Berita

Rachmawati Soekarnoputri

Wawancara

WAWANCARA

Rachmawati Soekarnoputri: Tidak Ada Upaya Pemerintah Memeriahkan Perayaan Kemerdekaan Secara Nasional

KAMIS, 15 AGUSTUS 2013 | 09:50 WIB

Keluarga Bung Karno sering tidak kompak hadir di Istana untuk merayakan Hari Kemerdakaan Republik Indonesia.

Megawati Soekarnoputri sering absen. Sebab, merayakan Hari Kemerdekaan di markas PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Menanggapi hal itu, Rachmawati Soekarnoputri mengatakan, putra-putri Bung Karno memang tidak kompak lagi setelah ada yang melanggar konsensus yang dibuat keluarga.


“Sekarang semua diserahkan kepada pribadi masing-masing. Kalau ada yang tidak hadir merayakan Hari Kemerdekaan RI di Istana, keluarga yang lain tidak bisa intervensi,’’ kata putri Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.

Berikut kutipan selengkapnya:
 
Apa isi konsensus keluarga itu?
Dulu keluarga Bung Karno membuat suatu konsensus, yakni secara bersama-sama untuk tidak memilih salah satu partai politik di zaman Orde Baru.

Awal konsensus itu, kami selalu kompak. Tapi tiba-tiba ternyata ada salah satu anggota keluarga melanggar konsensus itu. Setelah itu,  diambil keputusan untuk mengambil jalan dan kebijakan masing masing.

Siapa yang Anda maksud itu?

Yang masuk ke PDI itu.

Maksud Anda Megawati Soekarnoputri?
Ya.

Itu kan sudah lama, apa tidak bisa kompak lagi sekarang?
Kesepakatan terakhir keluarga memang memutuskan untuk diserahkan kepada masing-masing anggota keluarga.Artinya, diserahkan kepada masing-masing individu. Tidak ada lagi konsensus.

Siapa berkesampatan datang Istana untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI,  ya silakan. Kalau tidak sempat,  ya merayakannya di luar. Tidak masalah juga kan.

Tampaknya persiapan peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-68 biasa-biasa saja ya?
Itu semua tidak terlepas dari peranan pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta.

 Sampai saat ini tidak ada upaya untuk memeriahkan kemerdekaan kita (RI) secara nasional. Sebab, masyarakat lebih mempersiapkan lebaran. Mereka lebih asyik mengurus diri masing-masing daripada menyambut hari bersejarah kemerdekaan.

Melihat hal itu, seharusnya pemerintah yang lebih proaktif. Misalnya mempersiapkan spanduk, umbul-umbul, dan lainnya.

Perlukah mewajibkan masyarakat untuk memasang bendera Merah Putih di mobil  dan motor?
Ya dong.  Di luar negeri saja menjelang hari kemerdekaan mereka, mereka diwajibkan oleh pemerintahannya untuk mengibarkan bendera dan segala macam pernak-pernik.

Misalnya, Malaysia mewajibkan masyarakatnya mengibarkan bendera dan bahkan mengarak-araknya keliling kota.

Bahkan  negara kecil seperti Singapura saja sangat meriah sekali merayakan hari kemerdekaannya. Kenapa kita negara besar tidak seperti itu. Saya menjadi merasa aneh. Makanya ke depan, pemerintah perlu mewajibkan masyarakat untuk memasang bendera Merah Putih di mobil dan motor.

Kenapa begitu?

Sebab, tidak ada dorongan dari pemerintah kepada masyarakatnya bahwa memperingati proklamasi ini sebagai sesuatu yang penting.

Dampaknya ke depan bagaimana?
Dikhawatirkan  lama kelamaan di rumah-rumah pun nanti bendara Merah Putih tidak dikibarkan untuk menyambut datangnya hari kemerdekaan Indonesia. Kesannya kita ini belum merdeka saja.

Apa yang Anda lakukan?
Saya sebagai putri Proklamator Bung Karno meminta kepada pemerintah untuk serius memperingati Hari Kemerdekaan kita.

Tampaknya kaum muda kurang memahami arti kemerdekaan, ini bagaimana?
Selama hampir 30 tahun lebih ajaran Bung Karno tentang perjuangan bangsa yang merdeka itu ditenggelamkan. Bangsa Indonesia tidak mendapat pemahaman tentang ajaran proklamator Bung Karno.

Tidak heran kalau selama 30 tahun ini juga tidak mengerti makna kemerdekaan dan cara mengisinya. Malah sekarang ini banyak masuk paham dari luar, seperti liberalisme, kapitalisme dan lainnya. Maka jangan heran kalau sekarang banyak terjadi praktik korupsi.

Segala sesuatunya dinilai dengan materi, bukan dengan hal yang immaterial

Seperti apa pembangunan immaterial itu?
Yakni pembangangunan karakter bangsa. Dulu ada namanya nation and character building dan trisakti. Di dalamnya ada paham mengenai bagaimana beradulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang budaya.

Itu semua sudah hilang di masyarakat. Tujuan kemerdekaan dan cara mengisinya sudah kehilangan orientasi, terutama generasi muda yang tidak mengenal lebih jauh mengenai Bung Karno dan ajarannya. Banyak sekali buku tulisan Bung Karno dalam membangun nation and character building dan lainnya. Di dalam buku-buku Bung Karno sangat jelas arah dan tujuan setelah kemerdekaan. Tapi dulu sesuatu yang berbau Bung Karno dianggap tidak baik dan dilarang.

Apa dampaknya kondisi sekarang ini?
Ya. Kita tidak punya pegangan, maka banyak orang terpengaruh paham-paham dari luar yang sebenarnya tidak cocok dengan kultur dan kepribadian bangsa Indonesia.

Apa harapannya terhadap perayaan  Kemerdekaan RI ke-68 ini?
Kalau dulu kita merdeka dari penjajahan. Kalau sekarang musuh  kita tidak kasat mata. Penjajahah sekarang mulai memasukkan paham yang tidak sesuai dengan kultur dan kepribadian Indonesia, seperti liberalisme dan kapitalisme yang tidak dicita-citakan para proklamator. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya