Berita

Ketinggian Air Di Katulampa

On The Spot

Kriiing... Berapa Ketinggian Air Di Katulampa & Depok?

Penjaga Pintu Air Manggarai Kebanjiran Telepon
KAMIS, 27 DESEMBER 2012 | 09:30 WIB

Dering telepon menggema di dalam ruangan. Dion Santoso pun mengangkatnya. “Siang (pintu air) Manggarai,” sapanya.

“Berapa ketinggian air seka­rang?” tanya seorang wanita yang suaranya terdengar sayup-sayup.

“Manggarai 850 centimeter,” jawab Dion. Puas mendengar in­for­masi dari petugas berwenang, pe­rempuan itu menutup telepon­nya. Baru saja meletakkan g­a­gang telepon, suara “kring” kem­bali terdengar. “Siang (Pintu Air) Manggarai,” kata Dion mengu­cap­kan sapaan sama.

Kali ini yang berbicara di ujung telepon seorang pria. Ia mene­le­pon untuk mencari informasi. “Be­rapa ketinggian Air di Mang­garai, Katulampa dan Depok?” ta­nyanya berturut-turut.

Suaranya terdengar keras. Dion pun menjawab satu per satu. Kata dia, ketinggian air di Pintu Air Manggarai 850 centimeter, De­pok 150 centimeter dan Katu­lam­pa Bogor 40 centimeter.

“Kalau musim hujan banyak warga yang nelepon ke sini,” kata Dion, salah satu petugas di Pintu Air Manggarai. Saking banyak­nya telepon yang masuk, dia tak bisa beranjak dari tempat duduknya.

“Lebih dari 300 panggilan te­lepon setiap harinya. Kalau mu­sim kemarau paling hanya 20 te­le­pon perhari,” katanya.

Banjir yang merendam sej­um­lah wilayah di Jakarta mulai Ming­gu malam merupakan kiriman dari Bogor. Kawasan hulu itu te­rus menerus diguyur hujan de­ngan intensitas lebat.

Banjir yang akan melanda Ja­karta sebenarnya bisa diketahui lebih awal. Cara dengan mem­per­hatikan ketinggian air di Ka­tu­lampa. Bila debit air sudah di atas batas normal, beberapa jam ke­mudian beberapa wilayah di Ja­karta bakal kebanjiran.

Di sela-sela menerima pang­gi­lan telepon, Dion mengontak pe­tugas jaga di Katulampa dan pin­tu air Depok melalui radio. Ia ingin tahu perkembangan terkini ke­tinggian air di kedua tempat itu. “Kami harus saling kontak agar bisa bersiap-siap bila terjadi kenaikan debit air,” katanya.

Menurut Dion, warga juga ber­hak mengenai informasi ke­ting­gian air di Katulampa, Depok mau­pun di Manggarai untuk antisipasi banjir. Makanya dia selalu meladeni warga yang ingin mencari tahu mengenai mengenai ketinggian air.

Kebanyakan, kata Dion, mere­ka menelepon ke sini adalah war­ga yang tinggal di pinggir Kali Ciliwung. Supaya bisa siap-siap menghadapi air yang akan mem­banjiri tempat tinggal mereka atau malah mengungsi.

Di pintu air Manggarai ada dua petugas yang berjaga selama 24 jam mulai jam 8 pagi sampai 8 pagi esok hari. “Jumlah itu akan ditambah bila keadaannya da­rurat. Kami disini ada lima pe­tu­gas yang selalu siap sedia,” kata petugas yang sudah lima tahun berjaga di pintu ini.

Ketinggian air di pintu air ini mencapai puncaknya pada Senin siang lalu: 875 centimeter. Men­jelang sore, ketinggian air turun ke 850 cm. Dion mengatakan, de­ngan ketinggian air yang men­capai 850 cm bisa dipastikan ada beberapa wilayah di Jakarta Sela­tan, Ja­karta Timur dan Jakarta Pu­sat yang kebanjiran.

Ia menyebutkan kawasan yang paling parah terkena banjir yakni di Gang Arus, Cawang, Bidara Cina, Bukit Duri dan Kampung Me­layu. “Itu kondisinya udah pa­rah, sepinggang orang dewasa. Warga daerah itu udah pada ngung­si semua,” katanya.

Selain itu, beberapa wilayah yang juga kebanjiran akibat ting­ginya debit air di pintu air Mang­garai yaitu, Pegadegan, Kalibata, Ra­wajati, Gang Arus, Kebon Baru, Bukit Duri, Bidara Cina, Kam­pung Melayu, Matraman Da­lam, Kali Pasir, Kwitang,  Jati Pinggir, Jati Pulo dan Tomang Rawa Kelapa.

Menurut Dion, puncak ke­ting­gian air di pintu air ini sudah ter­lewati. Walaupun begitu, pihaknya tetap dalam status Siaga 2. Ke­ting­gian air dianggap sudah normal bila sudah turun sampai 750 cm.

Sedangkan, ketinggian normal di Katulampa yakni 40 cm dan pintu air Depok 150 cm. “(Itu) se­muanya normal,” katanya.

Peningkatan status ditentukan oleh ketinggian air yang melalui pintu air Manggarai. Status nor­mal bila di bawah 750 cm. Status Siaga 3 ditetapkan bila ketinggian air antara 750-850 cm.

Di atas 850 sampai 950 cm masuk status Siaga 2. Status Siaga 1 ditetapkan bila air sudah di atas 950 cm. “(Kalau) Siaga Satu pusat komandonya ada di gubernur,” katanya.

Ketika sudah sampai status itu, keputusan untuk membuka atau menutup pintu air Manggarai berada di tangan gubernur. Bila pintu air tidak dibuka, kawasan di pinggir Kali Ciliwung bakal tenggelam. Namun bila dibuka, kawasan Istana Negara akan kebanjiran.

Menurut Dion, sejak masuk mu­sim hujan, pihaknya harus me­laporkan ketinggian air di pintu air Manggarai ke Dinas Pekerjaan Umum DKI setiap 15 menit. “Bila di musim kemarau paling satu jam sekali,” katanya.

Saat Rakyat Merdeka berkun­jung Senin lalu, terlihat escavator sedang mengangkat sampah yang menyangkut di pintu air Mang­garai. Tumpukan sampah tampak menggunung ketika diangkut ke darat. Sampah-sampah itu bisa menghambat laju air.

Dion mengatakan, tumpukan sampah itu akan dibawa air yang datang dari Bogor. Setiap hari, escavator membersihkan sampah yang nyangkut di sini. “Biasanya mulai siang atau agak sore baru mulai dibersihkan,” ujarnya.

Setelah sampah diangkat dari pintu air lalu ditumpuk di dekat pintu masuk. “Tiap harinya bisa dua sampai tiga truk fuso yang mengangkut,” katanya.

Kepala Pintu Air Manggarai Pardjono memprediksi, siklus banjir besar lima tahunan tidak akan melanda Jakarta tahun 2012. Banjir besar diperkirakan baru ter­jadi pada 2013. Sebab curah hujan diperkirakan bakal tinggi yakni berkisar 80 hingga 110 mili meter.

“Tahun lalu di bawah 80 mi­li­meter. Khawatirnya dengan debit air saat ini, banjir lima tahunan yang tidak jadi pada 2012 akan datang pada awal 2013,” katanya.

Pardjono mengatakan pihak­nya menetapkan Status Siaga 2 ka­rena debit air di pintu air ini su­dah mencapai 850 cm. Ia pun mem­buka pintu air sedikit demi sedikit.

Sebelumnya, Pardjono sudah berkoordinasi dengan kepala RT dan RW setempat mengenai ke­mungkinan terjadinya banjir susulan maupun banjir siklus lima tahunan.

Menurutnya, seluruh pintu air di Jakarta membuka pintu airnya kecuali pintu air Ciliwung, yang hanya membuka sebagian pintu agar kawasan Menteng dan Istana Negara terhindar dari banjir. “Ka­lau Ciliwung memiliki kebijakan sen­diri, aliran dari Ciliwung ke kota ditutup rapat,” katanya.

Pemda Bebaskan Lahan, Pusat Yang Mengeruk

Normalisasi Sungai Di Jakarta

Direktur Sungai dan Pantai Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Pitoyo Subandrio menga­takan, masalah banjir di DKI Ja­karta tidak hanya menjadi tang­gung jawab pemerintah daerah, tapi juga pemerintah pusat.

“Yang sudah kami selesaikan adalah Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB),” katanya.

Selain menyelesaikan program tersebut, pemerintah pusat juga telah melakukan normalisasi ter­hadap Sungai Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung. Sungai Cipinang dan Sunter masih dalam proses normalisasi karena masih bermasalah dengan pembebasan lahan di sekitar su­ngai. Ia memperkirakan, kedua sungai tersebut selesai dinor­ma­li­sasi pada 2014.

Selain melakukan normalisasi, Kementerian PU juga sedang melaksanakan pembangunan satu daun pintu masing-masing di pintu air Manggarai dan Karet. Keduanya termasuk dalam rute Banjir Kanal Barat.

Ia menjelaskan, tahun 2013 Ke­menterian PU akan memulai pro­gram Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI), yaitu program pengerukan di muara-muara sungai. Sungai-sungai yang rencananya akan dikeruk di­antaranya muara BKB atau Kali Adem, Muara Kali Sunter, dan Kali Cengkareng.

Selain itu, pihaknya juga akan mengerjakan pengerukan di Kali Krukut dan Ciliwung. Peng­ga­ra­pan Ciliwung dilakukan bela­ka­ngan lantaran belum adanya pe­nyelesaian antara pemerintah dae­rah untuk membebaskan la­han di sekitar sungai

Pemerintah Pusat, kata Pitoyo, bertugas melakukan normalisasi de­ngan dana pusat. Sedangkan pe­merintah daerah bertugas mem­bebaskan lahan di seki­tar­nya. Sa­yang­nya permasalahan pem­be­basan lahan masih meng­ganjal un­tuk pengerukan Sungai Ciliwung.

Selain itu, pemerintah daerah sudah memiliki rencana mem­ba­ngun rumah susun di sekitar wi­la­yah Ciliwung agar masyarakat di sana bisa direlokasi. “Setelah relokasi dilakukan, barulah Ke­menterian PU melakukan tugas­nya di sana,” katanya.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Pe­nanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho men­je­las­kan, total titik banjir yang ada di DKI Jakarta sebanyak 78 titik. Banjir yang terjadi di Jalan Tham­rin, Sudirman dan Gatot Subrot tak termasuk 78 titik banjir itu.

Menurutnya, upaya pengen­dalian banjir hingga 2014 ter­nyata belum akan menuntaskan titik banjir yang ada. Pem­ba­ngunan Kanal Banjir Timur ha­nya mampu mengurangi 15 titik banjir. Normalisasi sungai di Ka­nal Banjir Barat akan mengurangi 6 titik banjir. Bahkan normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke dan Sunter pada 2011-2014 dengan dana Rp2,3 triliun hanya me­ngurangi 10 titik.

Juga proyek pengerukan su­ngai Jakarta Emergency Dred­ging Initiative di Cengkareng Drain, Kali Sunter, KBB, Cideng, Angke dan lainnya pada 2013-2014 akan mengurangi 20 titik banjir. “ Masih ada 27 titik yang be­lum dibebaskan. Ini pun jika tidak ada penambahan titik banjir baru,” katanya.

Waspada, Curah Hujan Tinggi Sampai Februari

Kepala Subdit Informasi Ba­dan Meteorologi Klimato­logi dan Geofisika (BMKG) Hari Tirto Jatmiko mengatakan, cu­rah hujan di DKI Jakarta akan terus meningkat memasuki puncak musim hujan.

“Prediksi secara klimatologi di Desember, Januari, sampai Februari biasanya terjadi pe­ning­katan curah hujan, oleh ma­syarakat dikonotasikan puncak musim hujan. Biasanya Januari dan Februari itu lebih puncak cu­rah hujan secara klima­to­lo­gi,” katanya.

Menurut Hari, curah hujan di Ja­karta maupun Bogor sedang meningkat. Untuk itu, dia me­ngimbau masyarakat me­was­padai hujan intensitas se­dang hingga lebat yang dura­si­nya lebih dari dua jam.

“Bila musim penghujan maka ke­waspadaan kalau terjadi hu­jan intensitas lebat lebih dari dua jam. Nggak hanya di daerah hilir tapi hulu pun juga seperti itu. Itu yang menjadi k­e­was­pa­daan masyarakat,” katanya.

Genangan bisa muncul bila tanah sudah tak mampu lagi me­nyerap air.  “Beberapa hari ini hujan relatif merata baik in­tensitas sedang maupun lebat. Karena terus hujan, tanah men­jadi jenuh maka terjadi ge­na­ngan,” katanya.

Namun BMKG tidak bisa memastikan apakah akhir tahun ini bakal terjadi banjir besar siklus lima tahunan di Jakarta. “BMKG tidak pernah merilis siklus hujan lima tahunan. Tapi hampir setiap bulan November kita selalu memberi warning se­tiap ada peningkatan curah hu­jan,” katanya.

Titik Banjir Mau Dikurangi Bertahap

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan telah me­nyiapkan langkah-langkah khu­sus untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta.

“Langkah pendeknya ya evakuasi penduduklah. Nggak ada yang lain. Kita relokasi ke mana, kita bicarakan dulu de­ngan warga,” katanya.

Soal relokasi, Jokowi terlebih dahulu akan membicarakan de­ngan Dinas Pekerjaan Umum. “Kita prioritaskan di Angke dan Pesanggrahan,” katanya.

Selain itu, ia juga akan me­me­rintahkan pembersihan go­rong-gorong di bawah tanah. Pember­sihan saluran air ini akan meng­gandeng berbagai pihak, mulai dari dinas terkait hingga TNI serta masyarakat umum. “Kita akan kerjasama de­ngan Kopas­sus, Kodam, dinas dan ma­sya­ra­kat,” katanya.

Mengenai pompa air untuk menyedot banjir, Jokowi me­mas­tikan tidak perlu ditambah. “Pompanya sudah ada dan cu­kup banyak yang sudah jalan. Ti­dak akan ada penambahan pompa,” katanya.

Bekas wali kota Solo itu me­nambahkan, Pemda DKI akan melakukan normalisasi bebera­pa kali dan sungai yang ada di Ja­karta agar banjir tidak terus terjadi lagi di tahun yang akan datang.

“Normalisasi Ciliwung, Pe­sang­garahan, Angke, Sunter ti­dak bisa ditawar. Itu sudah wa­jib dan kita melakukan mulai ta­hun depan,” katanya.

Dia mengatakan, segera mem­­percepat proses norma­li­sasi kali di beberapa titik banjir. Hal tersebut bertujuan untuk me­ngurangi kawasan yang menjadi langganan banjir setiap musim hujan.

“Inginnya kita percepat agar prosesnya tidak terlalu panjang, tapi perlu konsisten. Kita sudah tahu semua kan ada titik banjir. Ada 68. Setiap tahun ada pro­gres dikurangi-kurangi antara 6-12. Harus kurang. Harusa ada progres itu,” katanya.

Ia menambahkan, sebagai lang­kah awal menghadapi ban­jir, Pemprov DKI akan  me­ngi­rimkan bantuan kepada seluruh korban banjir.

Selain itu, dirinya bersama de­ngan Dinas Pekerjaan Umum (PU) membuat 10.000 sumur se­rapan. “Pembangunan sumur serapan itu riil karena serapan air ke bawah tidak bagus maka kualitas air tanah di Jakarta juga semakin tidak baik,” katanya.

Jokowi mengatakan setelah APBD di ketok, ia akan tancap gas bersama para walikota un­tuk memperbaiki drainase, se­lo­kan, dan kali-kali kecil.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Ery Bas­ko­ro merasa sudah bekerja mak­simal mengatasi banjir yang me­landa Jakarta sejak Sabtu.

“Seluruh operator mesin pom­pa di beberapa titik tidak ber­henti bekerja sejak Senin dini hari, namun curah hujan di atas 130 mm. Dalam waktu 1,5 jam, air sudah meluap. Itu me­lebihi kemampuan rumah pom­pa kita,” katanya. “Di Kali Ci­deng sampai penuh sehingga delapan pompa harus bekerja serentak,” tambahnya.

Ery mengatakan, delapan pom­pa itu tersebar di beberapa tempat. Dua rumah pompa di Gedung Jaya dan Gedung Surya di Jalan MH Thamrin. Enam pompa lagi ada di daerah Tara­kan dekat dengan Sungai Cideng.

“Kekuatan kita adalah pom­pa-pompa itu. Kita mak­si­mal­kan jangan sampai rusak. Se­mua operator siap,” katanya. Ery mengatakan, setelah hujan reda dua jam kembali genangan air bisa surut karena disedot.

Ia mengatakan kemampuan beberapa sungai di Jakarta ma­sih jauh dari ideal untuk me­nam­pung air kiriman dari hulu. “Sungai Pesanggrahan itu lebarnya cuma 15-20 meter. Idealnya 40 meter. Kemampuan maksimalnya saat ini cuma 25-30 persen buat menampung debit hujan,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya