Berita

Publika

Kepolosan Orang Papua Bukan Candaan!

RABU, 13 AGUSTUS 2014 | 16:53 WIB

BHINEKA Tunggal Ika semboyan yang sejak usia dini saya dengar bermakna "meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Semboyan ini yang membuat sebuah negara bernama Indonesia bisa bertahan hingga hampir 69 tahun dalam perbedaan yang begitu rumit baik dalam suku, ras, budaya, serta agama.

Dengan semboyan ini pula kita sesama anak bangsa Indonesia menganggap satu sama lain sebagai saudara-bersaudara dalam bingkau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun sehari lalu saya sempat merasa anggapan bahwa kita bersaudara itu hanya tipuan belaka. Ini dikarenakan kemarin, seorang dari saudari saya dijadikan ajang lelucon oleh sebagian warga negara republik ini.


Novela Nawipa dan kawan-kawannya dari Papua menjadi saksi dalam sidang PHPU di Mahkamah Konstitusi. Kepolosan dalam menjawab pertanyaan dari jajaran hakim MK dan beberapa kesalahan yang ia lakukan dalam menyebutkan satuan dalam jarak yang seharusnya meter disebut kilometer, dijadikan candaan saat berlangsungnya sidang.

Terlepas dari pilihan politik yang berbeda dengan saya, dia adalah saudari saya. Meski lahir dan dibesarkan di Jakarta, darah yang mengalir di dalam tubuh saya adalah darah murni Papua.

Ini membuat saya kesal sekaligus sedih, di sejumlah media nasional tanpa merasa bersalah mereka menjadikan kepolosan Novela dalam menjawab pertanyaan sebagai objek lelucon.

Inikah yang kita katakan kita bersaudara? Saya diajarkan tidak ada saudara yang mempermalukan saudaranya sendiri, apalagi sampai menjadikan saudaranya sebagai objek candaan yang menurut saya sudah berlebihan.

Kepolosan orang Papua adalah sebuah kekayaan yang dimiliki oleh Papua. Dalam kepolosan itu kami orang Papua tampil apa adanya. Tanpa dibuat-buat, kami hadir dalam diri kami sendiri.

Tidak seperti elite politik yang terkesan banyak pencitraan dan dibuat-buat. Kepolosan orang Papua sering dijadikan ajang candaan dan tawaan yang terkadang berlebihan, kami terkadang bigung apa yang kalian rasakan sebagai kelucuan dalam tingkah laku atau tutur kata kami.

Kami tak bisa membalas, karena kami tak tahu siapa yang sebenarnya salah atau benar. Tapi kami hanya bisa menjawab melalui prestasi dari orang-orang Papua baik dalam bidang sekuler maupun non sekuler.

Kalian mentertawai kami, tapi kami tahu Tuhan yang berkuasa selalui mengasihi kami dan menyayangi kami bangsa Papua. Sebagai anak Papua saya hanya ingin mengatakan janganlah jadiakan kepolosan orang Papua sebagai lelucon, tapi jadikanlah itu untuk pelajaran bagai kita semua. Bagaimana kita hidup dengan apa adanya tanpa kepalsuan dan kemunafikan. Hargailah kami jika kalian menganggap kami saudara kalian dan kami adalah bagian dari sebuah bangsa yang namanaya Indonesia itu.

Jika kalian masih menganggap kami aneh dan kalian merasa lucu dengan kami dalam arti kata kalian menghina kami, biarkanlah kami hidup sendiri dan mengurus diri kami sendiri serta mengakui identitas diri kami sebagai bangsa Papua ras Malanesia.

Amos S. T
Mahasiswa sebuah Universitas di Jakarta Pusat asal Papua
Tinggal di Jakarta.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya