RMOL. Saat ini barangkali kawasan Eropa Timur kerap disebut sebagai pasar non-tradisional bagi Indonesia. Tetapi di era 1960an kawasan itu adalah pasar tradisional Indonesia. Hal itu ditandai dengan kuatnya hubungan politik juga bisnis antara Indonesia dengan Eropa Timur di masa itu sampai terjadi perubahan besar dalam konteks politik di arena internasional yang memaksa Indonesia menjauh dari Eropa Timur.
Merujuk pada fakta sejarah itu, Direktur Jenderal Amerika-Eropa Dian Triansyah Djani merasa lebih tepat apabila istilah yang digunakan untuk kawasan Eropa Timur adalah pasar yang saat ini belum tergarap dengan baik. Dan fakta sejarah itu juga memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki pengalaman menjalin hubungan dengan Eropa Timur.
Berbicara dari Jakarta dalam teleconference yang digelar di KBRI di Moskow beberapa saat lalu (Selasa, 14/5) ia mengatakan hal penting yang harus dilakukan Indonesia di kawasan Eropa Timur adalah menemukan keuntungan komparatif dan produk-produk baru yang dapat diperdagangkan.
"Target kita adalah memaksimalkan perwakilan Indonesia di kawasan itu untuk mendapatkan investor dan akses pasar," ujar Dian.
"Satu hal yang harus kita yakini bersama adalah menjalin kerjasama dengan kawasan Eropa Timur akan menguntungkan kita," sambungnya.
Teleconference tersebut diprakarsai Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Djauhari Oratmangun. Selain dengan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, KBRI di 12 negara Eropa Timur juga ikut dilibatkan dalam pembicaraan jarak jauh ini. Kelompok jurnalis Indonesia yang sedang berkunjung ke Federasi Rusia pun mendapat kesempatan menyaksikan langsung jalannya teleconference.
Melanjutkan pembicaraannya, Dian mengingatkan bahwa di sisi lain negara-negara di kawasan Eropa Timur juga menganggap Indonesia sebagai partner yang seksi. Terlebih di saat kawasan Eropa umumnya sedang mengalami krisis ekonomi berkepanjangan.
"Ini dapat kita lihat dari frekuensi kunjungan pejabat mereka yang tinggi belakangan ini ke Indonesia," kata dia lagi sambil menambahkan bahwa pertumbuhan volume perdagangan dengan Eropa Timur adalah yang tertinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Volume perdagangan itu mengalami peningkatan sebesar 87,35 persen.
Dalam kesempatan yang sama Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Abdurrahman M. Fachir mengatakan untuk memaksimalkan potensi hubungan dengan kawasan Eropa Barat seluruh stake holders Indonesia harus dilibatkan.
"People to people contact sebagai bagian dari soft power diplomacy harus segera dilakukan dengan merangkul semua elemen masyarakat termasuk media," demikian dikatakannya.
[guh]