Berita

Batavia Air

On The Spot

Pegawai Travel Marah, Minta Uang Tiket Dikembalikan

Pailit, Kantor Batavia Air Diserbu Calon Penumpang
JUMAT, 01 FEBRUARI 2013 | 09:14 WIB

Batavia Air pailit. Maskapai itu tak lagi beroperasi terhitung Kamis kemarin. Kantornya diserbu calon penumpang yang sudah mengantongi tiket maskapai itu.

Nefitri cemas setelah membaca berita di internet kemarin pagi. Perempuan pengusaha travel itu lalu mengontak kantor Batavia Air. Ia berulang kali menelepon, namun tak ada yang mengangkat.

Tanpa pikir panjang, Nefitri memutuskan mendatangi kantor perwakilan maskapan itu di Jalan Ir Juanda, Pecenongan, Jakarta Pusat. Sampai di situ dia kembali kecewa.

Kantor berdinding kaca hijau itu tutup. Logo Batavia Air di dinding kantor sudah dicopot. Bekasnya masih terlihat. Di depan kantor itu dipasang spanduk merah. Spanduk itu berisi pengumuman bahwa kantor pindah ke Kemayoran. Di spanduk itu juga dicantumkan nomor telepon kantor yang baru.

Didampingi dua orang, Nefitri pun mencari alamat kantor Batavia Air yang baru di Jalan Angkasa Raya Kompleks Indo Ruko Nomor 20N, Kemayoran, Jakarta Pusat. Dapat. Di depan kantor baru yang merupakan gabungan dua ruko terlihat ada logo Batavia Air.

Lagi-lagi dia harus menelan pil pahit. Kantor baru Batavia Air yang menempati ruko berlantai empat itu juga tutup. Puluhan orang telah lebih dulu berkerumun depan pintu kantor yang terbuat dari rolling door.

Kemarahan Nefitri pun meledak. Di tengah kerumunan orang, ia meminta Batavia Air mengembalikan uang tiket. Perusahaan travel-nya mengantongi 23 tiket Batavia tujuan Padang, Surabaya, Malang dan Ternate untuk penerbangan awal dan pertengahan Februari. “Ada 23 tiket. Sudah dibayar cash. Totalnya 23 juta,” katanya geram.

Dia menjelaskan, perusahaannya memesan tiket-tiket Batavia Air untuk memenuhi permintaan para klien. Kliennya sudah membayar lunas. “Mereka minta duitnya dikembalikan,” ujarnya.

Pantauan Rakyat Merdeka, semakin siang orang yang datang ke kantor Batavia Air di Kemayoran makin banyak. Tujuannya sama: menuntut uang tiket dikembalikan (refund). Lantaran kantornya tutup, mereka hanya bisa berkerumun di depan. Sepuluh polisi terlihat berjaga-jaga.

Sekian lama menunggu, tak ada pihak Batavia Air yang menemui. Mereka pun menulis tuntutan di atas kertas. “Pengembalian uang refund sesuai harga tiket tanpa pemotongan,” demikian bunyi tuntutannya. Di kertas itu juga dilampirkan foto kopi tiket penerbangan Batavia Air yang sudah dipesan.

Ardian, pegawai Menara Suci Travel turut dalam kerumunan orang yang menuntut Batavia Air mengembalikan uang tiket yang sudah dipesan.

Ia mengaku disuruh bosnya untuk meminta penjelasan dari Batavia Air mengenai beberapa tiket yang sudah dipesan. “Ada 17 tiket. Sekitar 17 juta,” katanya dengan wajah lesu.

Ardian menuturkan, sejak tersiar kabar Batavia Air pailit, kantornya kebanjiran telepon dari calon penumpang yang sudah memesan tiket. Ada juga datang ke kantor perusahaannya di Raden Inten, Jakarta Timur, untuk meminta uangnya dikembalikan.

“Di kantor pada marah-marah. Saya disuruh bos ke sini minta penjelasan Batavia (soal pengembalian tiket),” kata Ardian lesu.

Sebelum ke sini, Ardian sempat ke kantor lama Batavia Air di Juanda. “Sempat ke Juanda. Kondisinya sama kayak di sini, ramai. Saya curiga kok plang namanya sudah nggak ada. Saya tanya satpam, ternyata sudah pindah ke sini,” tuturnya.


Ia bertekad bertahan di sini sampai pihak Batavia Air mengembalikan uang tiket yang sudah dipesan. “Kalau tidak dikembalikan, kita uang dari mana buat bayar ganti uang klien,” ujarnya.

“Saya dari pagi bolak-balik Juanda-Kemayoran. Siapa tahu ada perubahan,” harap Ardian.

Menurut Ardian, nama baik perusahaan travel-nya yang sudah berdiri tujuh tahun ini dipertaruhkan. Ia tak mau gara-gara persoalan ini, perusahaan tak lagi dipercaya para klien.

Selama dua terakhir menjalin kerja sama dengan Batavia Air, katanya, tak pernah ada persoalan. “Belum pernah kita dikecewakan Batavia. Baru kali ini. Kita minta uang 17 juta kembali supaya bisa beli tiket lagi. Tapi kalau mau dialihkan ke penerbangan lain, kita tanya klien dulu,” ujarnya.

Merasa usahanya tak membuahkan hasil, Ardian memutuskan meninggalkan kantor Batavia Air. Sebelum pergi, dia menyampaikan akan mendatangi kantor kurator yang ditunjuk untuk mengurus kepailitan Batavia Air. Masih untuk menuntut pengembalian uang tiket. Ia mendapat kabar kantornya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Di antara kerumunan orang yang menuntut refund, terdapat pasangan suami-istri muda Noval dan Mira. Pasutri yang tinggal di Pondok Indah, Jakarta Selatan itu, memesan tiket Batavia Air untuk penerbangan ke Singapura. Mereka berencana merayakan hari kasih sayang (Valentine) di Negeri Singa.

Pasangan itu telah membayar Rp 2.388.000 untuk memesan dua kursi penerbangan tanggal 13 Februari 2013. Mereka menuntut uangnya dikembalikan.

“Saya beli tiket bulan Desember, di cabang Pondok Indah. Harusnya, kalau mau bangkrut jangan jual tiket. Ini tetap dilayani, duitnya diambil,” kata Noval sambil menunjukkan tiket yang dikeluarkan istrinya.

Noval kesal pihak Batavia terkesan tidak bertanggung jawab terhadap calon penumpang yang telah membeli tiket. “Kita tadi ke cabangnya, tapi tutup. Tulisannya sedang offline, pindah ke pusat. Saya tahu dari media online, kantornya pindah ke sini (Kemayoran),” kata Noval.

Walaupun gagal terbang dengan Batavia Air, pasangan ini tak mau membatalkan rencana ke Singapura untuk merayakan Valentine. “Jadi dong, ya beli tiket lagi,” kata Mira sambil melirik sang suami. Noval pun mengiyakan keinginan istrinya.

Ngincar Proyek Haji Malah Berujung Pailit
Batavia Air diketahui memiliki utang 9,63 juta dolar AS kepada dua perusahaan yang telah jatuh tempo. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan maskapai itu pailit dan tak boleh beroperasi sejak Kamis (30/1). Adalah International Lease Finance Corporation (ILFC) yang mengajukan permohonan pailit atas Batavia Air ke Pengadilan Niaga.

Pada 2009, ILFC menandatangani perjanjian sewa menyewa pesawat dengan Batavia Air. ILFC akan menyediakan pesawat Airbus A330-202. Harga sewanya 2.202.647,83 juta dolar AS. Jangka waktu sewa enam tahun mulai 28 Desember 2009 hingga 27 Desember 2015.

Pembayaran sewa dilakukan secara bertahap dalam enam kali. Selain biaya sewa, maskapai yang dikenal dengan slogan Trust Us to Fly ini juga diharuskan membayar biaya sewa tambahan, dalam bentuk cadangan rangka pesawat udara, cadangan pemilikan kinerja mesin, cadangan LLP mesin, dan cadangan peralatan pendaratan senilai 2.326.184.63 dolar AS. Biaya cadangan ini akan naik sebesar 3 persen per 1 Januari 2010.

Batavia Air menyewa pesawat berbadan lebar karena tertarik untuk ikut mengangkut jamaah haji Indonesia. Namun, tiga tahun berturut-turut tak juga dapat proyek angkutan haji dari pemerintah. Akibatnya, maskapai itu tak bisa memenuhi kewajibannya kepada ILFC.

Lantaran terlambat membayar sewa, Batavia kena denda sebesar 159.231,61 dolar AS. Hingga 2012, utang maskapai yang berdiri tahun 2002 itu kepada ILFC sudah mencapai 4.688.064,07 dolar AS.

Sebelum jatuh tempo, ILFC telah dua kali mengirimkan surat teguran. Yakni, pada 12 September 2012 dan 25 September 2012. Namun, tidak digubris.

Selain ILFC, Batavia Air juga dilaporkan memiliki tagihan kepada Sierra Leasing Limited yang juga berasal dari perjanjian sewa-menyewa pesawat. Utang yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012 dilaporkan sebesar 4,94 juta dolar AS.

Sierra juga telah mengirimkan surat somasi dua kali pada tanggal yang sama dengan ILFC: 12 September 2012 dan 25 September 2012. Namun, juga diabaikan.

Total utang Batavia Air kepada kedua pihak itu yang sudah jatuh tempo 9,63 juta dolar AS. Pihak ILFC menganggap ini sudah memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan pailit atas Batavia Air ke Pengadilan Niaga.

Khawatir Penumpang Ngamuk, Tutup Semua Kantor Dan Loket
Pihak Batavia Air sudah memperkirakan kantornya bakal diserbu calon penumpang yang akan meminta uang tiket dikembalikan.

Khawatir terhadap keselamatan pegawainya, perusahaan yang sudah pailit itu memutuskan tak membuka kantornya.

Menurut Manajer Komunikasi Batavia Air Elly Simanjuntak, kantor pusat maupun semua kantor perwakilan memang tidak beroperasi sejak perusahaan diputus pailit. Namun dia menegaskan, pihaknya akan bertanggung jawab atas tiket-tiket yang sudah dibeli.

“Kita menunggu hasil dari pihak kurator. Kalau kami buka (kantor) takutnya salah langkah. Saya takut ada provokator, dan tidak mau mati konyol,” kata Elly.

Elly menyebutkan, sebagian besar calon penumpang Batavia Air adalah kalangan menengah ke bawah. “Penumpang kita itu termasuk berbiaya tidak mahal, dan biasa naik kereta atau kapal laut dan itu emosi tingkat tinggi. Pokoknya kami tunggu kurator saja,” paparnya.

Bukan hanya soal refund tiket. Pihaknya juga menunggu keputusan kurator mengenai nasib para karyawan. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menunjuk empat kurator untuk menangani pembayaran kewajiban Batavia Air setelah diputus pailit.

Mereka adalah Turman Panggabean, Andra Reinhard Sirait Law Firm Duma & Co, Permata N Daulay Law Firm PN Daulay & Partners, dan Alba Sukma Hadi Sukma & Partners.

“Segala sesuatu dampak pailit Batavia air semuanya diambil empat kurator pengadilan. Kuratornya nanti malam (kemarin-red)  akan meeting menangani penumpang, nasib karyawan Batavia Air, kreditor dan lain-lain,” jelas Elly.

Sebagai langkah awal, pihak Batavia Air melakukan pencatatan data penumpang di Bandara Soekarno-Hatta untuk proses refund. “Sambil menunggu arahan, kita membantu pencatatan data tiket di Bandara, makanya kita tutup dulu (loket dan kantor-red),” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

Jokowi Harus Minta Maaf kepada Try Sutrisno dan Keluarga

Senin, 07 Oktober 2024 | 16:58

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya