Berita

Publika

Menakar Prabowo dan Jokowi

JUMAT, 23 MEI 2014 | 20:51 WIB

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) resmi menutup pendaftaran bakal capres dan cawapres untuk Pilpres 2014. Dua pasangan bakal capres yang mendaftar dan hampir dipastikan bersaing adalah Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta.

Pendaftaran resmi ditutup pukul 16.00 WIB sesuai dengan peraturan KPU Nomor 15 tentang Pendaftaran Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Penutupan itu setelah bakal pasangan calon terakhir Prabowo-Hatta mendaftar di KPU.

Dengan demikian hanya ada dua pasangan capres yang akan berlaga di Pilpres 2014, yaitu Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung PDIP, NasDem, PKB dan Hanura, head to head dengan Prabowo-Hatta yang diusung Gerindra, PPP, PKS, PAN, Golkar dan PBB.


Tak ada gading yang tak retak. Begitulah kata peribahasa yang artinya manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada cacatnya. Tentunya Allah SWT yang maha sempurna. Hal ini juga terlihat dari dua pasang capres dan cawapres yang akan bertarung dalam Pilpres 9 Juli 2014.

Menurut pengamatan penulis, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta Rajasa, juga tidak luput dari persoalan tersebut. Namun dibalik kekurangan pasti ada kelebihan yang dimiliki mereka tersebut.

Beberapa sumber yang dirangkum penulis, dari sejumlah media, seperti pengamat Politik UIN Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago Sabtu (3/5/2014) menilai, Pilpres 2014 merupakan momentum politiknya Jokowi dan Prabowo.

Walaupun telah cukup familiar dikalangan publik, Pangi tak memungkiri keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan (plus minus, red). Menurut Pangi, Jokowi menang dari kesederhanaan dan gaya politiknya menambrak protokoler yang kaku.

Sementara, Prabowo menang dari ketegasannya yang mengkonsentrasikan melawan neo liberal, negara yang kaya namun penduduknya miskin, rakyat hanya jadi 'kacung' asing.

Jokowi, kata Pangi, lemah dari pengalamanya yang belum teruji dan sudah ada yang di kecewakannya selama jadi Gubernur DKI Jakarta. Pangi menilai, Politisi yang sulit amanah terlihat pragmatis.

Sedangkan, Prabowo kepemimpinannya otoriter yang ditakuti oleh publik. Utamanya lantaran trauma masa lalu. "Jokowi diuntungkan kedepannya karena Jokowi telah menjadi kekasih media. Bergabungnya Nasdem ke PDIP menguntungkan Jokowi.

Sementara Prabowo selalu akan di sandera kasus pelanggarannya HAM di masa lalunya. Jokowi juga bisa di sandera kasus karatan bus TransJakarta dan kemarin mobil esamka," ditambahkan Pangi.

Meski lebih saat ini lebih unggul beberapa level, langkah Jokowi masih bisa terganjal. Pasalnya, kata Pangi, biaya untuk mendiamkan kelemahan Jokowi akan semakin mahal. "Kalau pemilu di tunda jokowi bisa kalah, biaya untuk mendiamkan kelemahan jokowi akan semakin mahal. Kalau pemilu ngga di tunda tetap Jokowi unggul," imbuhnya.

Direktur Eksekutif PoliticaWave Yose Rizal mengatakan dua kandidat kuat calon presiden, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, berkampanye di media sosial dengan cara berbeda. Akun kampanye media sosial Prabowo dinilai lebih rapi ketimbang Jokowi-sapaan Joko Widodo.

"Prabowo cenderung tidak emosional dalam merespon berbagai serangan yang terjadi," ujar Yose.

Yose mengatakan ada kelebihan dan kekurangan dari kedua cara komunikasi media sosial Prabowo dan Jokowi. Kampanye media sosial Prabowo, katanya, punya sistem komunikasi rapi karena karena bertumpu pada akun-akun yang berafiliasi dengan Gerindra. Akun pendukung Prabowo dinilai memiliki keseragaman dalam menjawab berbagai isu yang berkembang. "Terlihat mereka telah memiliki FAQ (Frequently Asked Question) yang disepakati bersama."

Meskipun demikian, akun kampanye Prabowo dianggap memiliki kelemahan karena akun-akun ini berasal dari jejaring sosial yang sama sehingga memiliki keterbatasan dalam menjangkau akun netizen secara luas. Menurut Yose, jumlah percakapan dan jangkauan percakapan tentang Prabowo menjadi terbatas.

Sebaliknya, kampanye media sosial Jokowi yang bertumpu pada jaringan relawan terlihat kurang seragam dan mengandalkan spontanitas. Yose mengatakan ada berbagai jenis respon yang berbeda terhadap berbagai isu. Tidak semua gugus relawan memiliki pemahaman konten dan isu yang sama. "Letupan emosi pun sering terlihat dalam merespon berbagai serangan yang terjadi," ujarnya.

Namun karena komunikasi terjadi dalam banyak gugus relawan, jumlah dan jangkauan percakapan tentang Jokowi menjadi sangat luas. Percakapan tentang Jokowi dapat menjangkau berbagai simpul jejaring sosial netizen yang sangat berbeda. Banyak dari simpul-simpul ini yang sebelumnya tidak terhubung satu sama lain hingga akhirnya hubungan komunikasi terjadi karena percakapan tentang Jokowi.

Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, menilai Prabowo Subianto merupakan figur yang cukup menjanjikan diusung sebagai calon presiden (capres). Pertama, Prabowo memiliki karir kepemimpinan yang baik di bidang militer. Kedua, Prabowo pernah menempuh pendidikan di luar negeri. Hal ini tentu membuat Prabowo mampu menguasai bahasa asing yang dibutuhkan dalam misi-misi diplomasi Indonesia.

Ketiga, Prabowo figur yang matang secara finansial. Kondisi ini bisa memberikan harapan kepada masyarakat Prabowo tidak korupsi saat menjadi presiden. “Ini sisi positifnya,” ujar Sutan.

Terlepas dari segala kelebihannya, Prabowo juga memiliki sejumlah kekurangan. Sutan mengatakan, kekurangan utama Prabowo dan kasus HAM yang menjerat dirinya. Dia mengatakan kasus HAM yang menjerat Prabowo sampai saat ini belum tuntas. “Ini akan menjadi batu sandungan Prabowo,” katanya.

Namun dari pengamatan penulis, meski pasangan Jokowi-JK saat ini dibeberapa lembaga survei berada diurutan teratas, tapi di level bawah (pemilih, red), kecendrungan pilihan kepada Prabowo-Hatta. Silent operations yang dilakukan Prabowo dan timnya selama ini, ternyata tidak hanya dalam merebut parpol untuk mendukungnya menjadi capres. Pekerjaan itu juga dilakukan hingga ke masyarakat bawah jelang pilpres mendatang.

Sama halnya dengan Jokowi-JK. Pasangan ini juga memiliki dukungan dari rakyat yang juga tidak kalah dengan pasangan Prabowo-Hatta. Jokowi yang dinilai merakyat, merupakan representatif keterwakilan rakyat akan sosok pemimpin yang bersahaja. Artinya, melihat Jokowi, masyarakat sudah merasakan mereka ada bersama capres tersebut.

Peluang dua pasangan ini sama-sama memiliki kans besar untuk memenangi pilpres ini. Hanya saja, perlu juga dilihat dari ancaman-ancaman yang akan membahayakan negara ini jika mereka (dua pasangan capres dan cawapres, red) tidak konsisten dalam menjalankan visi dan misi serta lari dari konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika ini terjadi, bisa saja negara kita ini akan lebih hancur dan terus di rong-rong bangsa lain.

Potensi ini bisa terjadi, jika isu-isu selama ini nyata, seperti adanya dukungan luar negeri dan konglomerat pada pasangan ini. Kekhawatiran tidak lepas dari peranan parpol pendukung. Seperti kita ketahui bersama, sebelum penetapan Jokowi sebagai capres PDIP, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengadakan pertemuan dengan sejumlah pengusaha di Tanah Air.

Menurut rumor yang berkembang, pengusaha tersebut merestui Jokowi agar maju menjadi capres. Tidak hanya itu, pengusaha tersebut tidak saja merestui, malahan mendukung secara finansial agar Jokowi menang dalam pilpres.

Tidak saja Jokowi, pasangan Prabowo-Hatta juga dirumorkan demikian. Hanya saja, pengusaha yang memberi dukungan tersebut, adalah golongan pengusaha yang nasionalis, cinta Tanah Air, pengusaha ini tidak mau negara ini hancur.

Apakah ini benar? Tentunya ada hubungan timbal balik (take and give) dari dukungan konglomerat tersebut, baik ke pasangan Jokowi-JK ataupun Prabowo-Hatta. Bagi penulis, sekarang ini tidak ada sarapan yang gratis. Bahkan yang lebih simpelnya, ke kamar kecil saja sudah dipungut biaya. Yang peru dihindari adanya kepentingan yang merong-rong bangsa dan negara ini.

Namun pada akhirnya, semuanya dikembalikan kepada rakyat. Karena di tangan rakyatlah letak kemenangan pasangan ini. Yang menang tentunya memperoleh mandat dari rakyat untuk memimpin negara ini. Dan yang kalah bolehlah menunggu lima tahun mendatang, jika diberikan kesempatan untuk menjadi capres-cawapres.

Pada akhirnya, penulis berharap, apapun hasil Pilpres 2014, semua komponen harus menerima dengan lapang dada. Jagalah persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Jangan sampai kekacauan muncul setelah pilpres usai, karena nantinya kita (Indonesia, red) akan ditertawakan bangsa lain. Di satu sisi mereka bahagia melihat kita sebagai negara berkembang hancur dan di sisi lain bangsa luar menilai kita belum siap untuk berdemokrasi.

Mari sama-sama mendukung pasangan capres-cawapres terpilih. Rakyat kita sudah cerdas utk memilih. Siap menerima kalah menang jangan hanya jadi slogan semata, praktekkanlah dalam dunia nyata.

Amril Jambak
Peneliti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya