa Agung ST Burhanuddin Dilaporkan ke KPK, Dugaan Fraud

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 01:34

Mendagri Puji Heru Minimalisir Banjir Jakarta

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 01:22

Pelindo Dorong Kemandrian Tuna Netra

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 01:18

Pemuda Indonesia Segel Kedubes AS

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 01:01

Alumni UI: Raihan Gelar Doktor Bahlil Sulit Diterima Akal Sehat

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 00:23

Solidaritas Palestina

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 00:10

Teguh Diminta Belajar pada Heru Budi Hartono

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 00:00

bank bjb Raih 2 Penghargaan di Indonesia Best Financial Awards 2024

Jumat, 18 Oktober 2024 | 23:45

Bir Pletok Bakal Jadi Welcome Drink Tamu Jakarta

Jumat, 18 Oktober 2024 | 23:22

Selengkapnya