SAMPAI saat ini kemacetan masih menjadi permasalahan dan perdebatan panjang yang seakan tanpa ujung di negeri ini, khususnya bagi Ibukota tercinta Jakarta. Terjadi saling tuding oleh para pemimpin bangsa ini dan kebimbangan tata cara dan kelola dalam kehidupan bermasyarakat di negeri tercinta ini pada umumnya.
Yang menjadi kambing-hitam sebagai penyebab kemacetan biasanya adalah: infrastruktur jalan yang kurang, sarana transportasi umum yang tidak layak, jumlah kendaraan harus dibatasi karena telah melebihi kapasitas dan semuanya lebih cenderung memberikan pernyataan kepada sesuatu yang tidak dapat memberikan argumentasi tanpa adanya koreksi dari semua pihak yang terlibat.
Sebuah pernyataan salah, pengakuan dari ketidak tahuan tidak pernah kita dengar keluar dari mulut penguasa atau pemimpin dan juga secara tanpa kita sadari adalah sudah menjadi budaya di negeri kita untuk tidak mau salah melainkan hanya bisanya menyalahkan orang lain. Ketergesa-gesaan, tidak peduli terhadap sesama, fanatisme semu, hanya mementingkan diri sendiri adalah sebuah gambaran yang terjadi dalam keseharian di jalan raya Ibukota dan itu juga adalah cermin budaya sebuah kehidupan yang berlaku umum di tengah masyarakat Indonesia.
Budaya di Ibukota tercinta (bangsa) telah menjadi sebuah budaya kehidupan yang anarkis, mengerikan, hukum rimba berlaku. Budaya tercipta oleh adanya contoh yang diberikan oleh para tokoh dan pemimpin sehingga membuat setiap individu-individu melakukan hal yang sama atas apa yang menjadi contoh tersebut secara keseharian dan terus menerus sehingga menjadi tata cara dan pola kehidupan sampai menciptakan kepada karakter individu yang banyak dalam suatu komunitas / bangsa. Intinya adalah budaya dapat diciptakan melalui pola percontohan dan dilakukan secara terus menerus dan massif.
Ilustrasi di jalanan; ada orang yang berkuasa atau punya uang yang pakai voorijder; ada masyarakat yang tidak senang lalu turun ke jalan raya; ada masyarakat yang tidak peduli; ada yang mau menyalip kendaraan lain dan tidak mau antri; ada yang tidak mau memberi jalan karena tidak mau jalannya diambil.
dari ilustrasi tersebut; dimana letak kesalahan tersebut ? Apa yang membuat masyarakat kita menjadi sebuah masyarakat dengan budaya tergesa-gesa? Arogan? Tidak mau kalah?
Miris apabila kita memahami secara psikologis kenapa terjadi sifat-sifat tersebut apabila kita bisa menyimpulkan bahwa akar permasalahan semua itu adalah kebodohan.
Sifat dan sikap bodoh dapat diciptakan. Begitu juga sifat dan sikap baik dan peduli dapat kita ciptakan. Mau pilih yang mana, bodoh atau peduli?
Mari kita kupas lebih dalam lagi kenapa kebodohan menjadi sebab budaya bangsa ini melorot turun jauh dari sesuatu yang normal dengan menggunakan hukum postif dan negatif, khususnya masalah kemacetan.
Pertama, bagaimanakah cara masyarakat pada umumnya mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) ? Bagaimanakan tata cara berkendaraan pengendara setelah mendapatkan SIM ? Apakah masyarakat memahami dan menjalankan aturan yang ada di jalan dengan mematuhi rambu-rambu dan marka jalan? Apa saja yang ada di kantong Polisi Lalu-Lintas yang sedang bertugas? Bagaimana para penegak hukum bersikap di jalan raya? Bagaimana sikap berkendara pemimpin bangsa ini? Bagaimana sikap masyarakat pada umumnya? Sikap pengendara kendaraan umum? dan masih banyak lagi
Kedua, apa yang menjadi penyebab itu semua? Sekali lagi karena sikap bodoh. Sangat menyebalkan! Kenapa pemberi SIM bodoh, karena tidak memahami
social cost dan
impact yang akan terjadi di kemudian hari. Kenapa pengendara kendaraan bermotor (pada umumnya) bodoh, karena tidak memahami tata cara berkendara yang baik dan benar. Karena tidak belajar untuk mendapatkan SIM dimana dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal. Kenapa pemimpin atau lebih tepatnya orang yang suka menggunakan voorijder (selain RI-1 dan RI-2) bodoh, adalah karena sikap arogan yang mana arogansi itu terjadi karena pengetahuan yang sedikit dimana faktanya mereka tidak pernah menyadari dan memahami ada hak orang lain di jalan yang harus juga mendapatkan previlege! Bukan hanya mereka yang menggunakan voorijder yang secara tergesa-gesa minta didahulukan!
Korps yang menjadi jasa pengawalan juga bodoh dimana mereka pasang badan untuk yang memberikan bayaran atas jasa mereka untuk berhadapan dengan masyarakat sehingga menciptakan persepsi korup atas korps yang mereka hormati! Bodoh sekali!
Peciptaan budaya bodoh sebuah bangsa terjadi pada sikap dan tata cara berkendara! Terjadi secara terstruktur dan tanpa disadari telah menjadi budaya dan karakter bangsa pada umumnya. Miris. Masyarakat dan korps (pada umumnya) pasang badan atas sebuah tindakan bodoh! Aneh ya, untuk melakukan tindakan bodoh mau pasang badan? Kemungkinan, apabila kita sentuh hati nya, dimana semua manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, maka dapat juga diciptakan masyarakat yang mau pasang badan untuk kebaikan dan kepedulian. Pasti bisa juga ya secara logika disimpulkan begitu.
Ketiga, mari kita sama-sama, semua pihak baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, kepolisian, dinas terkait, masyarakat dan khususnya pengguna kendaraan bermotor dan jalan raya, secara aktif dan partisipatif untuk dapat memberikan dan mendapatkan pembelajaran atas tata cara dan sikap yang baik dan benar, secara berkesinambungan sehingga tercipta kondisi yang teratur. Mari kita secara bersama-sama menciptakan budaya baru yaitu budaya baik dan peduli ! Transformasi dari sebuah budaya yang tidak baik menjadi budaya yang baik harus dilakukan secara sedikit-sedikit, dimulai saat ini, terus menerus sampai menjadi sebuah karakter yang baik dan peduli.
Tentu saja, secara nalar, kita semua sepakat akan memilih jalan yang tertata rapih dan menyejukkan padangan mata. Karena itu kita harus mengubah tata cara dan sikap berkendaraan sehingga tercipta sebuah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila sesuai dengan cita-cita para pendahulu negeri tercinta ini.
Alangkah senangnya apabila budaya tidak tegas dalam menentukan pilihan bertranspormasi menjadi sebuah budaya yang tegas atas sesuatu yang menjadikan kebaiKan bagi masyarakat pada umumnya. Penciptaan budaya baik dan peduli harus dimulai dari sekarang, dari lingkungan terkecil (keluarga), dam dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi karakter bangsa yang kuat dan solid.
Mana budaya Gotong Royong dan Ramah Tamah yang menjadi ciri khas bangsa ini? Bangsa ini bangkit karena masyarakat nya adalah masyarakat yang baik dan peduli.
Dino Tribrata
Masyarakat peduli transportasi