Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur saat ini sudah menjadi milik bangsa Indonesia, bukan hanya milik keluarga. Siapapun yang satu visi dengan beliau dalam memperjuangkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan keutuhan NKRI berhak memasang fotonya sebagai wujud pengagungan atas pemikiran Presiden RI ke-4 tersebut.
"Misalnya kita memasang foto Mahatma Gandhi, masa kita diprotes oleh anaknya? Kan lucu. Gus Dur itu milik bangsa, bukan hanya milik keluarganya," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarok (Selasa, 31/12).
Karena itu, menurutnya, penolakan pemasangan foto Gus Dur oleh Yeny Wahid dan Sinta Nuriyah terhadap calon anggota legislatif PKB, meskipun tidak semua, tidak tepat. Kalaupun dahulu pernah ada perbedaan pendapat antara Gus Dur dengan pengurus PKB yang lain, itu merupakan hal yang sangat wajar dan manusiawi. Karena mereka semua adalah manusia yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
"Kalaupun ada perbedaan pendapat kecil yang tidak menyangkut nilai-nilai itu adalah hal yang wajar dan kita tidak perlu berlebihan menanggapinya," tegas Zaki.
Zaki malah menaruh curiga atas keberatasan istri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah itu. Menurutnya, protes Sinta Nuriyah atas pemasangan gambar Gus Dur oleh beberapa calon anggota legislatif PKB karena yang bersangkutan dimanfaatkan Partai Nasdem. "Hal ini terbukti bahwa Sinta Nuriyah mengisi pembekalan caleg perempuan Partai Nasdem di Surabaya," papar Zaki
Dalam kaitan hubungan NU dan PKB, dosen ilmu politik di FISIP UIN Jakarta itu menjelaskan, implementasi ideologi NU tidak ada di partai lain kecuali di PKB. "Bahkan, pemikiran-pemikiran Gus Dur itu ya di PKB, tidak ada di partai lain." demikian Zaki Mubarok.
Sementara, pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Ghafar Karim mengatakan, tidak ada larangan dalam Undang-undang (UU) Pemilu menggunakan gambar Gus Dur sebagai alat kampanye beberapa partai politik (parpol). Sebab, Gus Dur sama halnya seperti Bung Karno dan tokoh nasional lainnya.
"Kalau UU tidak ada yang dilanggar. Kalau gambar Gus Dur sama halnya seperti tokoh lain seperti Bung Karno. Karena tipe kebangsaan Gus Dur, cara berpikir Gus Dur itu adalah energi besar Indonesia," kata Ghafar.
Secara hukum, kata Ghafar, Gus Dur bisa saja dipakai calon anggota legislatif dari PKB sebagai alat kampanye. "PKB dan semua elemen bangsa bisa menggunakan ketokohan Gus Dur. Karena Gus Dur adalah sosok ulama, tokoh, politisi teladan," tegasnya.
“Para calon anggota legislatif dari partai lain tidak pantas mengomentari PKB karena sesama kontestan pemilu tidak elok menyerang kontestan lain, Lebih baik mereka mengurus dirinya sendiri," imbuh dosen Fisipol UGM itu.
[zul]