Mahfud MD
Mahfud MD
Seperti diketahui, dari 10 parÂpol peÂserta Pemilu 2014, sudah ada yang mendekati Mahfud unÂtuk diÂelus menjadi capres atau caÂwapres.
Mahfud MD selanjutnya meÂngaÂtakan, wajar saja belum ada ikatan. Sebab, Pilpres masih jauh. Yang terÂjadi selama ini hanya bicara-biÂcara saja, belum meÂngingkat.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa arti pembicaraan deÂngan pimpinan parpol itu?
Semua hanya komunikasi dan bertemu saja. Di Istana juga berÂteÂmu dengan pimpinan partai kita hanya bergurau-gurau saja, tidak mengikat.
Bagaimana dengan PKB, kan Anda dielus salah satunya ?
Ya. Benar tapi kan sampai seÂkaÂÂrang belum bisa karena kan meÂÂreka tentunya juga harus meÂnunggu hasil Pileg 2014.
Saya menahan-nahan untuk tiÂdak terlalu banyak ngomong poÂlitik. Saya akan fokus dulu meÂnyeÂlesaikan tugas saya di MK.
Masa sih belum ada pemÂbiÂcaÂraan yang serius?
Belum. Media saja yang meÂnyeÂbutkan bahwa partai itu beri duÂkungan. Padahal belum ada ikatan.
Sebenarnya tidak hanya PKB saja yang dekat dengan saya, parÂpol lainnya juga dekat kok.
Anda tidak takut dimanÂfaatkan saja?
Sebenarnya tak apa dimanÂfaatÂkan. Tapi kan tentu fakta akan berÂbicara nanti, kan belum ada apa-apa sama dengan partai, hanya bertemu dan berkomunikasi.
Kalau Anda mendapatkan duÂkungan dari salah satu parÂtai, apa yang dilakukan?
Semua orang tentu punya konÂsepÂnya masing-masing untuk membangun bangsa. Kalau saya, ya dari sisi hukum saja.
Kenapa?
Keinginan saya agar hukum jaÂdi panglima yang sebenarnya. SeÂÂbab, saya lihat pembangunan ekoÂÂnoÂmi dan lainnya saat ini suÂdah bagus. Hanya hukum saja yang tidak bagus dan kuat.
Saya ingin pembangunan itu diÂkawal oleh hukum yang benar, atau dalam kata lain hukum itu menjadi pemandu pembangunan sekaligus rel bagi pembangunan itu sendiri.
Hukum itu nanti yang akan berÂbentuk aturan-aturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyat IndoÂneÂsia. Saya juga menilai sebuah pembangunan tidak akan berhasil sempurna jika penegakan huÂkumnya lemah.
Sejauh ini bagaimana komuÂnikasi dengan pimpinan parÂpol?
Saat ini saya sedang sibuk dan banyak kerjaan. Karena di pengÂhujung masa jabatan saya ini banyak sekali perkara-perkara yang belum terselesaikan.
Perkara apa saja itu?
Perkara yang menyangkut sengÂketa pilkada dan perkara mengenai Undang-undang. MaÂsih banyak perkara yang harus diselesaikan.
Apakah di dalamnya juga perkara UU Pilpres?
Ya. Saya kan ketua panjanya.
Ada kekhawatiran ada konÂflik inerest karena Anda meÂmimpin Panja perkara itu, tangÂgapannya?
Bisa saja komentar itu muncul. Tapi saya akan putuskan secara beÂnar sesuai kaidah hukum. Saya nggak bakal memanfaatkan demi keÂÂÂpentingan saya. Makanya, lihat saÂja nanti voÂnisÂnya bagaimana. SaÂya kan tidak bisa menahan peÂniÂlaian orang mengengai kekhawatiran itu.
O ya, saat Anda bertemu dengan Mendikbud M Nuh,apa yang dibicarakan?
Tidak ada pembicaraan maÂcam-macam. Hanya berdiskusi masalah RSBI dan pendidikan nasional kita saja.
Sebenarnya masalah RSBI itu apa sih, sampai harus dihenÂtikan keberadaannya?
Keberadaan RSBI itu memunÂculÂkan berbagai hal yang meÂrugikan, seperti munculnya kasta dalam pendidikan, besarnya angÂgaran pemerintah yang dikeluarÂkan, dan memunculkan punguÂtan-pungutan yang tidak jelas.
Apa putusan itu langsung dijaÂlankan?
Waktu itu bicaranya putusan itu akan dijalankan secara bertahap. Yang sudah mengikuti RSBI akan diselesaikan pada semester ini dan kemÂbali ke regular. Tapi teÂtap maÂsalah anggaran sudah haÂrus distop.
Pada dasarnya Kemendikbud sepakat dengan MK. Karena disaÂdari, angaran RSBI dari pemeÂrintah besar sedangkan ada puÂnguÂtan lainnya dengan alasan peningkatan kualitas, ini kan tidak boleh.
Kenapa begitu?
Ini kan sekolah milik negara, siapa saja berhak bersekolah di miÂlik Negara, tanpa harus meÂmanÂdang mampu atau tidak. BuÂkankah UUD 1945 menyebutkan, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Makanya, seluruh masyarakat mampu atau tidak mampu berhak mendapatkan pendidikan itu.
Kenapa Anda bilang ada kasÂta dalam pendidikan?
Pengkastaan di sini maksudnya hanya yang punya uang saja yang biÂsa sekolah di RSBI. Ini kan disÂkriminatif. Bayangkan di lain temÂpat banyak anak sulit menuju seÂkoÂÂlahÂÂnya karena jembatan yang terÂÂÂpuÂtus. Ada yang sekolahnya ruÂsak beÂÂrat dan mereka harus tetap beÂlajar. Ada yang harus menyewa temÂpat dan bahkan ada yang maÂmakai kandang kerbau untuk beÂlajar seÂmentara. Ini kan sangat iroÂni dan konÂtras dengan keberaÂdaan RSBI itu. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59