Mohammad Ichlas El Qudsi
Mohammad Ichlas El Qudsi
Sebelum mendatangi orang tua dan keluraga El Qudsi, DahÂlan juga sudah mendatangi keÂdiamÂan dua anggota Komisi XI DPR yang lain untuk meminta maaf, yaitu Saidi Butar Butar dan Andi Timo Pangerang.
Dahlan mendatangi rumah Saidi di kawasan Tanjung Priok pada Kamis (27/12). Sementara rumah Andi Timo Pangerang di Makassar, Sulawesi Selatan diÂsambangi Dahlan Jumat (21/12).
El Qudsi mengaku kaget atas tinÂdakan yang dilakukan Dahlan Iskan dalam mengungkapkan perÂmohonan maafnya.
“Ini di luar dugaan saya, ini panÂtas ditiru dan menjadi suatu hal yang lazim. Bila seseorang berÂÂsalah langsung meminta maÂaf,†katanya kepada Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Berikut kutipan selangkapnya:
Anda menerima permintaan maaf Dahlan?
Secara pribadi maupun keÂluarga, kami menghargai apa yang sudah dilakukan pak DahÂlan. Saya anggap hal itu sebagai baÂgian dari komunikasi positif dari situasi yang sebelumnya kuÂrang mengenakkan. Beliau meÂlaÂkukan ini untuk memperbaiki huÂbungan.
Tidak ada dendam dan akan balik menyerang?
Saya ini kan orang timur, daÂlam etika ketimuran, pintu maaf itu lebih besar gerbangnya dariÂpaÂda pintu pembalasan atau dendam.
Nama Anda sempat tercemar di media...
Saya di beberapa media sering mengatakan, sebelum pak Dahlan minta maaf seperti yang dilaÂkuÂkanÂnya, saya sudah memaafkan. Cuma karena saya sebagai wakil konstituen, saya meminta pak DahÂlan meminta maaf secara terÂbuka agar konstituen saya menÂdeÂngar hal yang sebenarnya.
Tanggapan orang tua atau keÂluarga atas kunjungan pak DahÂlan bagaimana?
Orang tua saya merasa diharÂgai. Karena saya pernah meÂnyamÂpaikan kepada mereka, waktu pak Dahlan mengeluarkan pernyataan bahwa saya salah satu orang yang memeras BUMN itu, orang tua saya syok dan tidak percaya berita itu. Bahkan usai perÂnyataan itu keluar, beberapa hari setelah itu orang tua saya teleÂpon terus sambil menangis.
Orang tua saya merasa diharÂgai. Karena saya pernah meÂnyamÂpaikan kepada mereka, waktu pak Dahlan mengeluarkan pernyataan bahwa saya salah satu orang yang memeras BUMN itu, orang tua saya syok dan tidak percaya berita itu. Bahkan usai perÂnyataan itu keluar, beberapa hari setelah itu orang tua saya teleÂpon terus sambil menangis.
Apa sekarang sudah yakin Anda tidak bersalah?
Ya. Beliau terharu sekali atas permintaan maaf pak Dahlan. Pertama, karena saya terbukti tidak bersalah atas tudingan bahÂwa saya adalah salah satu peÂmeÂras BUMN. Kedua, ternyata pak Dahlan benar-benar selain meÂminta maaf beliau juga langsung ke rumah saya menemui orang tua dan keluarga saya.
Seberapa kaget sih orang tua Anda saat dinyatakan sebagai salah satu peminta jatah?
Sejujurnya orang tua saya kaÂget dan bertanya dari hati ke hati ke saya tentang kebenaran inforÂmasi itu.
Apa yang Anda bicarakan saat itu?
Sebelumnya, ibu saya pernah meÂnyampaikan kepada saya kaÂlau informasi saya memeras BUMN itu benar, maka saya ini hanya akan membuat kecewa dan malu keluarga saya saja.
Ada usaha membuktikan bahwa itu tidak benar?
Ya. Tentu saya jelaskan apa adaÂnya. Tapi sebenarnya semua orang yang dekat dengan saya taÂhu bahwa saya tidak seperti itu.
Maksudnya?
Saya ini bertemu dengan orang BUMN juga jarang, kalaupun keÂtemu dalam acara dan forum resÂmi. Paling ketemu di bandara atau di lounge, karena kebetulan naik pesawat yang sama, atau juga sebelumnya saya sudah kenal dengan orang yang bersangkutan. Jadi, justru karena orang tahu karakter saya yang sebenarnya itu lah yang menjadi power saya unÂtuk menyatakan bahwa info yang ada tidak benar.
Ada komunikasi dengan Pak Dahlan?
Belum. Cuma waktu beliau mau pulang dari Padang, saya semÂpat menyampaikan terima kasih.
Via telepon atau bertemu langsung?
Ngomong langsung, karena setelah mendatangi rumah saya, beliau ke acara meresmikan geÂdung SMP 13 Padang, yang dibangun kembali pascagempa 2009 dan setelah itu beliau ke banÂdara. Lalu saya temui dan samÂpaikan terima kasih itu di banÂÂdara.
Apakah ini sikap yang baik yang perlu ditauladani?
Saya kita perbuatan pak DahÂlan harus ditiru pejabat-pejaÂbat NeÂgara atau pejabat publik lainÂnya.
Kenapa?
Saya berharap hal itu menjadi etika yang lazim, maksudnya keÂtika berbuat kekeliruan atau saÂlah, berani dan tidak gengsi meÂminta maaf pada yang bersangÂkutan, bahkan terhadap keluarÂganya. Itu harus menjadi bagian yang tidak terlepas dari seorang peÂjabat Negara atau pejabat pubÂlik saat ini dan masa yang akan dating.
Mungkinkah bisa ditiru?
Setiap orang tidak mungkin kita paksa seperti apa yang dilaÂkukan pak Dahlan, tapi apa yang ditunjukkan pak Dahlan ini haÂrusnya bisa memotivasi pejabat publik sekelas menteri atau lainÂnya. Karena kita ini kan bukan mahluk yang sempurna juga, pasti ada salah dan khilafnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30