Selain jenisnya, ada kesamaan lain dari ketiga mobil itu. Yakni di pelat nomornya. Ketiga mobil itu berpelat nomor B 1891 UFR, B 1893 UFR dan B 1947 UFR. “Mobil yang ada UFR-nya itu miÂlik penyidik KPK,†kata seorang karyawan PT Wika.
Ada penyidik KPK ke kanÂtor BUMN itu? Menurut Kepala Humas KPK Johan Budi SP, keÂdaÂtangan penyidik KPK ke Wika untuk melakukan penggeledahan. Ini ada kaitan dengan penyidikan kasus korupsi proyek HamÂbaÂlang. “Penggeledahan dilakukan sejak pagi,†kata Johan.
Pengamatan Rakyat Merdeka, aktivitas pegawai Wika tak terÂganggu dengan penggeledahan yang dilakukan KPK.
Namun tiga petugas keamanan terlihat berjaga-jaga di depan masuk gedung sambil memegang handy talky (HT).
Mereka tak memperkenankan orang tak dikenal untuk masuk ke dalam gedung, termasuk warÂtaÂwan. Petugas keamanan itu mauÂpun karyawan Wika yang ditemui Rakyat Merdeka, engÂgan memÂbeÂritahukan lokasi penggeledahan.
Namun pagi hari, Rakyat MerÂdeka masih bisa masuk ke lobby gedung. Hanya saja tak dipÂerÂboÂlehÂkan naik ke lantai atas.
Seorang resepsionis di lobby kantor Wika membenarkan ada penyidik KPK yang datang ke sini. Menurut dia, tujuan peÂnyiÂdik adalah lantai 7. Lantai ini diÂtemÂpaÂti Departemen BanguÂnan Gedung.
Penggeledahan dimulai pukul 10 pagi. Berakhir pukul 17.30. BeÂberapa beberapa penyidik yang mengenakan rompi bertuÂlisÂkan “KPK†turun sambil membawa tumpukan berkas yang disimpan dalam kardus.
Mereka langsung menuju tiga Innova yang sudah menunggu di halaman. Para penyidik enggan memberikan penjelasan mengeÂnai penggeledahan yang mereka lakukan maupun dokumen apa saja yang dibawa.
Penggeledahan di kantor Wika adalah yang kedua kali. BUMN yang menjadi KSO (kerja sama operasi) Adhi Karya—pemeÂnang tenÂder proyek HamÂbaÂlang—ini seÂbelum pernah diÂgeÂledah Juli lalu.
Menurut Johan, penyidik mÂeÂlakukan penggeledahan di kantor Wika lantaran masih merasa perlu mencari bukti tambahan kasus Hambalang. “Jadi tidak masalah bila penyidik melakukan penggeledahan sebanyak dua kali atau lebih,†katanya.
Pada waktu bersamaan, peÂnyiÂdik KPK juga melakukan peÂngÂgeÂledahan di rumah Munadi HerÂlambang, direktur utama PT Msons Capital. Dari rumah SekÂretaris Departemen Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat itu, penyidik membawa dua karÂdus cokelat dan satu kardus biru. Beberapa map berisi berkas-berÂkas juga turut dibawa.
Rumah Munadi berada di Jalan Tanjung Barat Indah Blok 1/18 Jakarta Selatan. Sama seperti penyidik yang menggeledah kanÂtor Wika, penyidik yang datang ke rumah Munadi tak bersedia menjelaskan soal penggeledahan ini. Alasannya, bukan wewenang mereka untuk memberikan keteÂrangan kepada wartawan.
Kemarin, ada satu tempat lagi yang didatangi penyidik KPK. Yakni kantor PT Adhi Karya di JaÂlan Pasar Minggu, Jakarta SeÂlatan. Kedatangan penyidik juga untuk melakukan penggeledahan di kantor BUMN pemenang tenÂder proyek Hambalang itu. PengÂgeledahan selesai pukul 3 sore.
Johan tak tahu pasti jumlah penyidik yang dikerahkan untuk melakukan penggeledahan di tiga tempat yang waktunya berÂsaÂmaÂan ini. “Tapi biasanya di masing-masing tempat paling tidak ada 10 orang yang melakukan pengÂgeledahan,†katanya.
Semua benda yang diambil dari tiga lokasi penggeledahan akan diÂbawa ke kantor. Selanjutnya, meÂnurut Priharsa, penyidik akan menelitinya satu per satu dan dievaluasi.
“Jika dari hasil evaluasi meÂnunÂjukÂkan dan mengarahkan pada bukti baru, maka keÂmungÂkinan penggeledahan selanjutÂnya bisa diÂlakukan di lokasi yang terkait kaÂsus tersebut,†katanya.
Ada Penarikan Duit Proyek Hambalang Besar-besaran
PPATK Mengendus Sejak 2011
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak sendirian memÂbongÂkar kasus korupsi proyek HamÂbalang. Pusat Pelaporan dan AnaÂlisis Transaksi Keuangan (PPATK) turut mengendus aliran dana piÂhak yang terlibat dalam proyek itu.
Menurut Kepala PPATK MuÂhamÂmad Yusuf, transaksi-tranÂsaksi mencurigakan yang diduga ada kaitan dengan proyek HamÂbalÂang, sudah dilaporkan ke KPK.
“Hanya 10 (transaksi menÂcuÂrigakan) yang kita sebut. Itu diÂtemukan untuk pejabatnya, konÂtraktornya, dan sub konÂtrakÂtorÂnya. Nilainya miliaran. Di anÂtaÂranya, yang dicekal kemarin suÂdah ada dua pihak yang sudah kita teruskan ke KPK,†kata Yusuf.
Menurut Yusuf, sepanjang proÂyek itu berlangsung ada peÂnaÂriÂkan uang secara tunai dalam jumÂlah yang besar. “Jumlahnya miÂliaran rupiah,†katanya.
Penarikan dalam jumlah besar itu terjadi berkali-kali. PPATK hanya bisa mengendus sampai sini. “Kami nggak tahu ke mana (uangnya), untuk siapa,†ujarnya. Yusuf mencurigai uang itu lalu diserahkan secara tunai, tidak meÂlalui transfer bank. PPATK juga menemukan adalah transaksi ke reÂkening orang-orang yang telah dicegah dalam bentuk valas.
Saat ini, KPK sudah meÂneÂtapÂkan dua tersangka dalam kasus Hambalang. Yakni Menteri PeÂmuÂda dan Olahraga Andi MalÂlaÂrangeng dan Deddy Kusdinar seÂlaku pejabat pembuat komitmen.
Selain itu, KPK juga meÂngaÂjuÂkan pencegahan atasnama Andy Zulkarnain Mallarangeng. Ia adalah adik kandung Andi MalÂlarangeng. Pencegahan ke luar negeri ini dikenakan kepada M Arif Taufikurrahman dari PT Adhi Karya.
Apakah keduanya terindikasi melakukan transaksi menÂcuÂriÂgaÂkan? Yusuf enggan meÂngungÂkapÂnya. “Saya tidak bisa sebut nama orang, tapi yang jelas di antara orang yang dicekal kemarin. DaÂtanya sudah kita kirimkan ke KPK sejak 2011,†katanya.
Hasil audit Badan Pemeriksa KeÂuangan (BPK) menemukan adanya indikasi kerugian negara dari sistem pendanaan multiyears untuk pembangunan Pusat PenÂdidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) atau proyek Hambalang. Sistem multiyears ini disetujui Menkeu, meski tak ditandatangani MenÂpora Andi Mallarangeng.
Dari Rumah Pribadi Sampai Kementerian
Barang Bukti Berserakan
Untuk membongkar kasus korupsi proyek Hambalang, peÂnyidik KPK sudah melakukan penggeledahan di berbagai lokasi.
Pada 19 Juli 2012, penyidik pengÂgeledah kantor KemenÂteÂrian Pemuda dan Olahraga dan di Cibubur. Kemudian dua kanÂtor PT Adhi Karya di Jakarta TiÂmur dan Jakarta Selatan.
Bersamaan dengan itu, pÂeÂnyidik menggeledah dua kantor PT Wijaya Karya (Wika) di JaÂkarta Timur dan Jakarta Selatan. Kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) turut digeledah.
Dari penggeledahan di beÂbeÂrapa tempat itu, KPK menyita sejumlah dokumen dan bukti tranÂsaksi keuangan yang berÂkaitan dengan rekanan proyek Hambalang. Proyek HamÂbaÂlang dikerjakan oleh KSO (KerÂja Sama Operasi) PT Adhi KarÂya dengan PT Wijaya Karya.
Pada 1 November 2012, peÂnyiÂdik menggeledah lima lokasi sekaligus. Yakni kantor PT MeÂtaphora Solusi Global di Jalan Ridwan, Grogol, Jakarta Barat. Rumah kantor (rukan) Permata Blok A Nomor 7, Senayan, Jakarta Selatan.
Kemudian, rumah di Jalan GanÂdaria Nomor 17 Jakarta SeÂlatan. Rumah di Jalan Kartika Pinang Sektor 7, Pondok PiÂnang, Jakarta Selatan. Serta kanÂtor Global Daya Manunggal di Kota Bambu Selatan Nomor 3, Jakarta Selatan.
Salah satu rumah yang digeÂledah adalah milik Machfud Suroso, pemilik PT Dutasari CitÂralaras. Machfud telah diceÂgah ke luar negeri.
Penyidik KPK juga melaÂkuÂkan penggeledahan di rumah di Jalan Wahyu Blok G Nomor 28, Gandaria, Jakarta Selatan. RuÂmah ini adalah ditempati Paul Nelwan. Sasaran lainnya adalah rumah di Jalan Alam Elok NoÂmor VIII, Pendok Indah, Jakarta Selatan. Belum diketahui siapa pemilik rumah di Jalan Elok tersebut.
Paul Nelwan merupakan peÂngusaha yang dekat dengan WaÂfid Muharam, bekas SekÂretaris Kementerian Pemuda dan OlahÂraga Wafid Muharam. Nama Paul juga disebut-sebut dalam persidangan kasus suap wisma atlet SEA Games dan diduga mengurus proyek itu.
Dalam kasus Hambalang, KPK telah menetapkan dua terÂsangka. Yakni Menteri Pemuda dan Olahraga Andi MalÂlaÂraÂngeng dan Deddy Kusdinar, KeÂpala Biro Keuangan dan RuÂmah Tangga Kemenpora. Deddy menjadi pejabat pemÂbuat komitmen dalam proyek Hambalang.
Ngakunya Tanam Saham Buat Garap Proyek Taman
Siapa Munadi Herlambang? Ia tercatat sebagai Direktur Utama PT MSons Capital. PerusaÂhaanÂnya menjadi pemegang 1.100 lembar saham PT Dutasari Citralaras.
PT Dutasari menjadi sub kontraktor dalam proyek HamÂbalang. Pada 2008, perusahaan ini mengerjakan proyek berÂnilai Rp 64 miliar. Tahun beÂriÂkut Rp 20,1 miliar. Pada 2010, PT Dutasari hanya dapat “jatah†Rp 3,9 miliar.
Munadi pernah diperiksa KPK pada Kamis 19 April 2012 saat kasus Hambalang masih di tingkat penyelidikan. Usai diÂperiksa selama 12 jam, Munadi membantah terlibat dalam proyek Hambalang sebesar Rp 2,5 triliun.
Bahkan Sekretaris DeparteÂmen Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat mengaku baru tahu kasus ini dari pemberitaan media massa.
Dalam akte perusahaan PT Dutasari yang sudah banyak diÂpublikasikan, Munadi diketaÂhui memiliki saham di perusahaan.
Menurut Munadi, peruÂsaÂhaannya bekerja sama dengan PT Dutasari untuk menggarap proyek hotel dan taman parkir di Jakarta. MSons, perusahaan Munadi bertindak sebagai konÂsÂultan teknik atau penghitung biaya konstruksi proyek. SeÂdangkan PT Dutasari sebagai kontraktor yang mengerjakan proyek. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22