PERBANDINGAN persentase kepemimpinan Golkar Aburizal Bakrie dengan di saat kepemimpinan Akbar Tandjung, sangat jauh berbeda sekali. Akbar berhasil memenangkan partai Golkar di 2004, sukses menjalankan catur sukses untuk partai dan berani mencalonkan Wiranto berpasangan dengan Sholahuddin Wahid dalam Pilpres 2004 walaupun belum berhasil, akan tetapi itu merupakan sikap ksatria seorang politikus sejati.
Kepemimpinan Aburizal Bakrie dengan Jusuf Kalla merupakan plus minus yang sangat dekat sekali. Jusuf Kalla saat kepemimpinannya menempatkan Golkar di nomor dua dalam Pemilu 2009 dengan angka persentase 14,70 persen, sedangkan era kepemimpinan Aburizal bakrie itu 14.30 persen di nomor dua juga dalam pemilu 2014 baru-baru ini.
Jika dilihat, JK masih lebih ksatria dibandingkan Aburizal Bakrie dikarenakan JK berani maju sebagai capres pada Pemilu 2009 berpasangan dengan Wiranto yang sebagai wapresnya.
Jadi melihat fenomena kali ini bahwa partai Golkar sebagai pemenang kedua dalam Pemilu 2014 akan tetapi Aburizal bakrie selaku ketua umumnya yang telah lama bernafsu maju RI 1 dan telah digadang-gadang dalam deklarasi 2012 untuk sebagai capres, yang dimuat di seluruh media lokal, nasional maupun internasional, mundur sebagai second player Prabowo Subianto. Dinamika ini sangatlah memalukan bagi partai Golkar. Marwah Golkar tergadaikan untuk kepentingan sang ketua umum tersebut.
Politik memang pada intinya mengejar kekuasaan untuk agar dapat menerapkan kebijakan. Akan tetapi, ada juga dalam politik yang perlu dijaga yaitu etika politik itu sendiri. Sampai saat ini semua masyarakat tidak habis pikir akankah Prabowo Subianto mau berpasangan dengan Aburizal Bakrie, yang penuh kontroversi masalahnya dalam republik ini. Akankah Prabowo sebagai seorang pensiunan jenderal Komando Strategi Militer, yang punya rekam jejak ide-ide cemerlang dalam mengambil kebijakan strategi untuk memenangkan pertarungan di medan laga perang, harus berpasangan dengan sosok yang tidak disukai atau diminati rakyat republik ini.
Tentu Prabowo akan lebih punya sikap terbaik itu sendiri, karena ini juga menyangkut marwah dirinya sebagai seorang Jenderal atau Ksatria.
Jika memang keinginan Prabowo ingin mengambil kader dari Partai Golkar, lebih baik meminang Akbar Tandjung, yang mempunyai rekam jejak jumlah massa pendukung terbanyak di Partai Golkar itu sendiri maupun di eksternal kepartaian.
Akbar merupakan kartu As terbaik, bagi siapapun calon presiden yang bersanding dengannya. Dia bisa membawa pertarungan Pilpres 2014 itu menjadi satu putaran semata. Karena seluruh Stakholder Lumbung-Lumbung mahasiswa/i, petani, nelayan dan buruh sudah siap untuk mendukung Akbar dalam skala nasional.
Djafar Ruliansyah Lubis
Ketua Umum DPP Laskar Pergerakan Intelektual Muda Indonesia (LPIMI)