Berita

Chatib Basri

Wawancara

WAWANCARA

Chatib Basri: 30 Juta Pemudik Percepat Pertumbuhan Ekonomi 2013

RABU, 14 AGUSTUS 2013 | 09:16 WIB

Mudik lebaran tidak hanya peristiwa sosial budaya dan religius. Tapi juga berimbas pada sektor riil, seperti industri kue, oleh-oleh khas daerah, bisnis kuliner lokal, persewaan mobil,  UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), dan lainnya.

Ini berarti aktivitas mudik lebaran telah berkonstribusi menciptakan redistribusi pendapatan  daerah-daerah, tumbuhnya investasi di daerah, serta mendukung terciptanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Demikian disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta.   


“Tradisi mudik telah menciptakan redistribusi ekonomi dari kota besar, khususnya dari Jakarta ke daerah-daerah yang menstimulasi aktivitas produktif masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya pada sektor UMKM dan industri rumahan lainnya,” paparnya.

Selain itu, lanjut Chatib Basri, tradisi mudik juga telah meningkatkan perbaikan infrastruktur dasar. Mulai dari pembangunan jalan darat, rel kereta api, jembatan, bandar udara, hingga pelabuhan laut.

“Hal ini tentu positif untuk sektor infrastruktur  maupun sisi ketepatan penyerapan anggaran. Peluang bisnis di bidang infrastruktur semakin terbuka,” jelasnya.

 Berikut kutipan selengkapnya:
 

Berapa uang mengalir dari kota ke desa pada lebaran kali ini?
Dana mengalir ke daerah dari sebanyak 30 juta pemudik tahun ini mencapai lebih Rp 100 triliun. Dana itu mengalir untuk pembayaran zakat, transportasi, konsumsi, belanja oleh-oleh, hingga kiriman untuk perbaikan rumah dan furniture.
 
Apa perekonomian masyarakat semakin meningkat?
Ya. Masyarakat kelas menengah semakin meningkat. Inilah buah dari stabilnya pertumbuhan ekonomi. Mulai dirasakannya manfaat perbaikan konektivitas nasional, yang meliputi perbaikan berbagai infrastruktur dasar jalan raya, pelabuhan, dan bandara.

Manfaat apa yang bisa dirasakan dari besarnya dana tersebut?
Di samping membantu percepatan pembangunan, dana segar mudik lebaran juga mendorong penyebaran pendapatan, sehingga ketimpangan dapat direduksi.
 
Secara luas, apa dampak ekonomi dari perputaran uang tersebut?
Dari sisi ekonomi, ada berbagai peluang ekonomi dari mudik lebaran, terutama dalam menciptakan nilai tambah ekonomi.
 
Apa saja?

Aktivitas mudik telah menciptakan perputaran uang yang begitu besar dan cepat. Triliun rupiah berpindah tangan dari kota ke kota, dari kota ke desa-desa dan perkampungan kecil. Tentu, secara agregat, nilai uang di sini bukan hanya berbentuk cash. Tapi juga berupa  elektronik, pakaian, bahan makanan, minuman, dan berbagai barang kebutuhan lainnya.
 
Apa ini berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional?
 Tentu saja. Aktivitas mudik lebaran  menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yakni melalui peningkatan konsumsi, sehingga nilai konsumsi agregat yang dihasilkan pun akan sangat besar, mencapai ratusan triliun rupiah.

Mudik lebaran bisa dijadikan akselerator (percepatan) dalam menjaga pertumbuhan ekonomi seperti ditargetkan dalam APBN-P 2013.
 
Tapi kenapa pertumbuhan ekonomi masih rendah?
Pertumbuhan ekonomi memerlukan sumber yang didapat dari ekstra effort untuk mencapai 6 persen lebih. Apalagi adanya inflasi yang tinggi dari sektor-sektor yang sudah terduga. Dengan effort tersebut, harapannya mungkin 6,3 persen agak susah.

Tetapi kita akan berusaha di atas 6 persen. Dengan itu inflasi diharapkan bisa dikendalikan. Mungkin 7,2 persen agak susah. Tapi saya melihat ruang untuk turun  8,6 persen.
 
Untuk pedesaan, apa dampaknya?
 Tumbuhnya investasi di pedesaan. Karena investasi di desa dapat menggerakkan sektor riil ekonomi desa seperti peternakan, pertanian, usaha kecil, home industi, perdagangan baik melalui koperasi maupun oleh pelaku ekonomi desa secara perorangan.

Dana yang banyak diperoleh masyarakat desa dari perantauannya, bisa diarahkan agar dapat menjadi suntikan modal bagi usaha yang produktif.
 
Bagaimana caranya agar investasi tersebut dapat terjaga?
Sinergitas semua pihak perlu lebih ditingkatkan, sehingga kondusif dalam mendukung bergeraknya ekonomi masyarakat lokal. Terutama dalam menjamin semakin meningkatnya kualitas layanan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi, seperti pasar, pertokoan, atau pujasera. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya