Berita

Roy Suryo

Wawancara

WAWANCARA

Roy Suryo: Tunggu Gebrakan Saya Tuntaskan Kemelut PSSI

SENIN, 14 JANUARI 2013 | 09:39 WIB

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo mau meminta masukan kepada bekas Menpora Akbar Tandjung, Hayono Isman, dan Adhyaksa Dault.

“Adhyaksa Dault sekilas telah memberikan semangat un­tuk bekal saya menjalankan tu­gas,’’ ujar Roy Suryo kepada Rak­yat Merdeka, Sabtu (12/1).

Ahli telematika itu merasa se­nang diragukan memimpin Ke­menpora. Dengan begitu, dirinya merasa terpacu.

‘’Saya lebih senang dengan ko­mentar-komentar yang menge­cil­kan dan mengkritik kemampuan saja dalam mengelola Kemen­po­ra,’’ paparnya.

Berikut kutipan selengkapnya;


Loh, kenapa lebih senang dikecilkan seperti itu?

Bagi saya jabatan itu amanah. Dikecilkan atau dikritik membuat saya terpacu membuktikan bah­wa saya mampu memenuhi hara­pan masyarakat memajukan olah­raga nasional dan kepemudaan di Indonesia. Dari kritik itu saya akan buktikan kalau saya bisa.


Anda tidak suka dipuji?

Bukan begitu juga. Kalau saya dipuji-puji takutnya tidak kuat. Takut pujian itu membuat saya terlena. Tapi kalau dikritik maka jiwa saya menjadi tertantang un­tuk membuktikan bahwa kinerja saya baik.


Apa yang Anda lakukan pada tahap awal?

Setidaknya ada tiga fokus di­pe­rintahkan Presiden. Pertama, menyelesaikan kasus internal se­perti tata kelola keuangan Ke­menpora. Kedua, mempertahan­kan prestasi SEA Games, men­dongkrak atlet dan pemuda. Keti­ga, menyelesaikan kisruh PSSI.


Apa yang Anda perbuat untuk menuntaskan kemelut PSSI ?

Kita akan carikan solusi. Ke­dua kubu berseteru diajak duduk bersama untuk menyele­sai­­kan masalah ini secara total. Saya janji tidak akan bekerja se­tengah-setengah. Tunggu saja gebrakan saya untuk tuntaskan kemelut PSSI itu.


Apa tidak takut terkena kasus?

Ke depan saya berharap Ke­men­pora bersikap sebagai peng­guna fasilitas saja, tidak terlibat dalam konstruksi, apalagi keu­angan.

Kita biarkan masalah pemba­ngunan fasilitas oleh raga atlet dijalankan oleh profesional saja.

Tapi kasus Hambalang harus di­tuntaskan secara hukum. Ka­lau mau cuci piring tentu mencu­cinya sampai bersih.

Saya berharap tidak direpotkan masalah kasus itu. Sebab, fokus melakukan pembinaan pemuda dan olahraga kita bisa kedodoran.


Apa tidak takut terkena kasus?

Ke depan saya berharap Ke­men­pora bersikap sebagai peng­guna fasilitas saja, tidak terlibat dalam konstruksi, apalagi keu­angan.

Kita biarkan masalah pemba­ngunan fasilitas oleh raga atlet dijalankan oleh profesional saja.

Tapi kasus Hambalang harus di­tuntaskan secara hukum. Ka­lau mau cuci piring tentu mencu­cinya sampai bersih.

Saya berharap tidak direpotkan masalah kasus itu. Sebab, fokus melakukan pembinaan pemuda dan olahraga kita bisa kedodoran.


Apa masukan Presiden?

Beliau sangat arif dan bijak memberikan masukan dan inven­tarisasi masalah kepada saya untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya.


O ya, banyak atlet berharap ada jaminan masa depan bagi mereka, komentar Anda?

Pasti diperhatikan masukan itu. Saya juga menyadari ketika atlet berprestasi, tentu mendapatkan pu­jian dan uang. Tapi ketika ma­suk usia pensiun banyak di antara mereka tidak diberdayakan alias menganggur.


Apa solusinya?

Pengalaman saya di Komisi I DPR akan saya aplikasikan da­lam Kemenpora, terutama Tapi sa­ya lebih senang dengan komen­tar-komentar yang mengecilkan dan mengkritik kemampuan saja dalam mengelola Kemenpora ini pada saat membahas mengenai UU tentang Pensiunan TNI.

Artinya, jaminan masa depan para atlet berprestasi harus di­buatkan payung hukumnya dulu.

Dengan penjaminan yang diatur Undang-undang itu pasti bibit atlet bermunculan. Mereka hanya memikirkan peningkatan prestasi tanpa harus berpikir masa depannya. Sebab, sudah dijamin negara. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

UPDATE

Selengkapnya