Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof. Bambang Setiaji, paling dijagokan menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi versi Institute for Transformation Studies. (Baca: Inilah Komposisi Kabinet Trisakti Jokowi-JK versi Intrans)
Kalangan Muhammadiyah menyambut baik temuan survei tersebut. Salah satu alasannya, Bambang Setiaji sukses dalam memimpin dan mengembangkan UMS. Misalnya, secara internal dia menyiapkan sumber daya manusia dengan memberi kesempatan kepada para alumni dan dosen untuk belajar sampai ke luar negeri.
Sedangkan secara eksternal, Bambang berhasil membangun jaringan kerja sama bahkan dengan universitas di luar negeri seperti di Amerika Serikat, United Kingdom, dan Australia.
"Bahkan saya mendengar saat (Bambang) bersama Dirjen Dikti Pak Djoko Santoso sama-sama ke UK, Pak Djoko kaget. Karena UMS bisa mengirim banyak dosen belajar di UK," ujar mantan Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Marpuji Ali, (Selasa, 30/9).
Menurutnya, Bambang bisa melakukan itu karena punya strategi dalam mensiasati keterbatasan yang ada. Pasalnya, sebagai perguruan tinggi swasta, UMS berbeda dengan perguruan tinggi negeri yang memiliki ketersediaan dana.
"Swasta kalau tidak punya strategi, tidak cukup (dana) untuk mengirim dosen ke luar negeri. Padahal, menyiapkan SDM itu sangat penting," jelas dosen FAI UMS yang juga BPH UMS ini.
Karena itu, dia menambahkan, pengalaman yang dimiliki Bambang tersebut sangat tepat untuk menunjang kinerjanya kalau diberi kepercayaan menjadi menteri. Meski, tanggung jawabnya tidak hanya mengurusi sebuah perguruan tinggi, tapi semua kampus termasuk riset dan teknologi agar bisa lebih maju dari sebelumnya.
"(Memimpin) di (PT) swasta itu lebih teruji. Karena sudah punya pengalaman, akan lebih gesit. Karena di Kementerian kan sudah disiapkan segala sesuatunya," tegasnya.
Apalagi, Bambang dan Presiden terpilih Joko Widodo sudah sering bekerja sama. Terutama saat Jokowi masih menjadi Walikota Solo. (Baca:
Prof. Bambang Setiaji: Kenaikan Harga BBM Jangan Sampai Menyusahkan Rakyat)
Meski begitu dia akuinya, apa yang disampaikannya itu berdasarkan penilaian subjektifitas. Namun dia menekankan, dirinya sudah lama mengenal Gurubesar Ekonomi tersebut. "Saya mengenal beliau sejak sama-sama mengembangkan UMS zaman Pak Jazman Rektor," tandasnya.
Mohamd Djazman merupakan Rektor IKIP Muhammadiyah Surakarta yang pada tahun 1979 memprakarsai berdirinya UMS dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Surakarta.
[zul]