Berita

Jeffrie Geovanie

Wawancara

WAWANCARA

Jeffrie Geovanie: Parpol Di Dunia Belum Pernah Gelar Konvensi Ala Demokrat

KAMIS, 22 AGUSTUS 2013 | 09:16 WIB

Terlepas masih ada kritikan mengenai konvensi capres Partai Demokrat. Tapi gebrakan SBY itu patut diacungi jempol.

”Parpol di dunia belum pernah menggelar konvensi capres ala Demokrat. Terobosan ini patut dipuji,’’ kata Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, kepada Rakyat Merdeka, kemarin

Untuk itu, Jeffrie mengajak parpol lain melaksakan konvensi capres ala Demokrat ini untuk mencari calon pemimpin nasional yang diinginkan rakyat.


Berikut kutipan selengkapnya;

Kenapa Anda bilang konvensi capres ala Demokrat itu  satu-satunya di dunia?
Sebab, setiap tahapannya selalu ada pemberitahuan ke publik. Kemudian mempertimbangkan kecenderungan pilihan masyarakat terhadap kandidat capres.
 
Ini belum ada dalam sejarah parpol di dunia.Tradisi konvensi di negara lain,  misalnya Amerika Serikat, hanya tertutup di kalangan kader partai. Pemilihnya hanya internal parpol. Sedangkan konvensi capres ala Demokrat ini pemilihnya publik melalui survei.

Apa itu saja perbedaannya?
Tentu tidak. Komite Konvensi Capres Partai Demokrat itu pun diisi tokoh dari luar partai dengan track record yang baik. Dari 17 orang yang bergabung dalam komite, 10 tokoh luar yang berpotensi.

Komite pun mengundang kandidat perempuan dan orang muda yang kapabel menjadi kandidat capres.

Coba lihat, dari partai lain, secara umum masih menjagokan capres generasi tua.

Padahal pemilih mayoritas adalah generasi muda. Sepantasnya menurut saya, proses ini diapresiasi.

Sebagai orang pertama menyarankan parpol gelar konvensi, apa proses ini sudah sesuai dengan ekspektasi Anda?
Sedikit banyak sudah baik terlihat dari diumumkannya tiap tahapan ke publik, sehingga masyarakat terinformasikan dengan baik.

Dari tahapan dan mekanisme konvensi yang sudah diumumkan SBY, apa tanggapan Anda?
SBY sudah menyerahkan tahapan dan mekanisme kepada komite konvensi, tentunya masih dengan memperhatikan pertimbangan ketua majelis tinggi.

Harapan saya, Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi ini. Dan harusnya begitu. Kalau tidak, maka akan jadi bumerang. Bisa jadi publik mengira, semua ini hanya akal-akalan belaka untuk mendongkrak elektabilitas partai.

Seperti Golkar ketika mengadakan konvensi, memang Golkar menjadi pemenang pemilu. Tapi capres hasil konvensi saat itu, yakni Wiranto, tidak berhasil menjadi presiden karena konvensi itu sifatnya tertutup.

Jika Demokrat ingin jadi pemenang, maka lebih baik mengusung kandidat yang tinggi elektabilitas berdasar hasil survei. Tiap perwakilan partai di level provinsi nanti mengusung nama pemenang berdasar hasil survei tersebut, sehingga prosesnya pun berdasar preferensi masyarakat pemilih.

Bagaimana Anda melihat komposisi anggota komite konvensi?

Secara umum komposisinya saya nilai baik. Dari 17 orang itu, 10 orang kan independen/non kader Demokrat. Kalau kita lihat, yang independen ini memiliki track record yang baik.  

Pihak internal juga perlu ada dalam komposisi tim, supaya ada proses kontrol terhadap nilai-nilai yang menjadi aturan organisasi.

Bagaimana dengan masuk orang-orang senior di komite?
Mungkin asumsinya yang tua ini banyak pengalaman dan pengetahuan serta kredibel. Makanya dianggap mampu untuk menggawangi proses konvensi ini.

Tapi yang paling ditunggu publik adalah independensi dari komite ini dan menjadi pekerjaan berat untuk membuktikan kepada publik bahwa komite ini tidak sekadar akal-akalan saja. Saya yakin anggota independen komite ini berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kredibilitas mereka yang masih terjaga hingga saat ini.

Apa menteri ikut konvensi harus non aktif dari jabatannya?
Ini kan masih seleksi kandidat di level partai. Saya kira tidak perlu non-aktif. Toh masih jadi peserta. Asalkan tugasnya tetap dilaksanakan secara baik.

Peserta konvensi dari partai lain, ini bagaimana?
Syarat ikut menjadi konvensi masih digodok. Masih ada kemungkinan bisa direvisi soal syarat menjadi kader Demokrat. Memang ini menyebabkan beberapa nama mempertimbangkan partisipasinya ikut konvensi. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya