Berita

foto:net

Publika

Menanti Satria Piningit Turun Gelanggang

MINGGU, 11 MEI 2014 | 12:47 WIB

PERTARUNGAN di Pilpres mendatang semakin hari semakin memanas. Masing-masing pihak melalui tim suksesnya berusaha saling menjatuhkan dengan berbagai cara. Mulai dari yang tersirat maupun yang tersurat, bahkan para tim sukses ramai-rami mengkait-kaitkan bahwa jagoannya adalah keturunan tokoh nusantara ataupun keturunan raja Jawa.

Secara tidak langsung semua kandidat mempercayai bahwa dengan membawa nama para leluhurnya maka kemenangan itu akan semakin mudah diraih, tidak peduli mereka masuk trah urutan keberapa dari silsilah para Raja Jawa. Sebab bagaimanapun mereka meyakini Jawa adalah kunci kekuasaan di negeri ini.

Ibarat kuda, mereka dapat dianalogikan sebagai kuda tunggang dan kuda beban yang dipelihara hanya untuk ditunggangi tuannya atau dipakai hanya sekedar dipamerkan atau untuk mengikuti kontes-kontes saja, bahkan kuda beban hanya dipakai untuk menarik beban tanpa tahu ke mana arah tujuan. Sementara bangsa ini membutuhkan kuda pacu yang sudah tahu mau ke mana arah tujuannya agar berhasil meraih kemenangan.


Yang dapat mengendalikan semua kuda-kuda itu adalah sosok Satria yang menunggani kuda pacunya dan benar-benar mendapatkan pewahyuan dari penguasa nusantara. Dialah raja Jawa yang sesungguhnya. Bukan mereka yang mengaku sebagai keturuanan raja atau bangsawan Jawa.

Bangsa ini adalah bangsa yang besar dengan ribuan pulau tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan kekayaan laut yang luar biasa melimpah sehingga sering menjadi sasaran pencurian ikan dari negara tetangga. Untuk itu, sudah saat pemimpin di negeri ini lebih berorientasi kepada laut karena kekayaan di laut baru sebagian kecil saja yang dimanfaatkan.

Satria Piningit yang sesungguhnya, yang sudah terbukti dicintai rakyat dan tidak cengengesan di hadapan rakyat serta tidak gampang meluapkan amarahnya diharapkan dalam waktu dekat akan turun ke gelanggang demi meredam keangkuhan dan kesombongan yang kerap dipertontonkan para calon pemimpin yang selalu mengatasnamakan rakyat untuk meraih ambisi pribadinya ataupun kelompoknya.

Kanjeng Hartantoro
pengamat spiritual


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya