Berita

Dahlan Iskan

Bisnis

Hindari Konflik, Dahlan Ogah Terlibat Di Inalum

JUMAT, 11 OKTOBER 2013 | 09:23 WIB

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan tak mau terlibat dalam proses pengambilalihan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) untuk menghindari konflik.

Dahlan juga mengaku tidak mau memperdebatkan apakah Inalum akan jadi BUMN atau diakuisisi BUMN. Menurutnya, yang penting Inalum bisa diambil alih Indonesia.

“Saya nggak mau terlibat di situ. Dikira BUMN mau. Yang penting Inalum harus kembali ke Indonesia. Jangan berkelahi di sana (Inalum-red). Siapapun yang penting serah terima dari perusahaan Jepang ke Indonesia. Semua siap,” katanya di Jakarta, kemarin.


Untuk diketahui, Pemerintah Indonesia akan mengambil alih 58,87 persen saham Inalum dari perusahaan Jepang, yaitu Nippon Asahan Alumunium (NAA). Eksekusi akan dilakukan 31 Oktober 2013.

Menurut Dahlan, setelah proses pengambilalihan tuntas, Kementerian BUMN siap menerima penugasan yang diberikan pemerintah mengelola Inalum.

Hinggi kini, rencana pemerintah untuk membeli kembali saham Inalum masih terhambat karena belum adanya kesepakatan harga antara pihak Indonesia dan NAA.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, Jepang menginginkan harga Inalum berdasarkan nilai buku sebesar 600 juta dolar AS. Namun berdasarkan hitungan buku Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), harga pembelian Inalum hanya 390 juta dolar AS, sehingga ada selisih sekitar 210 juta dolar AS.

Dengan tidak adanya kesepakatan bersama antara kedua negara soal harga Inalum, maka pemerintah berusaha mencari seperti apa penyelesaiannya. Tapi sampai saat ini pemerintah masih memegang harga dari BPKP, meski pemerintah Jepang tetap ngotot dengan harga nilai buku saat kesepakatan tahun 1998.

Jika tidak ada kesepakatan menjelang tenggat waktu pembelian berakhir 31Oktober 2013, maka pemerintah akan membawa ke arbitrase.

Direktur Eksekutif Institute Resourcess Studies (Iress) Marwan Batubara menuntut pemerintah tidak melakukan perpanjangan kontrak dengan Inalum. Sebab, langkah itu dinilai bukan hanya membuat Indonesia dilecehkan, tetapi juga ditipu.

 â€œDulu lama sekali mereka bilang rugi. Hanya karena Pak JK (Jusuf Kalla) waktu jadi wapres ke Jepang kemudian mengancam, baru tiga bulan kemudian laporan keuangannya menjadi positif. Sebelumnya negatif terus,” ujarnya   [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya