Data sementara akibat banjir bandang yang melanda Sulawesi Utara kemarin, 13 orang meninggal dunia, 2 hilang, serta 40 ribu jiwa mengungsi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, merinci, di Kota Manado 5 tewas, 1 orang hanyut belum ditemukan, yaitu Veber Sony Lowing. Sementara di Kota Tomohon 5 orang tewas; di Minahasa 3 orang tewas, 1 orang hilang (Niko, 54), dan 1 orang luka berat.
"Di Kabupaten Minahasa Utara 3 desa dengan 1.000 jiwa terisolir akibat banjir dan longsor. Di Kepulauan Sangihe beberapa rumah tertimbun longsor. Diperkirakan sekitar 40 ribu warga mengungsi ke tempat yang aman," jelas Sutopo (Kamis, 16/1).
Banjir dan longsor yang melanda beberapa daerah di Sulut secara bersamaan kemarin itu dipicu kombinasi antara faktor alam dan antropogenik.
Sutop mengungkapkan, hujan deras dipicu oleh sistem tekanan rendah di perairan selatan Filipina yang menyebabkan pembentukan awan intensif. Selain itu juga adanya konvergensi dampak dari tekanan rendah di utara Australia sehingga awan-awan besar masuk ke wilayah Sulut.
"4 sungai besar di Kota Manado meluap dan menghanyutkan puluhan rumah dan kendaraan. Bencana kali ini lebih besar daripada sebelumnya yang pernah terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan 22 tewas, dan Februari 2013 yang meneybabkan 17 tewas," beber dia.
Saat ini, BPBD Provinsi Sulut berkoordinasi dengan BPBD Kab/Kota, TNI, Polri, SAR, RAPI, Tagana, PMI, relawan dan lainnya bersama-sama membantu mengevakuasi masyarakat. Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi penanganan darurat.
Logistik dan peralatan di BPBD dikerahkan seperti dapur umum, perahu karet, tenda, matras, selimut, permakanan, dan lain-lain. "Kebutuhan mendesak: perahu karet, tenda, matras, selimut, makanan, pakaian dan kebutuhan dasar. Posko sudah didirikan di beberapa tempat. Pendataan masih dilakukan," tandasnya.
[zul]