Berita

ilustrasi, Pameran Karya Narapidana

On The Spot

Dibanderol Puluhan Ribu Sampai Puluhan Juta

Ngintip Pameran Karya Narapidana
JUMAT, 21 DESEMBER 2012 | 09:45 WIB

Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin duduk berhadap-hadapan dengan Dirjen Pemasyarakat Sihabuddin. Kedua pejabat dipisahkan meja kayu yang atasnya dirancang sebagai papan catur.

Amir memegang bidak putih. Sementara, Sihabuddin, lawan mainnya mengatur langkah-langkah bidak hitam.

Singkat cerita, Amir keluar sebagai pemenangnya. Keduanya lalu beranjak dari meja catur dan melihat-lihat pameran yang di­gelar di The East Building, Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Papan catur yang dimainkan Amir dan Sihabuddin adalah kar­ya narapidana (napi). Kerajinan ini salah satu produk yang di­pamerkan di Napi Craft di lobby gedung ini.

Di pameran yang berlangsung sejak Senin lalu hingga Jumat ini ditampilkan produk kerajinan maupun karya seni para napi dari lapas di seluruh Indonesia.

Layaknya pameran, disediakan stand-stand yang memajang kar­ya napi. Setiap stand ditunggu wa­nita yang rata-rata masih muda. Mereka adalah pegawai Kementerian Hukum dan HAM, pegawai Ditjen Pemasyarakatan maupun napi wanita.

“Barang yang dipamerkan di sini ada sekitar dua ratusan jenis. Mulai dari hasil kerajinan, luki­san hingga produk makanan. Se­muanya buatan napi dari seluruh lapas di Indonesia,” jelas Tuti Nur­hayati, Kepala Bidang Ke­man­dirian Ditjen Pemasyarakatan.

“Barang kerajinan itu meliputi sandal, sepatu, pakaian tradisio­nal dan modern, kain batik, tem­pat tisu, lampu kayu dan beberapa furnitur dari kayu. Ada juga ba­rang-barang tembikar,” tambahnya.

Meskipun buatan napi, Tuti yang juga penanggung jawab ke­giatan ini, menjamin kualitasnya ti­dak kalah produk yang ada di pa­saran. Bahkan, kata dia, ada be­berapa karya napi yang sudah diekspor ke beberapa negara lain.

Tuti lalu menunjuk kursi dari bahan anyaman di stand yang ada di muka lobby. Bentuk kursi itu sebenarnya biasa. Ada tempat duduk dan sandaran punggung. Yang berbeda, kursi ini dihiasi ukiran tradisional. Kursi ini juga terbuat dari kayu jati yang selama ini dikenal awet lama.

“Ini karya napi dari lapas nar­ko­tika Gintung, Cirebon. Ini su­dah di ekspor ke beberapa negara te­tangga. Banyak juga kantor yang pesan kursi ini,” ungkap Tuti.

Kerajian buatan napi yang di­pamerkan di sini juga bisa di­miliki pengunjung. Harga karya-karya itu mulai puluhan ribu sam­pai puluhan juta.

“Paling murah harganya Rp 10 ribuan. Biasanya produk-produk makanan. Misalnya gula semut, keripik singkong dan ada bebe­rapa lainnya,” jawabnya.

Karya termahal yang dipamer­kan adalah lukisan yang dipajang di lantai dua lobby East Building. Lukisan itu dibanderol Rp 25 juta.

Tuti lalu mengajak Rakyat Mer­deka berjalan ke arah sam­ping gedung. Di tempat ini, di­pa­merkan berbagai jenis pakaian dan batik. Di salah satu stand di situ terlihat para napi sedang me­nunjukkan kebolehannya mem­buat barang-barang kerajinan.

Sambil duduk diatas kursi kecil, Agus mencelupkan canting ke wajan kecil berisi cairan pe­warna yang tengah dipanaskan de­ngan anglo atau kompor kecil.

Mulutnya meniup canting. Se­mentara tangan kirinya mer­a­pi­kan kain mori yang diletakkan di pangkuan kedua kakinya.

“Ini namanya batik tulis. Mem­buatnya harus hati-hati dan penuh dengan kesabaran. Tidak bisa dengan cara terburu-buru,” je­lasnya sambil terus membatik.

Agus adalah napi Lapas Kelas I Cipinang, Jakarta Timur yang diikutsertakan dalam pameran ini. Ia memiliki keahlian mem­buat batik tulis.

“Selama lima tahun di dalam pen­jara, setiap hari saya selalu me­ngisinya dengan membuat ba­tik. Ilmu batik ini saya peroleh di dalam penjara melalui program kemandirian napi,” tuturnya.

Adi, napi Lapas Salemba, Ja­karta Pusat juga ikut unjuk ke­bo­lehan di pameran ini. Me­nge­na­kan kemeja kuning bertuliskan  “Bengkel Bangkit”,  dia me­nun­jukkan keahliannya membuat  sandal yang biasa disediakan di kamar untuk tamu hotel.

Ia mengambil lembaran karet dari kantong plastik. Dengan pen­sil, dia membuat pola di lembaran karet itu. Pola yang terbentuk lalu dipotong dengan gunting.

“Ini untuk buat alasnya. Dari sini, terserah kita mau buat sandal yang model apa. Kalau polos ting­gal kita pasang pengaitnya. Kalau mau corak, tinggal kita tempelkan kain bermotif. Simpel saja,” kata napi yang mengaku akan bebas setahun lagi ini.

Sandal buatan Adi ini bukan ha­nya dipasarkan di Lapas Sa­lemba. Beberapa hotel ternama di Jakarta yang beberapa kali me­mesan sandal kepada Adi dan ka­wan-kawan.

“Pernah dapat order hingga be­berapa ribu pasang sandal dari se­buah hotel ternama di Jakarta. Tapi karena bahan-bahannya ter­batas, tenaga juga kurang, kami tidak mampu memenuhi se­lu­ruhnya dari order tersebut,” beber pria berkulit sawo matang itu.

Tuti menambahkan, awalnya produk napi ini hanya dipasarkan di koperasi lapas saja. Pemb­e­li­nya tentu hanya kalangan napi, pe­gawai lapas dan para pembesuk.

“Tapi lewat mulut ke mulut, pro­duk napi mulai banyak dike­nal. Orang dari luar ikut membeli dalam jumlah besar. Banyak pe­dagang yang bekerja sama de­ngan lapas untuk memasarkan karya napi ini,” kata Tuti.

“Tidak Pakai Seragam, Napi Bisa Saja Kabur”

Para narapidana yang me­ngikuti pameran Napi Craft bisa se­jenak menghirup udara di luar penjara. Kesempatan ini bisa di­gunakan untuk kabur. Ditjen Pe­masyarakatan pun menyeleksi ketat napi yang bisa ikut ajang ini.

Ketua Bidang Pembinaan Dit­jen Pemasyarakatan, Tuti Nur­ha­yati mengatakan, napi yang ikut pameran di The East Building, Mega Kuningan ini tak me­nge­nakan seragam. Sulit me­m­be­da­kannya dengan pengunjung.

“Selama disini, napi berhak pakai pakaian bebas. Bisa jalan dari stand satu ke stand yang lain. Tentunya peluang untuk lari, bisa saja terjadi,” terangnya.

Untuk mencegah napi kabur, panitia berkoordinasi dengan pe­tugas lembaga pemasyara­katan. Hanya napi yang memenuhi sya­rat yang bisa ikut pameran.

Apa syaratnya? “Pertama, napi itu harus sudah menjalankan masa hukuman minimal dua per tiga dari vonis. Sehingga ke­mung­kinan untuk kabur, itu sa­ngat kecil sekali,” tambahnya.

Napi yang sudah menjalani 2/3 masa hukuman memang ber­hak mengajukan bebas ber­sya­rat. Ini untuk memberikan ke­sempatan bersosialisasi dengan masyarakat sebelum benar-benar keluar dari lapas.

Napi yang dipilih, lanjut Tuti, bukan yang terlihat kejahatan berat. Seperti pembunuhan, nar­koba dan korupsi. Juga bukan re­sidivis yang sudah sering keluar-masuk penjara.

“Tentunya napi itu berkelakuan baik selama di tahanan dan me­mang memiliki bakat untuk nanti diperlihatkan,” ujarnya. Hanya napi penghuni lapas di Jabo­de­ta­bek yang bisa ikut pameran ini.

Agus, napi Lapas Kelas I Ci­pinang, Jakarta Timur terpilih jadi peserta pameran karena memiliki keahlian membatik. Dari pe­nam­pilan, tidak ada menyangka Agus adalah narapidana. Ia terlihat mengenakan topi, kaos hitam, celana jeans dan sepatu kets.

Di sela-sela melakukan demo mem­batik, Agus terkadang ber­canda dengan pegawai lapas.

Pria paruh baya ini juga tak se­gan-segan meminta rokok kepada pegawai lapas yang menunggui standa ini.

“Agus itu salah satu tahanan yang berkelakuan baik. Dia sudah menjalani lima tahun penjara. Beberapa bulan lagi akan bebas,” kata Sulistio, Kepala Bimbingan Kerja Lapas Cipinang.

“Karena sudah lima tahun, ten­tunya kami sangat akrab dengan Agus. Apalagi, kami sering ter­li­bat dalam bimbingan pe­m­bua­tan ba­tik di Lapas,” tambahnya.

Dapat Order Bikin Sandal Tamu Hotel

Memiliki keahlian yang dikembangkan di dalam pen­jara, para narapidana bertekad membuka usaha setelah men­jalani masa hukuman.

Adi, 27 tahun, napi penghuni Rutan Salemba, Jakarta ini akan membuka usaha pembuatan sandal setelah bebas. Pria yang dijebloskan ke penjara karena membawa kabur pacarnya ini sering mendapat order mem­buat sandal dari salah satu hotel ternama di ibu kota.

“Dengan bakat inilah saya akan meneruskan hidup di Jakarta bila sudah keluar nanti. Teman-teman juga sudah s­e­pa­kat untuk kerja sama b­areng. Mudah-mudahan terlaksana. Amin,” tutur pria asal Pema­lang, Jawa Tengah ini.

Hal senada disampaikan Agus, napi penghuni Lapas Ke­las I Cipinang, Jakarta Timur. Keahlian membuat batik tulis selama di penjara akan diterus­kan ketika dirinya bebas.

“Insya Allah. Saya akan be­bas sekitar 5-7 bulan lagi. Belakangan ini saya sudah ada pembicaraan dengan teman-te­man, khususnya yang telah be­bas dan akan mau bebas ten­tang usaha bersama,” kata Agus.

Ia berencana membuat ke­lom­pok usaha dengan para napi lainnya. Ada yang menjadi pe­rancang dan pembuat batik tulis. Juga ada yang berperan sebagai pemasarnya.

Agus dan kawan-kawan bah­kan sudah memiliki nama untuk merek produk batik mereka.

“Namanya Lapina. Singkatan dari Lapas Cipinang,” ujarnya.  

“Modalnya swasembada dari kita. Produksinya di rumah saja biar bisa ajak para tetangga untuk terlibat,” katanya sambil tersenyum.

Dirjen Pemasyarakatan Sihabuddin mendukung ren­cana napi yang hendak mem­buka usaha setelah menjalani masa hukuman. Ia mengatakan tengah mempersiapkan pro­gram untuk napi yang akan ha­bis masa hukumannya.

“Nanti menjelang bebas, mereka dilatih. Setelah bebas me­reka akan ditawari oleh Dep­sos (maksudnya Kemen­terian Sosial/Kemensos) untuk masuk bidang pekerjaan yang sesuai dengan mereka,” ujarnya.

Untuk memberdayakan para bekas napi ini, Kementerian Hu­kum dan HAM akan bekerja sama dengan Kementerian Sosial maupun Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

“Nanti mereka (napi) yang punya keahlian khusus akan dimodali. Mereka akan dilatih oleh Depnakertrans,” kata Sihabuddin.

Narapidana itu akan didaftar­kan ke Kemensos untuk memu­lai usahanya. Napi juga bisa membuat usaha secara ber­ke­lom­pok. “Insya Allah tahun 2013 akan terealisasi,” terangnya.

Beberapa jenis usaha yang akan mendapat bantuan modal yakni tambal ban, membuat bola, dan cukur rambut. Ban­tuan modal yang diberikan ter­gantung proposal yang diaju­kan napi.

Dari Bulu Mata Palsu Sampai Kapal Phinisi

Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin optimistis jika para narapidana memiliki potensi untuk bersaing di dunia kerja dan dunia usaha setelah mereka.

Itu disampaikannya setelah berkunjung ke pameran Napi Craft 2012 di East Building, Mega Kuningan, Jakarta Sela­tan. Di tempat ini dipamerkan berbagai karya dan produk para napi dari seluruh Indonesia.

Menurut Amir, para nara­pi­dana ini bisa menghasilkan pro­duk-produk bernilai eko­nomis yang saat ini dipamerkan dalam acara Napi Craft 2012 tersebut.

“Pameran hasil karya napi ini selaras dengan perkembangan lingkungan strategis global dan kebijakan pembangungan na­sio­nal di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif,” kata Amir, Senin (17/12).

Menurut Amir, banyak hasil karya narapidana yang telah di­pasarkan ke luar negeri. Dalam pameran Napi Craft 2012 ditampilkan sekitar 1.500 hasil karya narapidana.

Di antaranya adalah minia­tur sepeda motor karya Lapas Ta­ngerang, bola kaki karya La­pas Cirebon, dan bulu mata pal­su karya Lapas Cianjur. Juga ada miniatur kapal phinisi. [Harian Rakyat Merdeka] 


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya