Berita

yarno dan lukisannya/fb

Blitz

Kritik Yarno pada Industrialisasi Menarik Hati Kolektor Seni

JUMAT, 02 AGUSTUS 2013 | 17:55 WIB | LAPORAN:

Setelah sukses dengan pameran tunggalnya bertema Ultimate City tahun lalu, Yarno kembali sukses pikat kolektor seni pada pameran tunggal Reborn yang diusung Galeri Apik di Bazaar Art Jakarta (BAJ) 2013, Hotel Ritz Carlton, Jakarta, belum lama ini. 

Seniman dari galeri lain di BAJ tak mampu membendung keinginan kolektor benda seni untuk memiliki salah satu dari sembilan karya seniman kelahiran Pagar Alam, Sumatera Selatan, itu.

"Tahun ini di empat hari pelaksanaan BAJ, galeri kami berhasil menjual habis sembilan karya Yarno,'' kata Direktur Galeri Apik, Rahmat, dalam rilisnya, Jumat (1/8).


Menurutnya, sepanjang tour de art-nya tidak banyak seniman yang bisa melaju sedemikian pesat seperti Yarno. Wajar saja kalau karya Yarno disambut hangat kolektor seni di London (Inggris), Seoul (Korea), Jepang, Australia, Singapura, dan Tiongkok.

Awalnya, lanjut Rahmat, ia juga tidak menyangka public seni bisa menerima karya Yarno begitu cepat. Pada Maret 2010, karya Yarno masih di harga Rp 9 juta. Lalu naik terus di akhir 2011 menjadi Rp 18 juta.

"Di pertengahan 2012 sudah naik lagi menjadi Rp 25 juta. Dan minggu lalu, karya Yarno sudah laku di kolektor seni dengan harga Rp 35-50 jutaan,'' tambahnya.

Yarno adalah perupa asal jogja yang menuangkan kritik terhadap efek urabanisasi melalui lukisan. Ia juga telah mengharumkan nama Indonesia di ajang internasional melalui penghargaan The Best Watercolor ISI Jogjakarta (1995) dan Minister of Tourism Award  (1998)

"Dia itu memiliki potensi untuk bisa mendunia," sambung Rahmat.

Yarno dinilai mampu membangkitkan kecintaan terhadap Tanah Air sama seperti seniman-seniman tanah air pendahulunya yang bisa go global dengan karya seni hasil karya anak bangsa.

Pesan apa sebenarnya yang mau disampaikan pelukis jebolan ISI Yogyakarta itu kepada pecinta seni? Karya lukis Yarno sesungguhnya simpel, namun eye catching dengan warna-warna merah bata, fuchia, abu-abu, dan merah yang kalaupun dilihat oleh masyarakat awam sekalipun mampu menjadi magnet.

Lukisannya dianggap unik karena objek gambar binatang yang ada pada karya lukis Yarno bukannya berada di tengah pepohonan hijau, tapi diantara pipa-pipa besi dan cerobong asap sebagai simbol industrialisasi.

Dia juga menggambarkan bagaimana ikan-ikan di sungai mencoba bertahan hidup di antara lautan sampah. Itu adalah gambaran sekilas sejumlah karya pelukis surealis itu dalam menunjukkan kegelisahannya melihat ekosistem alam yang semakin tidak seimbang.

Pengalaman hidup di masa kecil dengan kerimbunan pohon dan binatang liar di sekitarnya, membuat Yarno kangen. Dia kini mengaku sulit melihat rimbunnya pohon dan berbagai jenis binatang hutan, karena kian parahnya kerusakan alam.

'Lukisan saya memang bermakna kritik sosial. Tujuannya untuk keseimbangan kita sendiri.  Masalah global warming yang saat ini ada bukan lagi menjadi isu, melainkan ancaman,'' ucap Yarno suatu ketika. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya