Nasional Demokrat
Nasional Demokrat
“Kami mundur bukan persoaÂlan figur yang tidak disepakati. Tapi lebih kepada prilaku politik buruk yang terjadi dalam melakÂsaÂnakan sistem yang telah diranÂcang dari awal,†kata Armyn GulÂtom kepada Rakyat Merdeka, keÂmarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa perilaku politik buruk itu?
Dulu kita masuk Nasdem dan berkeringat habis-habisan memÂbangun partai ini dari bawah agar membawa restorasi perubahan unÂtuk memperbaiki, menata ulang dan mencerahkan berÂbangÂsa dan bernegara.
Tapi dalam perjalanannya, kita melihat bahwa Nasdem tidak bisa menjadi kendaraan membawa cita-cita itu.
Apa surat pengunduran suÂdah diserahkan?
Belum. Serahkan besok atau lusa, kami baru sampaikan orasi dan pernyataan sikap kami untuk mundur dari Partai Nasdem. SeÂgera setalah ini surat resminya akan disampaikan ke DPP.
Kantor DPW kami gembok. Rencananya akan kami serahkan bersama dengan surat pengunÂduran diri.
Apa pengunduran diri itu diikuti pengurus DPD?
Kami serahkan keputusannya kepada masing-masing DPD. KaÂmi tidak memaksa, mereka punya pilihan.
Apa ada intimidasi, sehingga mengundurkan diri?
Di DPW DKI Jakarta banyak ancaman-ancaman. Tapi tidak kami hiraukan, karena itu tidak bisa membuat sikap kami beruÂbah. Kami tidak takut kehilangan kekuasaan dan lainnya kok.
Apa Anda dan lainnya yang ikut mundur gerbongnya Hari Tanoe?
Ah, kata siapa. Nggak ada kuÂbu-kubuan. Isu itu tidak benar. KaÂmi pengurus DPW DKI JaÂkarta mundur karena dari awal tidak sepakat dengan cara-cara yang dilakukan DPP
Cara-cara seperti apa sih?
Misalkan di AD/ART yang diÂsahÂkan Kemenkumham Bab 12 pasal 42 disebutkan materi kongÂres disiapkan oleh DPP dan diÂsampaikan selambat-lambatnya 1 bulan sebelum berlangsungnya kongres itu.
Kongres yang dilakukan itu undangannya saja baru saya teÂrima 10 hari sebelum diselenggaÂrakan dengan agenda yang tidak jelas. Padahal di AD/ART sehaÂrusÂnya disampaikan 1 bulan sebeÂlumnya.
Bukan itu saja yang meÂnanÂdaÂtangani surat undangan itu juga adalah wakil sekjen DPP ParÂtai NasÂdem. Padahal sekjen wakÂtu itu belum menyatakan mundur.
Misalkan di AD/ART yang diÂsahÂkan Kemenkumham Bab 12 pasal 42 disebutkan materi kongÂres disiapkan oleh DPP dan diÂsampaikan selambat-lambatnya 1 bulan sebelum berlangsungnya kongres itu.
Kongres yang dilakukan itu undangannya saja baru saya teÂrima 10 hari sebelum diselenggaÂrakan dengan agenda yang tidak jelas. Padahal di AD/ART sehaÂrusÂnya disampaikan 1 bulan sebeÂlumnya.
Bukan itu saja yang meÂnanÂdaÂtangani surat undangan itu juga adalah wakil sekjen DPP ParÂtai NasÂdem. Padahal sekjen wakÂtu itu belum menyatakan mundur.
Mau dialihkan ke mana kader itu?
Belum tahu, kami masih berpiÂkir. Kami keluar dari kandang maÂcan, nggak mau masuk ke kanÂdang buaya. Maka harus ekstra haÂti-hati. TaÂpi kalau membentuk orÂmas, kaÂmi akan menjaga ranah kebangsaan.
Kenapa Anda tidak perbaiki dari dalam?
Kawan-kawan memang baÂnyak yang mengatakan saya boÂdoh karena semua bisa diperbaiki dari dalam. Apalagi pemilu sudah di depan mata dan peluang menjadi anggota DPRD juga cuÂkup besar. Tapi ini saya meniÂlainya atas dasar idealisme yang tidak lagi sama.
Saya sudah melatih 30.000 kaÂder khususnya dengan idealisme, harapan dan mekanisme partai yang benar dan konsisten.
Partai ini sudah bagus karena sisÂtem administrasinya yang terÂbaik dari partai yang menjadi peserta pemilu.
Lalu salahnya di mana?
Ada yang tidak konsisten menÂjalankan kesepakatan. Sekjen yang luar biasa melakukan kerja politik tidak dihargai padahal kalau tidak ada Ahmad Rofiq bisa saja verfikasi administratif tidak lolos. Ini keringat semua orang, buÂkan hanya keringat Surya PaÂloh. Hary Tanoe juga berkeringat banyak.
Memangnya struktur yang Anda inginkan bagaimana?
Dulu sistemnya Majelis NasioÂnal Partai (MNP) seperti Dewan Syuro di PKS.
Jadi kekuasaan berpusat pada kolektif kolegial dan tokohnya ada 9 orang.
Saya nilai sistem ini bagus. KaÂlau partai-partai lainnya ketika ada kongres, calon ketua umum memÂbawa uang banyak agar terÂpilih. Ketika terpilih tentunya beÂrusaha mengembalikan uang terÂsebut.
Di Nasdem sebenarnya tidak begitu karena keputusan MNP lebih tinggi dari kongres.
Memang apa MNP tidak jalan?
MNP itu bisa merubah ketua umum kapan saja, merubah ketua wilayah kapan saja. Itu ketuannya Pak Surya Paloh. Mestinya menggunaan kedudukannya itu melakukan perubahan-perubaÂhan, termasuk mengganti ketua umum.
Apa itu dilakukan?
Tidak. Malah pak Surya Paloh meÂminta dukungan ke wilayah-wilayah secara tertulis untuk menÂjadikan dia sebagai ketua umum.
Bukan saya anti Surya paloh. Tapi harus sesuai dengan aturan organisasi dan konsisten.
Mengenai kongres apa tanggapan Anda?
Itu kan seremonial saja. Pasti ketua umumnya Surya Paloh dan sekjennya Patrice Rio Capella. Kongres yang digelar bukan arena pemilihan. Itu sudah jadi kongres ecek-ecek.
Itu untuk mengelabui publik, supaya publik mengetahui bahwa Surya Paloh dan Patrice Rio Capella terpilih secara demokratis.
Apakah terlihat Surya Paloh ingin jadi capres?
O tidak.Saya tidak lihat itu. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59