Bekas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengaku tidak tertarik ikut Konvensi Capres Partai Demokrat.
“Masak saya harus ikut babak penyisihan lagi, kan nggak lucu. Apalagi tujuannya untuk meningkatkan popularitas partai,†kata Jusuf Kalla kepada Rakyat Merdeka, Selasa (9/7).
Alasan lain bekas Ketua Umum Partai Golkar itu tidak ikut konvensi capres karena merasa tidak pantas lagi duduk di pemerintahan.
“Kini sudah bukan saatnya lagi saya ikut kontes-kontesan konvensi capres. Biarlah generasi baru yang menggantikan,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Nama Anda disebut ikut konvensi, ini bagaimana?Saya tidak tahu. Ini kan baru mulai, tentu belum ada penawaran ke saya.
Bukankah saat bertemu SBY ditawari ikut konvensi capres?Tidak ada. Kami kalau bertemu berbicara secara umum saja kok.
Anda benar nih nggak berminat?Sekali lagi saya katakan bahwa orang ikut konvensi capres itu untuk diketahui visi, misi dan performance-nya. Saya pikir saya tidak perlu lagi mengikuti itu.
Kenapa?Saya kan sudah berada di pemerintahan cukup lama. Masak ikut babak penyisihan lagi atau kalau dikontes nyanyi saya harus ikut Indonesia Idol lagi, ha-ha-ha.
Tapi banyak yang ingin Anda maju dalam Pilpres 2014, bagaimana dong?Ya. Bagi saya sekarang bukan lagi soal jabatan atau lainnya. Bahkan bukan untuk kehormatan juga. Saya akan melihat bangsa ini ke depan, kalau masyarakat menginginkan. Katakanlah saya turut serta dalam pembangunan bangsa, tentu saya siap.
Artinya tidak perlu jadi presiden?Ya. Saya bisa bantu negara, baik di PMI dan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Walau sekarang saya istirahat, tentu saya mengatur negara juga.
Ada tujuh aturan main mengikuti konvensi capres, apa tanggapan Anda?Kalau saya lihat sih itu bukan aturan main, hanya kondisi awal saja.
Tokoh yang ikut konvensi, apa masih berani mengkritik pemerintah?Itu menjadi pertanyaan, masih ada nggak yang berani mengkritik pemerintah atau Partai Demokrat kalau sudah masuk konvensi, tentu akan ada rasa tidak enak.
Oh ya, bagaimana menurut Anda dakwah komedi di televisi?Saya salut dengan dakwah di Indonesia, bahkan saya menilainya tidak ada dakwah sebesar Indonesia di negara lain.
Bayangkan sebelum puasa saja dari 12 stasiun televisi, ada 10 televisi yang setiap hari menyajikan dakwah subuh. Bahkan di bulan puasa, sehari dakwah di televisi bisa mencapai lima kali.
Anda lebih suka dakwah komedi?Selera kan macam-macam. Tidak semua orang bisa seperti Pak Quraish Shihab terangkan hadist dan lainnya. Kalau saya lebih suka mendengarkan penjelasan hadist seperti itu.
Tapi banyak yang suka dengan dakwah komedi, bagaimana ini?Kalau dakwah komedi dipilih selama puasa, tidak apa hanya sebatas humor. Tapi jangan konyol karena unsur dakwahnya akan hilang. Maka silakan berdakwah, tapi jangan konyol.
Anda juga mengkritik penggunaan pengeras suara di masjid, kenapa?Saya mengkritik penggunaan pengeras suara yang tidak tepat. Sebelum Adzan kan ada pengajian, kalau bisa itu tidak lebih dari lima menit dan suaranya tidak mengalahkan pengeras suara masjid lainnya. Bukan itu saja, kalau malam hari baiknya dikecilkan saja pengeras suaranya, itu untuk menghargai masyarakat sekitar yang beristirahat. [Harian Rakyat Merdeka]