Ada sebuah persoalan besar yang selama ini menjadi semacam kendala dalam hubungan bilateral antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia.
Kendala itu adalah persepsi yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia dan Rusia.
Demikian dikatakan Dutabesar Republik Indonesia untuk Rusia Djauhari Oratmangun ketika berbicara di depan wartawan di Moskow, Rusia (Senin malam, 13/5).
"Selama ini kita memiliki persepsi bahwa Rusia adalah negeri komunis yang tidak mengenal Tuhan dan karenanya tidak perlu dijadikan partner dalam pergaulan di dunia internasional," ujar pria kelahiran Beo, Sulawesi Utara, 22 Juli 1957 ini.
Padahal, sebut mantan Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN ini,
founding fathers Indonesia telah memikirkan masak-masak bahwa Rusia akan menjadi salah satu kekuatan dunia yang harus diperhitungkan. Di masa lalu istilah poros Jakarta-Moskow populer bersama dua istilah sejenis, yakni poros Jakarta-Beijing, dan poros Jakarta-Washington DC.
"Ini memperlihatkan
founding fathers kita sudah memperkirakan ketiga negara ini (Rusia, China dan Amerika Serikat) akan menjadi bangsa besar. Dan sebagai bangsa besar seharusnya Indonesia bergaul dengan sesama bangsa besar," sambungnya.
Di saat masyarakat Indonesia umumnya memiliki persepsi yang begitu buruk terhadap Rusia, justru negara tetangga yang menjalin hubungan bisnis dengan Rusia dan memetik keuntungan yang tidak sedikit.
Indonesia harus segera mengubah
attitude terhadap Rusia. Banyak hal yang bisa didapatkan dari negara itu. Selain soal perdagangan dan ekonomi, Indonesia juga dapat belajar mengelola keberagaman dan agenda reformasi dari pengalaman Rusia.
"Setelah Uni Soviet hancur dan beberapa negara bagian melepaskan diri, nyatanya negeri itu tidak hancur. Mereka bisa selamat dan bertahan, dan kini bangkit kembali menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di dunia," masih kata Djauhari Oratmangun yang juga pernah menjadi Direktur Ekonomi Pembangunan dan Lingkungan Hidup PBB itu.
Dia mengingatkan bahwa Rusia sendiri pun sudah berubah. Kini ada gairah baru yang berkembang di Rusia. Negeri yang dipimpin duet Putin-Medvedev itu kini semakin menyadari bahwa ASEAN memiliki arti yang begitu penting baik dalam hal ekonomi maupun politik.
"Ada gairah baru di Rusia, dimana mereka melirik ASEAN. Ini harus segera kita tangkap.
Deal harus segera di-
seal," demikian Djauhari Oratmangun.
[guh]