Berita

Publika

Adu Daya Tarik Capres

MINGGU, 29 JUNI 2014 | 07:48 WIB

DRAMA perseteruan politik dua orang putra terbaik negeri ini, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, berjalan ketat dan sama kuat. Keduanya sama mendulang dukungan yang sama besar dari seluruh kalangan, mulai dari tokoh-tokoh nasional, para akademisi, para kiai, selebritis dan rakyat biasa. Mereka adu gagasan, menawarkan janji dan harapan. Dan, yang tak kalah menarik, keduanya juga terlibat adu pesona, citra dan kualitas personal untuk memikat hati rakyat.

Memang, kelihatannya rakyat tak bakal semudah itu terpikat. Berbekal pengalaman-pengalaman pemilu yang telah lewat, kesadaran politik rakyat nampaknya kian maju. Sensitifitas dan kesadaran politik rakyat telah sedemikian teruji untuk menentukan calon pemimpinnya. Hal ini menjadi tantangan bagi kedua calon pemimpin baru negeri ini. Bagaimana mereka merebut sanubari rakyat?

Untuk merebut dukungan rakyat, yang terutama adalah kemampuan menumbuhkan sanubari kepercayaan (rakyat). Harapan rakyat tentang hari depan hanya akan berjalan seiring dengan keyakinan dan kepercayaannya bahwa dia memilih pemimpin yang tepat.


Namun kepercayaan rakyat tidak tumbuh begitu saja melainkan seiring dengan beberapa faktor, salah satunya kharisma atau daya tarik personal pemimpin. Kharisma atau daya tarik personal calon pemimpin memainkan peranan penting yang memungkinkan rakyat terpanggil batinnya dan berketetapan hati untuk menunjuknya sebagai pemilih.

Oleh karena itu, dalam konteks kontestasi pemilihan presiden ini, daya tarik kedua calon dipertaruhkan di hadapan rakyat. Keduanya akan dinilai siapa yang lebih pantas dan  meyakinkan untuk memimpin negeri ini. Rakyat akan melihat dan menilai calon-calon pemimpinnya. Kedua calon presiden harus mampu menghadirkan daya tarik yang mampu meyakinkan dan memikat hati rakyat.

Presiden-presiden yang telah lewat sesungguhnya memiliki kekhasan daya pesona tertentu yang mampu memikat hati rakyatnya. Untuk menyebut salah satunya, misalnya Presiden yang terakhir, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Daya pesonanya terletak pada kewibawaannya satu sisi, kelembutan dan ketenangannya dalam menghadapi persoalan di sisi lain. Terbukti rakyat menyukainya dan ia terpilih dalam dua periode kepemimpinan. Lalu bagaimana kedua sosok calon presiden 2014 ini?

Dalam memenangkan hati rakyat, mereka berdua sesungguhnya sama-sama membawa lambang perjuangan dan harapan yang kurang lebih sama, yakni mereka sama-sama menonjolkan isu-isu rakyat kecil. Namun ada beberapa hal yang berbeda sebagai kekhasan personal masing-masing. Pertama, Prabowo adalah lambang seorang pemimpin yang tegas, penuh wibawa dan berkobar-kobar apabila berpidato. Kelantangan dan kewibawaannya mengingatkan pada sosok Soekarno. Sosok Jokowi adalah kebalikannya. Dia lebih tenang, menampilkan diri sebagai sosok yang bersahaja, rendah hati dan nuansa kerakyatannya barangkali lebih menonjol serta caranya yang blusukan.

Kedua, sebagai simbol keberanian dan kewibawaan dengan latar belakang militer, Prabowo membawa harapan untuk mengembalikan kejayaan negeri ini sebagai macan Asia. Sementara itu, dengan kekhasannya yang sederhana, merakyat dan blusukan di tengah kemuakan masyarakat pada gaya elitisme pemimpin, Jokowi menghadirkan pemimpin yang bertipe melayani bukan hendak menguasai. Dia turun ke lapangan dan tak canggung bekerja layaknya rakyat biasa.

Ketiga, daya pesona Prabowo muncul seiring isu menciutnya kedaulatan pangan. Kehadirannya menjadi perlambang kedaulatan pangan. Kiprahnya selama di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dimana ia bergelut dengan masalah pertanian dan banyak terlibat membantu masyarakat tani menjadi satu titik lompatan namanya. Sementara Jokowi dengan ketekunan dan kesabarannya bergelut mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat kecil selama menjadi wali kota di Solo dengan mengedepankan kerja yang merakyat dan humanis telah melambungkan namanya. Kedua-keduanya, terlepas berbagai isu yang dimunculkan black campaign, melambangkan harapan.

Apakah daya tarik atau pesona itu yang ditampilkan oleh kedua calon pemimpin negeri ini lahir dari ketulusan dan kejujuran hati untuk membangun negeri ini lebih baik? Sebaga rakyat, kita tak pernah terlalu tahu sehingga ada ruang pesimisme. Tapi juga tidak baik kita sepenuhnya pesimis. Kita (rakyat) harus memilih. Siapa pun pilihannya, itu adalah lambang harapan. Semoga kedua-keduanya (siapa pun yang terpilih) benar-benar mewujudkan harapan kami (rakyat).


Sulaiman Laiman
Mahasiswa Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah
dan anggota kelompok kajian INCA (Indonesian Culture Academy)
twitter @mamanovsky
Nomor ponsel: 087750554xxx

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya