Berita

neta pane

Neta S. Pane: Polri Masih Sulit Dipercaya

SELASA, 30 DESEMBER 2014 | 05:19 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Sepanjang tahun 2014 ini, ada 41 polisi tewas dan 42 luka. Sementara polisi salah tembak ada 13 kasus, yang menyebabkan tujuh orang tewas dan 20 luka. Sedangkan 62 tahanan kabur dari 9 kantor polisi.

Menurut Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S. Pane, hal itu menunjukkan krisis keamanan dan krisis kepercayaan kepada Polri masih terjadi. Keluhan terhadap sikap, prilaku dan kinerja aparat kepolisian masih menjadi persoalan klasik yang tak kunjung bisa diatasi Polri.

"Walau Polri sudah memperoleh renumerasi, upaya membenahi sikap, prilaku dan kinerja anggotanya, terutama jajaran bawah, masih saja belum maksimal. Perubahan mind set di jajaran atas belum maksimal,"  ujar Neta dalam Catatan Akhir Tahun 2014 IPW seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Senin malam (29/12).

Menurutnya, jajaran elit Polri cenderung larut dengan pencitraan. Akibatnya, keinginan Polri untuk mendapat kepercayaan masyarakat tidak pernah terwujud. "Di sepanjang 2014 masyarakat masih menilai, polisi sulit untuk bisa dipercaya," tandas Neta.

Dia mengungkapkan, sebenarnya Polri cukup berhasil mengamankan Pemilu dan Pilpres 2014, dimana momentum ini sangat rawan, mengingat akan munculnya presiden baru. Polri juga berhasil menekan aksi terorisme. Padahal di akhir 2012, Poso dan Solo sempat "bergolak". Kelompok-kelompok radikal melakukan uji nyali menyerang fasilitas Polri, antara lain 4 kantor polisi dikirimi bom. Tapi di sepanjang 2014, Indonesia aman dari teror bom.

"Namun, angka kriminalitas, terutama bersenjata api cukup tinggi. Hal ini menunjukkan peredaran senjata api ilegal di Indonesia pada 2014 masih tinggi. Konflik sosial di  masyarakat eskalasinya juga meningkat. Perang antar kampung seperti tidak terkendali, termasuk di Jakarta," ungkapnya.

Begitu pula konflik TNI-Polri di 2014 ada tujuh kali yang menyebabkan dua tewas dan 10 luka. Sementara di 2013 hanya ada empat konflik TNI-Polri. "Namun konflik di kawasan tambang dan perkebunan terlihat menurun di 2014," beber Neta.

Angka curanmor juga relatif tinggi. Kejahatan narkoba makin mengkhawatirkan. Walau Polri terus menerus melakukan penangkapan, kejahatan narkoba tetap saja tinggi. Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah tidak pernah tegas dalam pemberantasan narkoba. "Terbukti 53 napi hukuman mati tak kunjung dieksekusi sehingga tidak ada efek jera bagi bandar internasional untuk masuk ke Indonesia," imbuhnya.

Untuk itu di 2015 Polri perlu mengkonsolidasikan diri, terutama dalam menyikapi pemerintahan baru Presiden Jokowi, yang membawa konsep Revolusi Mental. Polri perlu memperkuat jajaran Intelijen dan Bimas, yang tugasnya tidak hanya melakukan deteksi dan antisipasi dini di masyarakat, lebih dari itu harus melakukan deteksi dan antisipasi dini terhadap internal kepolisian.

Sebab tantangan Polri ke depan cukup berat, terutama dalam menjaga sikap, prilaku, dan kinerja jajarannya.

IPW mendata, ada tujuh faktor kenapa krisis kepercayaan terhadap Polri terus terjadi. Yaitu; kontrol atasan sangat lemah, adanya target ambisius dari atasan, bawahan cendrung cari muka, tidak ada tolok ukur yang jelas dalam rotasi tugas, tidak ada sanksi pemecatan pada perwira tinggi bermasalah, gaya hidup hedonis makin membudaya di kepolisian,dan kekayaan elit-elit Polri dibiarkan tak terkendali.

Menurutnya, saat ini yang diinginkan masyarakat dari Polri hanya ada tiga. Yakni
polisi senantiasa bersikap adil, polisi dapat memberi kepastian hukum, dan polisi mampu memberi jaminan keamanan. Sehingga masyarakat tidak merasa diombangambingkan dengan situasi yang tidak menentu, seperti terjadi bentrokan antar aparat keamanan atau banyaknya polisi ditembak pelaku kejahatan.

"Bagaimana polisi bisa menjaga keamanan masyarakat, jika untuk menjaga keamanan dirinya sendiri tidak bisa. Sebab itu di 2015, Polri perlu melatih jajarannya agar profesional, tangguh, tanggap, dan terlatih," tandasnya. [zul]

Populer

Lolos OTT, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor Gugat Praperadilan Lawan KPK

Jumat, 11 Oktober 2024 | 17:23

CEO Coinbase Umumkan Pernikahan, Netizen Seret Nama Raline Shah yang Pernah jadi Istrinya

Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:37

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

Indonesia Vs Bahrain Imbang 2-2, Kepemimpinan Wasit Menuai Kontroversi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59

Mantan Kepala Bakamla Angkat Bicara soal Polemik Coast Guard

Selasa, 15 Oktober 2024 | 12:41

Ini Nama-Nama Calon Menteri yang Bergantian ke Rumah Prabowo

Senin, 14 Oktober 2024 | 16:21

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

UPDATE

KPK Sambut Baik Komitmen Prabowo-Gibran Perangi Korupsi

Minggu, 20 Oktober 2024 | 07:58

Ibunda Sakit, Mahfud Batal Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 07:44

Pelantikan Prabowo-Gibran, Angkutan Umum di Jakarta Cukup Bayar Rp1

Minggu, 20 Oktober 2024 | 07:24

Ahmad Syaikhu Janji Sejahterakan Petani

Minggu, 20 Oktober 2024 | 07:08

Polda Metro Kembali Jadwalkan Pemeriksaan Pahala Nainggolan

Minggu, 20 Oktober 2024 | 06:59

Yakin Bakal Kembali Pimpin Golkar Lampung, Alzier: Kalau Enggak Sanggup, Biar Saya Saja

Minggu, 20 Oktober 2024 | 06:41

Bekas Winger Man United Diduga Menggondol Jersey Fans

Minggu, 20 Oktober 2024 | 06:26

Pesan Jokowi untuk Projo: Kawal Pemerintahan Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 06:11

Kapolda Sumsel: Potensi Konflik Sosial Jangan Dijadikan Kekhawatiran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 05:55

Kecewa Hibah Tanah Dicabut Arinal, Sekretaris PWNU Lampung: Tak Tahu Terima Kasih

Minggu, 20 Oktober 2024 | 05:38

Selengkapnya