SAAT sikap pesimisme rakyat muncul melihat ketidakadilan dan kesenjangan sosial di masyarakat atas gaya hidup hedonis dan oportunis yang dilakukan oleh para pejabat negara baik di legislatif, eksekutif maupun di yudikatif.
Mereka tidak lagi amanah dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat, bahkan mereka berani melakukan korupsi dari apa yang menjadi tanggungjawab mereka kepada rakyat dan bangsa ini.
Kebobrokan metal dan moral para wakil rakyat dan pejabat negara sebagai pemegang amanat rakyat dan konstitusi menjadi perhatian dan prioritas program pemerintah selanjutnya untuk mampu mewujudkan roda pemerintahan yang bersih, jujur, adil, berdaulat, dan bermartabat.
Melihat kondisi tersebut menimbulkan keinginan serta harapan besar rakyat di pemilu presidren (Pilpres) 9 Juli mendatang yang memimpikan hadirnya sosok pemimpin yang berkarakter tegas, cerdas, berani, jujur dan bersih dari korupsi serta memiliki sikap nasionlisme dan relegius yang tinggi. Sehingga cita-cita membangun roda pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi serta nepotisme akan terealisasi dengan baik dan dapat mengurangi kebocoran uang kas negara (APBN) Rp. 1,7 triliun setiap tahunnya.
Pendeklarasian pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta seakan menimbulkan harapan dan semangat untuk bangkit, di mana pasangan Prabowo-Hatta seakan mengingatkan kita akan sosok pemimpin nasionalis dan relegius yakni Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama RI sekaligus proklamator bangsa.
Di negara berkembang seperti Indonesia, sosok pemimpin kharismatik dan populis seperti Prabowo-Hatta inilah yang menjadi impian dan harapan rakyat untuk Indonesia yang lebih maju, sejahtera, berdaulat, adil dan makmur. Selain figur tegas, cerdas dan profesional, Prabowo punya 6 visi besar membangun Peradaban Baru Indonesia melalui Program Aksi Transformasi Bangsa.
Sedangkan Hatta memiliki 8 visi Kerja Nyata untuk menjadikan Indonesia Sejahtera. Kedua visi besar ini sangat nasionalis karena menginginkan kebangkitan Indonesia menuju peradaban baru Indonesia yang lebih Berdaulat dan Bermartabat, Mandiri dan Berkarakter, Adil-Makmur, dan Sejahtera.
Jika dirunut silsilah, Prabowo Subianto adalah keturunan ke-8 Trah Sultan Agung Mataram dan Kesultanan Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono (HB) I. Silsilahnya dimulai dari Sultan Agung ke Raden Adipati Mangkuprojo, Raden Tumenggung Indrajik Kartonegoro, Raden Tumenggung Kertanegara atau Banyak Wide (salah satu Panglima dan tangan kanan Pangeran Diponegoro), Raden Kartoatmojo. Raden Kartoatmojo ini menikah dengan bangsawan dari Kesultanan Yogyakarta RA Djojoatmojo. RA Djojoatmojo keturunan ke-4 dari Sultan HB I.
Selanjutnya hasil pernikahan itu menghasilkan keturunan Raden Tumenggung Mangkuprojo dan berikutnya adalah Margono Djojohadikusumo. Margono adalah salah satu Pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama Ir. Soekarno. Margono memiliki keturunan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro adalah ayah kandung Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Sebagai anak pendiri bangsa dan negara Republik Indonesia, Prabowo memiliki darah kebangsaan yang sangat kuat, memiliki nasionalisme yang sangat mendalam. Prabowo tidak akan mempertaruhkan bangsa dan negara ini untuk kepentingan dirinya, keluarganya, atau golongannya. Silsilah dan trah Prabowo merupakan jaminan bagi bangsa ini untuk bangkit dan berjaya dan tak bisa didikte oleh kepentingan asing yang akan merusak dan meruntuhkan bangsa ini.
Sedangkan, Hatta Rajasa lahir di bumi Sriwijaya (Palembang). Jadi, sosok Hatta Rajasa ini gabungan trah-trah kerajaan Singasari-Majapahit dan Sriwijaya. Kombinasi trah raja-raja Jawa, Sunda, dan Sumatera. Silsilah ini menjadi penting karena sejatinya Hatta Rajasa memiliki darah kepemimpinan dan pengukir sejarah kejayaan Nusantara. Hatta Rajasa kini terlahir sebagai Pemimpin Modern yang memiliki karakter pengabdian yang ditunjukan selama berabad-abad oleh sejarah pengabdian pada Bumi pertiwi guna mewujudkan kejayaan Nusantara, melayani rakyat dan melindungi bangsa dan negara.
Oleh karena itu, program-program kerakyatan yang diciptakan dari pasangan Prabowo-Hatta ini menjadi lebih banyak untuk membangkitkan kerakyatan dan berpihak kepada rakyat. Program-program pengentasan kemiskinan, pertanian, perikanan, kelautan, kehutanan, dan penciptaan lapangan kerja semata-mata guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Prabowo identik dengan kerakyatan dan kemaslahatan.
Pada saat yang sama, Hatta Rajasa merupakan sosok yang sangat pengalaman dalam menumbuhkan dan membuktikan implementasi program kerakyatan. Selama menjadi menteri koordinator perekonomian, Hatta Rajasa membuktikan dirinya sebagai konseptor dan pelopor ekonomi kerakyatan.
[***] Nurdiansyah, Aktivis GP Ansor Kota Depok
Kelurahan Bedahan, Sawangan, Depok