“Berapa ketinggian air sekaÂrang?†tanya seorang wanita yang suaranya terdengar sayup-sayup.
“Manggarai 850 centimeter,†jawab Dion. Puas mendengar inÂforÂmasi dari petugas berwenang, peÂrempuan itu menutup teleponÂnya. Baru saja meletakkan gÂaÂgang telepon, suara “kring†kemÂbali terdengar. “Siang (Pintu Air) Manggarai,†kata Dion menguÂcapÂkan sapaan sama.
Kali ini yang berbicara di ujung telepon seorang pria. Ia meneÂleÂpon untuk mencari informasi. “BeÂrapa ketinggian Air di MangÂgarai, Katulampa dan Depok?†taÂnyanya berturut-turut.
Suaranya terdengar keras. Dion pun menjawab satu per satu. Kata dia, ketinggian air di Pintu Air Manggarai 850 centimeter, DeÂpok 150 centimeter dan KatuÂlamÂpa Bogor 40 centimeter.
“Kalau musim hujan banyak warga yang nelepon ke sini,†kata Dion, salah satu petugas di Pintu Air Manggarai. Saking banyakÂnya telepon yang masuk, dia tak bisa beranjak dari tempat duduknya.
“Lebih dari 300 panggilan teÂlepon setiap harinya. Kalau muÂsim kemarau paling hanya 20 teÂleÂpon perhari,†katanya.
Banjir yang merendam sejÂumÂlah wilayah di Jakarta mulai MingÂgu malam merupakan kiriman dari Bogor. Kawasan hulu itu teÂrus menerus diguyur hujan deÂngan intensitas lebat.
Banjir yang akan melanda JaÂkarta sebenarnya bisa diketahui lebih awal. Cara dengan memÂperÂhatikan ketinggian air di KaÂtuÂlampa. Bila debit air sudah di atas batas normal, beberapa jam keÂmudian beberapa wilayah di JaÂkarta bakal kebanjiran.
Di sela-sela menerima pangÂgiÂlan telepon, Dion mengontak peÂtugas jaga di Katulampa dan pinÂtu air Depok melalui radio. Ia ingin tahu perkembangan terkini keÂtinggian air di kedua tempat itu. “Kami harus saling kontak agar bisa bersiap-siap bila terjadi kenaikan debit air,†katanya.
Menurut Dion, warga juga berÂhak mengenai informasi keÂtingÂgian air di Katulampa, Depok mauÂpun di Manggarai untuk antisipasi banjir. Makanya dia selalu meladeni warga yang ingin mencari tahu mengenai mengenai ketinggian air.
Kebanyakan, kata Dion, mereÂka menelepon ke sini adalah warÂga yang tinggal di pinggir Kali Ciliwung. Supaya bisa siap-siap menghadapi air yang akan memÂbanjiri tempat tinggal mereka atau malah mengungsi.
Di pintu air Manggarai ada dua petugas yang berjaga selama 24 jam mulai jam 8 pagi sampai 8 pagi esok hari. “Jumlah itu akan ditambah bila keadaannya daÂrurat. Kami disini ada lima peÂtuÂgas yang selalu siap sedia,†kata petugas yang sudah lima tahun berjaga di pintu ini.
Ketinggian air di pintu air ini mencapai puncaknya pada Senin siang lalu: 875 centimeter. MenÂjelang sore, ketinggian air turun ke 850 cm. Dion mengatakan, deÂngan ketinggian air yang menÂcapai 850 cm bisa dipastikan ada beberapa wilayah di Jakarta SelaÂtan, JaÂkarta Timur dan Jakarta PuÂsat yang kebanjiran.
Ia menyebutkan kawasan yang paling parah terkena banjir yakni di Gang Arus, Cawang, Bidara Cina, Bukit Duri dan Kampung MeÂlayu. “Itu kondisinya udah paÂrah, sepinggang orang dewasa. Warga daerah itu udah pada ngungÂsi semua,†katanya.
Selain itu, beberapa wilayah yang juga kebanjiran akibat tingÂginya debit air di pintu air MangÂgarai yaitu, Pegadegan, Kalibata, RaÂwajati, Gang Arus, Kebon Baru, Bukit Duri, Bidara Cina, KamÂpung Melayu, Matraman DaÂlam, Kali Pasir, Kwitang, Jati Pinggir, Jati Pulo dan Tomang Rawa Kelapa.
Menurut Dion, puncak keÂtingÂgian air di pintu air ini sudah terÂlewati. Walaupun begitu, pihaknya tetap dalam status Siaga 2. KeÂtingÂgian air dianggap sudah normal bila sudah turun sampai 750 cm.
Sedangkan, ketinggian normal di Katulampa yakni 40 cm dan pintu air Depok 150 cm. “(Itu) seÂmuanya normal,†katanya.
Peningkatan status ditentukan oleh ketinggian air yang melalui pintu air Manggarai. Status norÂmal bila di bawah 750 cm. Status Siaga 3 ditetapkan bila ketinggian air antara 750-850 cm.
Di atas 850 sampai 950 cm masuk status Siaga 2. Status Siaga 1 ditetapkan bila air sudah di atas 950 cm. “(Kalau) Siaga Satu pusat komandonya ada di gubernur,†katanya.
Ketika sudah sampai status itu, keputusan untuk membuka atau menutup pintu air Manggarai berada di tangan gubernur. Bila pintu air tidak dibuka, kawasan di pinggir Kali Ciliwung bakal tenggelam. Namun bila dibuka, kawasan Istana Negara akan kebanjiran.
Menurut Dion, sejak masuk muÂsim hujan, pihaknya harus meÂlaporkan ketinggian air di pintu air Manggarai ke Dinas Pekerjaan Umum DKI setiap 15 menit. “Bila di musim kemarau paling satu jam sekali,†katanya.
Saat Rakyat Merdeka berkunÂjung Senin lalu, terlihat escavator sedang mengangkat sampah yang menyangkut di pintu air MangÂgarai. Tumpukan sampah tampak menggunung ketika diangkut ke darat. Sampah-sampah itu bisa menghambat laju air.
Dion mengatakan, tumpukan sampah itu akan dibawa air yang datang dari Bogor. Setiap hari, escavator membersihkan sampah yang nyangkut di sini. “Biasanya mulai siang atau agak sore baru mulai dibersihkan,†ujarnya.
Setelah sampah diangkat dari pintu air lalu ditumpuk di dekat pintu masuk. “Tiap harinya bisa dua sampai tiga truk fuso yang mengangkut,†katanya.
Kepala Pintu Air Manggarai Pardjono memprediksi, siklus banjir besar lima tahunan tidak akan melanda Jakarta tahun 2012. Banjir besar diperkirakan baru terÂjadi pada 2013. Sebab curah hujan diperkirakan bakal tinggi yakni berkisar 80 hingga 110 mili meter.
“Tahun lalu di bawah 80 miÂliÂmeter. Khawatirnya dengan debit air saat ini, banjir lima tahunan yang tidak jadi pada 2012 akan datang pada awal 2013,†katanya.
Pardjono mengatakan pihakÂnya menetapkan Status Siaga 2 kaÂrena debit air di pintu air ini suÂdah mencapai 850 cm. Ia pun memÂbuka pintu air sedikit demi sedikit.
Sebelumnya, Pardjono sudah berkoordinasi dengan kepala RT dan RW setempat mengenai keÂmungkinan terjadinya banjir susulan maupun banjir siklus lima tahunan.
Menurutnya, seluruh pintu air di Jakarta membuka pintu airnya kecuali pintu air Ciliwung, yang hanya membuka sebagian pintu agar kawasan Menteng dan Istana Negara terhindar dari banjir. “KaÂlau Ciliwung memiliki kebijakan senÂdiri, aliran dari Ciliwung ke kota ditutup rapat,†katanya.
Pemda Bebaskan Lahan, Pusat Yang Mengeruk
Normalisasi Sungai Di Jakarta
Direktur Sungai dan Pantai Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Pitoyo Subandrio mengaÂtakan, masalah banjir di DKI JaÂkarta tidak hanya menjadi tangÂgung jawab pemerintah daerah, tapi juga pemerintah pusat.
“Yang sudah kami selesaikan adalah Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB),†katanya.
Selain menyelesaikan program tersebut, pemerintah pusat juga telah melakukan normalisasi terÂhadap Sungai Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung. Sungai Cipinang dan Sunter masih dalam proses normalisasi karena masih bermasalah dengan pembebasan lahan di sekitar suÂngai. Ia memperkirakan, kedua sungai tersebut selesai dinorÂmaÂliÂsasi pada 2014.
Selain melakukan normalisasi, Kementerian PU juga sedang melaksanakan pembangunan satu daun pintu masing-masing di pintu air Manggarai dan Karet. Keduanya termasuk dalam rute Banjir Kanal Barat.
Ia menjelaskan, tahun 2013 KeÂmenterian PU akan memulai proÂgram Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI), yaitu program pengerukan di muara-muara sungai. Sungai-sungai yang rencananya akan dikeruk diÂantaranya muara BKB atau Kali Adem, Muara Kali Sunter, dan Kali Cengkareng.
Selain itu, pihaknya juga akan mengerjakan pengerukan di Kali Krukut dan Ciliwung. PengÂgaÂraÂpan Ciliwung dilakukan belaÂkaÂngan lantaran belum adanya peÂnyelesaian antara pemerintah daeÂrah untuk membebaskan laÂhan di sekitar sungai
Pemerintah Pusat, kata Pitoyo, bertugas melakukan normalisasi deÂngan dana pusat. Sedangkan peÂmerintah daerah bertugas memÂbebaskan lahan di sekiÂtarÂnya. SaÂyangÂnya permasalahan pemÂbeÂbasan lahan masih mengÂganjal unÂtuk pengerukan Sungai Ciliwung.
Selain itu, pemerintah daerah sudah memiliki rencana memÂbaÂngun rumah susun di sekitar wiÂlaÂyah Ciliwung agar masyarakat di sana bisa direlokasi. “Setelah relokasi dilakukan, barulah KeÂmenterian PU melakukan tugasÂnya di sana,†katanya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional PeÂnanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menÂjeÂlasÂkan, total titik banjir yang ada di DKI Jakarta sebanyak 78 titik. Banjir yang terjadi di Jalan ThamÂrin, Sudirman dan Gatot Subrot tak termasuk 78 titik banjir itu.
Menurutnya, upaya pengenÂdalian banjir hingga 2014 terÂnyata belum akan menuntaskan titik banjir yang ada. PemÂbaÂngunan Kanal Banjir Timur haÂnya mampu mengurangi 15 titik banjir. Normalisasi sungai di KaÂnal Banjir Barat akan mengurangi 6 titik banjir. Bahkan normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke dan Sunter pada 2011-2014 dengan dana Rp2,3 triliun hanya meÂngurangi 10 titik.
Juga proyek pengerukan suÂngai Jakarta Emergency DredÂging Initiative di Cengkareng Drain, Kali Sunter, KBB, Cideng, Angke dan lainnya pada 2013-2014 akan mengurangi 20 titik banjir. “ Masih ada 27 titik yang beÂlum dibebaskan. Ini pun jika tidak ada penambahan titik banjir baru,†katanya.
Waspada, Curah Hujan Tinggi Sampai Februari
Kepala Subdit Informasi BaÂdan Meteorologi KlimatoÂlogi dan Geofisika (BMKG) Hari Tirto Jatmiko mengatakan, cuÂrah hujan di DKI Jakarta akan terus meningkat memasuki puncak musim hujan.
“Prediksi secara klimatologi di Desember, Januari, sampai Februari biasanya terjadi peÂningÂkatan curah hujan, oleh maÂsyarakat dikonotasikan puncak musim hujan. Biasanya Januari dan Februari itu lebih puncak cuÂrah hujan secara klimaÂtoÂloÂgi,†katanya.
Menurut Hari, curah hujan di JaÂkarta maupun Bogor sedang meningkat. Untuk itu, dia meÂngimbau masyarakat meÂwasÂpadai hujan intensitas seÂdang hingga lebat yang duraÂsiÂnya lebih dari dua jam.
“Bila musim penghujan maka keÂwaspadaan kalau terjadi huÂjan intensitas lebat lebih dari dua jam. Nggak hanya di daerah hilir tapi hulu pun juga seperti itu. Itu yang menjadi kÂeÂwasÂpaÂdaan masyarakat,†katanya.
Genangan bisa muncul bila tanah sudah tak mampu lagi meÂnyerap air. “Beberapa hari ini hujan relatif merata baik inÂtensitas sedang maupun lebat. Karena terus hujan, tanah menÂjadi jenuh maka terjadi geÂnaÂngan,†katanya.
Namun BMKG tidak bisa memastikan apakah akhir tahun ini bakal terjadi banjir besar siklus lima tahunan di Jakarta. “BMKG tidak pernah merilis siklus hujan lima tahunan. Tapi hampir setiap bulan November kita selalu memberi warning seÂtiap ada peningkatan curah huÂjan,†katanya.
Titik Banjir Mau Dikurangi Bertahap
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan telah meÂnyiapkan langkah-langkah khuÂsus untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta.
“Langkah pendeknya ya evakuasi penduduklah. Nggak ada yang lain. Kita relokasi ke mana, kita bicarakan dulu deÂngan warga,†katanya.
Soal relokasi, Jokowi terlebih dahulu akan membicarakan deÂngan Dinas Pekerjaan Umum. “Kita prioritaskan di Angke dan Pesanggrahan,†katanya.
Selain itu, ia juga akan meÂmeÂrintahkan pembersihan goÂrong-gorong di bawah tanah. PemberÂsihan saluran air ini akan mengÂgandeng berbagai pihak, mulai dari dinas terkait hingga TNI serta masyarakat umum. “Kita akan kerjasama deÂngan KopasÂsus, Kodam, dinas dan maÂsyaÂraÂkat,†katanya.
Mengenai pompa air untuk menyedot banjir, Jokowi meÂmasÂtikan tidak perlu ditambah. “Pompanya sudah ada dan cuÂkup banyak yang sudah jalan. TiÂdak akan ada penambahan pompa,†katanya.
Bekas wali kota Solo itu meÂnambahkan, Pemda DKI akan melakukan normalisasi beberaÂpa kali dan sungai yang ada di JaÂkarta agar banjir tidak terus terjadi lagi di tahun yang akan datang.
“Normalisasi Ciliwung, PeÂsangÂgarahan, Angke, Sunter tiÂdak bisa ditawar. Itu sudah waÂjib dan kita melakukan mulai taÂhun depan,†katanya.
Dia mengatakan, segera memÂÂpercepat proses normaÂliÂsasi kali di beberapa titik banjir. Hal tersebut bertujuan untuk meÂngurangi kawasan yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan.
“Inginnya kita percepat agar prosesnya tidak terlalu panjang, tapi perlu konsisten. Kita sudah tahu semua kan ada titik banjir. Ada 68. Setiap tahun ada proÂgres dikurangi-kurangi antara 6-12. Harus kurang. Harusa ada progres itu,†katanya.
Ia menambahkan, sebagai langÂkah awal menghadapi banÂjir, Pemprov DKI akan meÂngiÂrimkan bantuan kepada seluruh korban banjir.
Selain itu, dirinya bersama deÂngan Dinas Pekerjaan Umum (PU) membuat 10.000 sumur seÂrapan. “Pembangunan sumur serapan itu riil karena serapan air ke bawah tidak bagus maka kualitas air tanah di Jakarta juga semakin tidak baik,†katanya.
Jokowi mengatakan setelah APBD di ketok, ia akan tancap gas bersama para walikota unÂtuk memperbaiki drainase, seÂloÂkan, dan kali-kali kecil.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Ery BasÂkoÂro merasa sudah bekerja makÂsimal mengatasi banjir yang meÂlanda Jakarta sejak Sabtu.
“Seluruh operator mesin pomÂpa di beberapa titik tidak berÂhenti bekerja sejak Senin dini hari, namun curah hujan di atas 130 mm. Dalam waktu 1,5 jam, air sudah meluap. Itu meÂlebihi kemampuan rumah pomÂpa kita,†katanya. “Di Kali CiÂdeng sampai penuh sehingga delapan pompa harus bekerja serentak,†tambahnya.
Ery mengatakan, delapan pomÂpa itu tersebar di beberapa tempat. Dua rumah pompa di Gedung Jaya dan Gedung Surya di Jalan MH Thamrin. Enam pompa lagi ada di daerah TaraÂkan dekat dengan Sungai Cideng.
“Kekuatan kita adalah pomÂpa-pompa itu. Kita makÂsiÂmalÂkan jangan sampai rusak. SeÂmua operator siap,†katanya. Ery mengatakan, setelah hujan reda dua jam kembali genangan air bisa surut karena disedot.
Ia mengatakan kemampuan beberapa sungai di Jakarta maÂsih jauh dari ideal untuk meÂnamÂpung air kiriman dari hulu. “Sungai Pesanggrahan itu lebarnya cuma 15-20 meter. Idealnya 40 meter. Kemampuan maksimalnya saat ini cuma 25-30 persen buat menampung debit hujan,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22