Berita

Publika

Surat Terbuka untuk Capres dan Cawapres

Jangan Habis Manis Sepah Dibuang
SELASA, 24 JUNI 2014 | 10:23 WIB

Kepada:
Sdr. Prabowo Subianto & Sdr. Hatta Rajasa
Sdr. Joko Widodo & Sdr. Jusuf Kalla
Assalammualaikum Wr. Wb.

Saudara-saudara telah resmi menjadi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), dan saat ini sedang berkampanye agar terpilih dalam pemilihan umum presiden (Pilpres), tanggal 9 Juli 2014.

Saudara-saudara telah resmi menjadi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), dan saat ini sedang berkampanye agar terpilih dalam pemilihan umum presiden (Pilpres), tanggal 9 Juli 2014.

Saya simak bahwa saudara-saudara, kebetulan anda semua beragama Islam, merasa bahwa suara pemilih yang beragama Islam akan (sangat) menentukan keterpilihan anda dalam pilpres; oleh sebab itu saudara-saudara berupaya merebut suara umat Islam yang berada di partai-partai politik (parpol), organisasi massa (ormas), pesantren dan lain-lain.

Saat bertemu dengan, atau berkampanye, di muka umat Islam di parpol, ormas, pesantren, dan lain-lain itu, saya rasa anda memberi, setidak-tidaknya, mengisyaratkan, memberi janji, atau harapan yang menyenangkan mereka; walaupun adalah benar pula fakta yang menunjukkan ada (tokoh) parpol Islam, (tokoh) ormas Islam dan lain lain itu, yang justru mendekat ke, atau bergabung dengan, saudara-saudara dengan niat masing-masing.

Dalam kaitan ini, saya ingin menghimbau saudara-saudara untuk mengingat dan memperhatikan yang berikut:

“Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan supaya menyembah Aku” (Qur’an, Surah Adz-Dzaariyaat, ayat 56).

Oleh sebab itu, jadikanlah pilpres ini peluang anda untuk mengabdi/menyembah Allah untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu, “negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,” sebagai rasa cinta tanah air dan dalam rangka mengabdi/menyembah Allah S.W.T itu.

Jangan sampai seandainya anda terpilih yang senang/menikmati ‘enaknya’ ikut berkuasa bersama anda hanya tokoh parpol, tokoh ormas itu saja, sedang umat Islam yang banyak tidak merasa mendapat manfaat atas keterpilihan anda. Habis manis sepah dibuang. Jangan sampai mereka merasa dibohongi.

Rakyat, yang 85-88 persen adalah umat Islam, sudah sangat lama mendambakan buah kemerdekaan berupa kesejahteraan seperti yang termaktub dalam pasal-pasal 31, 33 dan 34 UUD 1945, yang menurut hemat saya, secara sederhana terwujud apabila setiap warga negera mempunyai pekerjaan/usaha yang membuat dirinya manusia bermatabat karena dia mampu:

Memberi nafkah keluarganya
Memiliki rumah tempat berteduh
Menyekolahkan anak-anaknya
Memelihara kesehatan keluarganya
Menikmati liburan bersama keluarganya
Merasa terjamin hari tuanya (Karena mempunyai tabungan)
Melaksanakan ibadah sesuai agamanya.
Plus: hukum, kebenaran dan keadilan terasa tegak tanpa pandang bulu.

Ijinkan saya memperdalam angka tujuh ini. Menurut hemat saya umat Islam (sangat) terusik rasa keagamaannya saat ini lantaran:

Dipakainya istilah melanggar hak asasi manusia (HAM) oleh ‘pembela’ HAM yakni apabila umat Islam bereaksi/keberatan saat merasa aqidah tauhid yang prinsip dilanggar. Umat Islam mempersilakan siapa saja mengekspresikan ibadah/kepercayaan masing-masing, tapi mohon jangan memakai label/minta diakui sebagai Islam (pula) padahal menurut hemat saya, mustahil mereka/orang itu tidak tahu bahwa ‘ibadah/kepercayaan’ itu tidak sesuai (bukan kaidah tauhid Islam).

Alangkah ganjilnya menyatakan hal seperti ini sebagai hak asasi: ‘hak asasi’ yang mengusik aqidah/melanggar hak asasi orang Islam. ‘Hak asasi’ seperti ini menurut hemat saya wajib saudara cegah/tolak agar iklim kehidupan beragama terasa sejuk dan nyaman.

Tidak/belum ditegaskan apapun sebabnya mana-mana produk atau makanan halal yang telah sangat banyak dan beredar di masyarakat. Sebagai konsumen, seorang muslim berhak tahu makanan, minuman atau produk lain apapun itu apakah boleh dikonsumsi menurut syariah agamanya. Tolonglah perjelas/tegaskan dan tuntaskan (nanti) masalah ini, toh tidak akan merugikan konsumen dalam arti keseluruhan. Konsumen akan tahu dan dapat memilih sesuai selera dan atau keyakinan masing-masing.

Ada pegangan/petunjuk jelas bagi umat Islam: rumah makan ini menjual/menyajikan makanan dan minuman serta obat ini/produk ini tidak halal bagi umat Islam.

Masih belum putus juga, jangan-jangan sudah masuk arsip/dilupakan saja: soal busana muslim (jilbab) bagi polisi wanita (polwan) dengan dalih yang terkesan dicari-cari. Bak bunyi pantun:

Kambing diparak, panjang janggutnya
Orang yang ‘tidak’, banyak sebutnya

Menurut hemat saya, mengatasi masalah huruf a,b dan c tersebut di atas tidak sesulit mencari solusi atas masalah bahan bakar minyak, listrik dan sebagainya itu. Mana tahu Allah akan memberi kemudahan, bila banyak hamba-Nya yang bersyukur karena huruf a, b, dan c diselesaikan dengan menyenangkan hati umat Islam. Buatlah tekad: kami akan bersikap dan berbuat sedemikian rupa agar umat Islam senang, yang menurut akal sehat tidak mengusik keyakinan atau merugikan umat lain.

Sebagai pucuk pimpinan lembaga eksekutif, anda wajib memimpin/mengelola pemerintahan dengan menerapkan dan menjunjung tinggi azas profesionalisme. Artinya, harus ada kesepakatan antara anda dan jajaran pemerintahan anda dalam lembaga eksekutif agar tidak tumpang tindih dengan mereka yang duduk di lembaga legislatif, lembaga yudikatif, badan pemeriksa keuangan dan bank sentral.

Segala sesuatu diletakkan pada tempatnya, sehingga terdapat kesamaan bahasa: siapa mengerjakan apa, kapan, dimana dan bagaimana (who is doing what, when where and how). Tuhan menunjukkan jalan:

“Sedang urusan mereka (diputuskan dengan musyawarah antar mereka)” (Qur’an Surah Asy-Syuura, Ayat 38).

Pegang teguh kaidah bahwa, ‘dalam soal ibadah, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, semua terlarang kecuali yang diperintahkan; dan yang mengenai hidup keduniaaan, semua boleh kecuali yang terlarang’.

Agama yang anda anut mengajarkan nilai yang mendasar seperti keadilan, persamaan, persaudaraan yang berlaku abadi, sedangkan yang bersifat teknis dan praktis dapat berubah-ubah menurut keperluan/perkembangan zaman dan tempat.

Banyak sedikitnya, sudah saya simak visi, misi dan program anda. Intisari dari visi, misi dan program pemerintahan hendaknya/ujungnya menurut hemat saya- hakikatnya adalah ajakan kepada segenap warga negara untuk bekerja keras.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Qur’an, Surah Ar Ra’d, ayat 11).

Dengan contoh teladan nyata berpedoman pada agama/moral/etika yang kalau disingkat sama dengan akhlak yang baik.

Justru akhlak ini benar yang telah (sangat) rusak di masyarakat/negara kita. Saya rasa contoh buruknya akhlak ini tidak perlu disebut lagi. Nabi Muhammad S.A.W adalah contoh teladan yang terbaik tentang akhlak.

Beliau membuktikkan, mempraktekkannya dalam menjalankan pemerintahan, dalam berpolitik, dalam mengatur ekonomi, sebagai panglima perang. Kepemimpinan beliau dengan akhlak yang mulia diakui dan dihormati bahkan oleh mereka yang bukan orang Islam, baik di zaman beliau hidup maupun di zaman sekarang.

Sebagai presiden dan wakil presiden, anda akan memikul amanah rakyat/umat. Al-Ghazali berkata: “yang paling berat di muka bumi adalah memikul amanah, kalau boleh ditambah “yang paling ringan di dunia” kata Al-Ghazali adalah “meninggalkan sembahyang, sedangkan sembahyang (shalat) untuk menghindari perbuatan keji dan mungkar.

Jangan sia-siakan keterpilihan anda sebagai presiden dan wakil presiden, di bahu dan punggung anda berdua terletak beban/amanah yang wajib anda tunaikan dengan ikhlas sehingga Allah akan memberi kesejahteraan kepada seluruh rakyat, karena nikmat kemerdekaan yang telah dikaruniakan-Nya, tidak disia-siakan.

“(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun” (Qur’an, Surah Saba’, ayat 15).

Dari sudut saya, saya berharap agar capres dan cawapres yang benar-benar berniat dan mengamalkan himbauan sayalah yang dimenangkan dan diridhoi Allah S.W.T menjadi presiden dan wakil presiden RI.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Jugia Wahab
(Mantan Komisaris Utama PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero))
e-mail: jugiawahab@yahoo.com

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya