Berita

Muhammad Nuh

Wawancara

WAWANCARA

Muhammad Nuh: STIP Ditutup Kalau Pimpinannya Tidak Mau Bertanggung Jawab

JUMAT, 02 MEI 2014 | 10:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh mengancam menutup Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) bila kasus penganiayaan senior terhadap yuniornya terus terjadi.

“Meski STIP bukan di bawah Kemendibud, tapi kami yang beri kewenangan. Kewenangannya bisa kami cabut. Kalau nggak bisa diperbaiki, dan orangnya (pengurusnya) nggak sanggup memperbaiki, ya kami ambil alih,” ujar Muhammad Nuh kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui, mahasiswa STIP, Dimas Dikita Handoko (19), diduga tewas akibat dianiaya para seniornya, Jumat (25/4) malam. Diduga, ketujuh tersangka melakukan penganiayaan karena Dimas dianggap tak menghormati seniornya. Saat ini, ketujuh taruna itu sudah dikeluarkan dari STIP.


Muhammad Nuh selanjutnya mengatakan, meski pengelolaan STIP di bawah kewenangan Kementerian Perhubungan, sekolah itu harus mengikuti kaidah-kaidah pendidikan yang ditetapkan Kemendikbud.

“Di antaranya, tidak boleh ada kekerasaan dan plonco-ploncoan. Itu sudah nggak zaman. Kalau masih seperti itu, dia (sekolah) nggak bisa beresin, ya kami ambil alih,” tegas Nuh.

Berikut kutipan selengkapnya:
 
Dengan peristiwa seperti ini, apa pendidikan di bawah kementerian atau kedinasan bisa dipertahankan?
Adanya pendidikan kedinasan yang dikelola kementerian di luar Kemendikbud, masih dimungkinkan. Tapi, saya minta dengan tegas tetap mengacu pada prinsip nilai-nilai akademis.

Jangan sampai mereka menyelenggarakan, tapi tidak patuh pada nilai-nilai akademis. Kedinasan itu boleh saja. Yang nggak boleh kekerasannya.

Bagaimana kalau pendidikannya semi militer?

Semi militer juga bagus kan. Yang tidak boleh, yang tidak terukur. Semi militer bukan berarti tidak boleh. Kalau mengarah pada kekerasan, saya kira sudah bukan zamannya lagi.

Apa kasus seperti ini masih banyak terjadi?
Kalau mau fair, kasus seperti ini relatif jauh berkurang. Jumlah kekerasan sudah turun. Tapi, bukan berarti yang tinggal sedikit ini kita toleransi. Harus diusut tuntas, apalagi sampai ada korban meninggal dunia. Harus diberikan sanksi setegas-tegasnya.

Tindakan tegas seperti apa?
Siswa pelaku kekerasan harus dikeluarkan. Kemudian, bagi penyelenggaranya, pimpinan dan seterusnya harus bertanggung jawab. Kalau nggak mau tanggung jawab, ya sekolahnya ditutup saja.

Sejauh ini, apa evaluasi Kemendikbud?

Saat ini, tim sudah jalan. Kalau tindakannya tidak mengarah pada perbaikan, (kami arahkan agar) tidak usah menerima mahasiswa baru.

Apa hal itu cukup efektif?

Larangan merima mahasiswa baru bertujuan memotong mata rantai kekerasan. Dengan demikian, (kekerasan) tidak terus bergulir dari senior ke yunior.

Sebab, yang saat ini yunior kan akan naik menjadi senior. Kemudian akan balas dendam. Nah, salah satu caranya, potong mata rantai. Dua tahun saja sudah cukup, nggak akan ada balas dendam.

Soal kasus kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS) ada kemungkinan tersangka baru, tanggapan Anda?
Urusan pelecehan dan seterusnya itu kami serahkan pada pihak kepolisian. Itu harus diusut, tidak hanya sampai level tenaga-tenaga bawah. Harus ditarik sampai ke atas. Kalau dimungkinkan ada yang lebih tinggi. Itu harus diusut.
 
Kriminalitas pelecehan itu sangat saya sesalkan. Itu bukan lagi pelecehan seksual, melainkan pelecehan kemanusiaan. Saya beri dukungan penuh pengusutannya. Saya komunikasi dengan kepolisian agar kasus itu diusut sampai akar persoalannya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya