Presiden Republik Bolivar Venezuela Hugo Chavez yang meninggal dunia 5 Maret lalu ternyata sangat mengagumi pemikiran Bung Karno, terutama gagasan menyatukan bangsa dari berbagai negara di kawasan Amerika Selatan dan Afrika.
Chavez menjadi promotor utama organisasi negara-negara Amerika Selatan dan Afrika (ASA) yang digagas dalam pertemuan di Nigeria pada 2006 dan pertemuan di Venezuela pada 2009.
Pada tanggal 22 Februari lalu, dalam kondisi kesehatan yang memburuk, Hugo Chavez mengirimkan sepucuk surat kepada 63 delegasi negara Amerika Latin dan Afrika yang tengah menggelar pertemuan ke-3 ASA di Equatorial Guinea.
Dalam surat itu, Chavez mengajak semua negara ASA membangun jaringan kerja yang otentik dan permanen untuk menemukan strategi pembangunan berkelanjutan yang menguntungkan kedua benua.
"Adalah di benua kita, dimana terdapat sumber alam yang cukup, juga sumber sumber politik dan sejarah… untuk menyelamatkan planet dari kekacauan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme," ujarnya dalam surat yang dibacakan Menteri Luar Negeri Elias Jaua itu seperti dikutip dari
www.venezuelanalysis.com.
Dia mengajak agar negara-negara anggota ASA tidak kehilangan kesempatan untuk menyatukan kapasitas dalam sebuah kutub kekuatan yang sesungguhnya. Kekuatan Barat, sebutnya, bukanlah sumber dari solusi yang komprehensif dan definitif yang dapat digunakan untuk menyelasaikan berbagai persoalan yang kini ada.
"Presiden Chavez sangat mengagumi perjuangan Bung Karno di masa lalu. Gagasannya tentang ASA juga dipengaruhi oleh perjuangan Bung Karno menggelar Konferensi Asia Afrika tahun 1955 lalu," ujar Duta Besar Venezuela, Darwin Tovar, dalam pertemuan dengan Rachmawati Soekarnoputri di Universitas Bung Karno (UBK), siang tadi (Selasa, 9/4).
Dubes Tovar yakin, keberanian Bung Karno dan pemimpin-pemimpin Asia-Afrika lainnya kala itu juga menginspirasi pemimpin-pemimpin negara dunia saat ini yang ingin menjalin kerjasama damai dan saling menguntungkan dengan negara lain tanpa tekanan dan kecurangan.
Dalam sambutannya Rachma mengatakan, kendati Perang Dingin sudah berakhir, namun ajaran-ajaran Bung Karno terasa masih sangat relevan. Dalam praktik hubungan antar-bangsa dan antar-negara, ujar Rachma, masih ada penindasan yang terjadi. Terkadang penindasan itu berlangsung dengan cukup halus dan tanpa terasa.
Sebagai kenang-kenangan Rachmawati memberikan buku
Di Bawah Bendera Revolusi yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi
Under the Banner of Revolution kepada Dubes Tovar.
Dubes Tovar mengunjungi Rachma untuk menjajaki kemungkinan membentuk sebuah organisasi persahabatan yang menghubungkan masyarakat kedua negara. Rachma yang merupakan pendiri Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara mengatakan, sudah sepatutnya masyarakat kedua negara didekatkan melalui sebuah wadah persahabatan.
Dubes Tovar juga mengatakan bahwa negara-negara kapitalis Barat tengah berusaha untuk mengganggu sistem demokrasi yang ada di negara itu. Mereka berusaha mempengaruhi hasil pemilihan presiden yang akan diselenggarakan pada tanggal 14 Februari mendatang dengan mendukung calon kubu oposisi Henrique Capriles Radonski dari Koalisi untuk Persatuan Demokrasi.
Setelah Chavez meninggal dunia, wakil presiden Nicolas Maduro kini menjadi presiden sementara hingga presiden baru terpilih. Dalam pemilihan presiden nanti, Radonski akan berhadapan dengan Maduro yang diusung Partai Persatuan Sosialis Venezuela. Sebelum meninggal dunia, Chavez berpesan agar Maduro melanjutkan kekuasaannya.
Dalam pertemuan dengan Rachmawati itu, Dubes Tovar juga mengatakan bahwa kaum oposisi di negaranya menjadi kepanjangan tangan dari negara-negara asing yang ingin menguasai kekayaan alam Venezuela dan terganggu dengan sikap Venezuela selama ini dalam melindungi kekayaan alam itu.
"Venezuela adalah negara dengan cadangan minyak bumi terbesar di Amerika Latin. Kami juga memiliki pertambangan mineral. Pertanian dan peternakan kami juga cukup maju," ujarnya lagi.
Menurut Tovar, dalam pemilihan presiden nanti sebagian besar rakyat Venezuela akan memilih Maduro. Bagaimanapun, rakyat Venezuela dapat menyaksikan bagaimana sistem kapitalisme yang terjadi di banyak negara hanya menguntungkan sebagian kecil kelompok elite ekonomi dan politik.
[guh]