Majalah Charlie Hebdo pekan lalu diserang kelompok ekstrimis lantaran menampilkan kartun satire Nabi Muhammad. Majalah satire itu memang kerap membuat kartun tokoh. Serangan terhadap kantor Charlie Hebdo menunjukkan protes kalangan muslim terhadap pemuatan kartun Nabi Muhammad oleh majalah tersebut. Meskipun cara kekerasan yang dilakukan para penyerang juga tidak dapat dibenarkan. Namun jika Charlie Hebdo tetap 'keras kepala', gelombang protes internasional bisa kembali pecah.
Anggota Komisi I DPR RI Ahmad Zainuddin meminta agar pemerintah Prancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Prancis.
"Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Prancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama," ujar Zainuddin dalam keterangannya, Rabu (14/1).
Menurutnya, peristiwa yang terjadi di Prancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau
Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire tokoh agama. Zainuddin mencontohkan gelombang protes muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu.
Pernyataan Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah satire tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.
"Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Prancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia," imbuhnya.
Lebih lanjut politisi PKS ini juga mengimbau agar umat muslim di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad yang dilakukan
Charlie Hebdo. Menurutnya, apa yang dilakukan mereka justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Prancis.
Majalah satire Perancis,
Charlie Hebdo, sebelumnya diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini. Seperti dikutip dari
AFP,
Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan "Je Suis Charlie" yang berarti 'Kami adalah Charlie'. Slogan itu merujuk pada aksi massa yang dilakukan masyarakat Prancis dan tokoh dunia beberapa waktu lalu untuk menentang penyerangan terhadap kantor
Charlie Hebdo.
[rus]