Berita

BRA Mooryati Soedibyo

Wawancara

BRA Mooryati Soedibyo: Partai Kurang Perhatian Dan Memahami Potensi Perempuan

SABTU, 19 JANUARI 2013 | 08:36 WIB

Keterwakilan perempuan dalam pembangunan nasional sudah diakui banyak pihak. Namun seperti halnya di negara lain, perempuan Indonesia masih sedikit yang eksis dalam ranah politik.

Kaum hawa banyak terkendala di internal partai politik maupun stig­ma gender di masyarakat, se­hingga gagal menjadi caleg. Ka­laupun maju, tidak terpilih dalam pemilu.

Makanya, bekas Wakil Ketua MPR, BRA Mooryati Soedibyo ber­­­­harap partisipasi perempuan di­­ting­kat­kan dalam Pemilu Le­gislatif 2014.

“Partai-partai kurang perhatian dan memahami potensi perem­pu­an di internal mereka. Inilah yang perlu dibina,” ucap Think Tank World Entrepreneurship Forum (WEF) ini kepada Rakyat Merdeka.

Berikut kutipan selengkapnya;

Seperti 2004 dan 2009, pe­rem­puan diprediksi tetap me­nemui kesulitan dalam Pileg 2014, tanggapan Anda?

Masalahnya kurang lebih sa­ma. Kurangnya kaderisasi, pendi­dikan politik untuk perempuan di internal partai, penempatan no­mor urut besar dan kurangnya pe­libatan perempuan di posisi stra­tegis partai.

Kondisi ini diperparah budaya patriarki serta stereotip bahwa pe­rem­puan tidak punya kapasitas untuk memimpin. Hanya bisa mengurusi soal domestik. Saya ber­harap ada perubahan riil dan se­rius di Pemilu 2014 nanti.

Apa parpol kurang serius me­lakukan kaderisasi dan pen­didikan politik terhadap pe­rempuan?

Kesalahan terbesar ada di par­pol. Mestinya, parpol-parpol me­lakukan kaderisasi secara ber­jenjang dan terus menerus me­libatkan perempuan dalam pem­binaan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat sesuai misi partai.

Perlu diubah image bahwa du­nia politik itu keras, kotor, sulit di­jangkau perempuan atau cen­derung maskulin. Parpol tidak bi­sa tiba-tiba mengajak perempuan ter­libat dalam kepengurusan se­ma­ta karena syarat 30 persen ke­terwakilan perempuan.

Namun harus juga datang dari perjuangan dan tekad perempuan  itu sendiri.

Apa perempuan minimal 30 per­sen di parlemen bisa terca­pai?

Saya kira tidak akan tercapai. Jumlah keanggotaan perempuan rata-rata hanya 15 persen. Yang je­las, semua sudah diatur dan wa­­jib hukumnya menurut Un­dang-Undang tentang Parpol dan Pe­milu. Jika tak bisa dipenuhi, par­pol harus menjelaskannya kepada publik yang difasilitasi KPU.

Nantinya, masyarakat bisa mem­berikan sanksi sosial kepada parpol yang terbukti tidak ber­komitmen dalam mengakomodir keterwa­kilan perempuan di par­lemen.

Menurut survei, keterwa­ki­lan perempuan 30 persen hanya ada saat penetapan daf­tar calon se­mentara,  apa saran An­da agar pe­rempuan bisa me­nang da­lam bar­gaining politik?

Dimulai dari pembenahan diri mulai hari ini. Selanjutnya me­non­jolkan kisah hidup, tidak ca­cat dalam kehidupan, beragama, jelas sikapnya serta punya penga­ruh dalam kehidupan sosial dan prestasi dalam kariernya. Se­nan­tiasa diyakinkan, lebih banyak perempuan di lembaga penentu kebijakan akan proporsional de­ngan banyaknya jumlah perem­puan di Indonesia.

Anda bisa menjamin kondisi bangsa bisa lebih baik jika partisipasi perempuan diting­kat­kan?

Sekjen PBB Ban Ki-Moon pa­da Oktober 2012 menegaskan, pemberdayaan wanita muda ada­lah kunci memajukan pem­ba­ngu­nan di seluruh dunia. Dari ber­tani, berbisnis, memimpin pe­me­rinta­han hingga pasukan ber­sen­jata, berulang kali peremp­uan ung­gul di berbagai bidang dan ber­kontri­busi positif bagi nega­ranya.

Target pengentasan kemiski­nan yang dikenal sebagai MDG’s (Tu­juan Pembangunan Mille­ni­um) ti­dak akan tercapai tanpa mem­per­juangkan dan mengatasi ke­bu­tuhan serta hak-hak pe­rempuan.

Makin banyak artis ikut nya­leg, komentar Anda?

Sah saja dan tidak perlu di­permasalahkan. Artis tetap warga negara yang memiliki hak ber­politik baik memilih dan dipilih. Demi popularitas, artis dan parpol sa­ling memanfaatkan. Tapi ja­ngan khawatir, saat ini masya­ra­kat semakin cerdas berpolitik.

Apa yang harus dilakukan pa­ra artis untuk meyakinkan pa­ra pemilih?   

Perlu memperbanyak pengeta­huan tentang dunia serta isu poli­tik dan sosial kemasyarakatan di In­donesia. Soal serius atau tidak­nya artis berpolitik, itu tergan­tung ha­ti dan tekad masing-ma­sing. Biar­kan masyarakat yang menilai.

Anda mendukung Jokowi  saat Pilkada DKI Jakarta, ba­gai­mana kalau nanti Jokowi men­­jadi capres?

Menjadi capres adalah amanah yang diterima seseorang. Saya dan Pak Jokowi hanya sebatas kenal, ketemu be­liau wak­­tu masih men­jabat Wali­ kota, memperjuangkan pelesta­rian dan penguatan ke­pemim­pi­nan Kera­ton yang sudah sesuai de­ngan Un­dang-Undang Cagar Budaya. Sam­pai sekarang hal itu diterus­kan dan diusahakan oleh wa­likota yang baru. Saya juga sering ada un­da­ngan dan upacara nasional di Solo.  

Adakah niat Anda menjadi ca­pres atau cawapres?

Yang benar saja. Umur saya su­dah usia lanjut, he-he-he (85 ta­hun). Mana bisa jadi capres atau ca­wa­pres. Saya punya cara sen­diri terus mengabdi kepada bangsa. Tiap hari, saya masih di­minta sebagai think tank, mem­ban­tu memenuhi kegiatan lem­baga pen­didikan dan forum eko­nomi mandiri (entrepreneurship). Saya dianggap dapat membagi penga­laman dan inspirasi serta semangat bagi kaum muda untuk mandiri dan maju. Tak terhitung jumlahnya, he-he-he. Tapi seka­rang saya lebih tertarik pada poli­tical social dan business entre­pre­neur, he-he-he, karena sudah me­lakukan suksesi pada penerus dan ge­nerasi muda.

Kapan Anda berhenti be­kerja?

Tantangan generasi zaman se­karang lebih besar dibanding za­man saya. Generasi lama, yang su­dah pensiun, tidak mau keting­ga­lan za­man. Justru mereka banyak penga­laman yang bisa berbagi penge­tahuan. Belajar  perkem­ba­ngan baru, long life lear­ning lebih bagus dan mena­rik. Kalau tidak tetap aktif meng­ajar dan melaku­kan kegiatan lain, bisa cepat tua dan pikun.

Tips Anda kepada para pe­rem­puan agar sukses seperti Anda?

 Semua keberhasilan itu di­mulai dari nol. Saya juga memu­lainya dari awal. Yang penting punya mindset  tekad untuk tetap sehat dan bermanfaat. Apalagi wanita Indonesia masa kini harus lebih maju dan berperan lebih baik. Jangan sampai ketinggalan za­man yang berubah cepat. [Harian Rakyat Merdeka]



Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya