Berita

Sukhoi Superjet 100

On The Spot

Keluarga Korban Minta Demo Terbang Diawasi

KNKT Umumkan Hasil Investigasi Sukhoi Superjet 100
KAMIS, 20 DESEMBER 2012 | 09:47 WIB

Peristiwa yang merenggut nyawa Darwin Pelawi sudah tujuh bulan berlalu. Santa Fransiska masih kerap terkenang wajah kocak suaminya saat bercanda. “Meski keras dan disiplin, dia orangnya lucu,” katanya.

Bahkan, sosok Darwin pun kerap muncul dalam bunga tidur Fransiska. “Maklum, dia suami yang sangat saya cintai dan me­rupakan tulang punggung ke­luar,” ujarnya.

Darwin Pelawi adalah Direktur Operasi Pelita Air Service. Ia ikut dalam penerbangan promosi (joy flight) Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei lalu.

Pesawat yang mengangkut 45 orang itu hilang dari radar. Sehari kemudian baru diketahui pesawat penumpang buatan Rusia itu me­nabrak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Darwin pun turut tewas.

Fransiska mengaku tak men­dapat firasat apa-apa sebelum suami mengikuti joy flight. Mak­lum, sebagai direktur operasi mas­kapai penerbang dan juga berlatar belakang pilot, Darwin sudah sering mengangkasa.

Sebelum meninggal, Darwin per­nah berpesan kepada ke­luarganya agar bisa mandiri. Tak lama, Fransiska harus meng­ha­dapi kenyataan suami sekaligus tulang punggung keluarga pergi un­tuk selamanya.

Fransiska dan empat anaknya benar-benar pun harus mandiri se­telah kehilangan pencari naf­kah. Untungnya, keluarga men­da­pat santunan sehingga tak perlu menjual harta untuk hidup sehari-hari. Keluarga mendapat santu­nan dari Jasa Rahardja sebesar Rp 50 juta. Lalu dari Sukhoi se­be­sar Rp 1,25 miliar. “Terimanya sudah lama, dua atau tiga bulan lalu,” katanya.

Fransiska yang kini jadi tulang punggung keluarga meng­gu­na­kan sebagian uang itu untuk mem­buka usaha. Namun ia eng­gan me­ngung­kapkan usaha yang dijalani­nya. “Yang penting me­ngalir saja. Rezeki pasti ada saja,” katanya.

Tujuh bulan sejak insiden Suk­hoi Superjet 100 menabrak Gu­nung Salak, Komite Nasional Ke­selamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi insiden tersebut. Faktor manusia menjadi penyebab kecelakaan itu.

Fransiska menyerahkan tindak lanjut hasil investigasi insiden yang menewaskan suaminya ke­pada KNKT. “KNKT selaku wa­kil pemerintah yang mengurusi masalah itu. Saya sudah ikhlas dan tidak akan menuntut siapa­pun,” katanya wanita berambut panjang ini.

Ia berharap kejadian serupa tak terulang di masa mendatang. Un­tuk itu, dia meminta kepada lem­ba­ga ter­kait agar mengawasi de­ngan ketat demo penerbangan. “Jangan asal memberi izin saja,” katanya.

Fransiska bersama anak-anak menempati rumah seluas 200 me­ter persegi di Johar Baru, Jakarta Pusat. Toyota Camry hitam terli­hat parkir di carport yang terletak di sebelah kanan rumah.

Sukhoi Baru Santuni 17 Keluarga Korban

Duta Besar Rusia untuk In­do­nesia, Mikhail Galuzin me­nga­takan, Pemerintah Rusia berjanji akan memenuhi pembayaran asu­ransi kepada seluruh korban ke­celakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang menabrak lereng Gu­nung Salak, Bogor, Jawa Ba­rat, 9 Mei 2012 lalu.

“Pemerintah Rusia mem­be­ri­kan perhatian tinggi soal ganti rugi kepada pihak keluarga kor­ban. Rusia akan selesaikan secara bertahap, sesuai ketentuan kedua belah pihak (Indonesia-Rusia), terutama keluarga korban. Rusia akan bertindak sesuai aturan In­do­nesia,” jelasnya.

Menurutnya, Pemerintah Rusia te­lah menunaikan kewajibannya ke­pada 17 keluarga korban yang ang­gotanya menjadi korban pe­ner­bangan promosi burung besi Suk­hoi RRJ-95B atau yang lebih akrab dengan sebutan Super Jet 100 itu.

Ia menjelaskan, sesuai peratu­ran pemerintah Indonesia, setiap korban akan mendapat santunan se­besar Rp 1,250 miliar. “Sejauh ini saya tahu, 17 keluarga dari 34 keluarga korban tewas sudah men­dapat asuransi dan ganti rugi. Itu maksimal sesuai hukum na­sional In­donesia, yakni Rp 1 mi­liar 250 juta untuk satu korban,” katanya.

Sedangkan sisanya, lanjutnya, pihaknya telah memproses dan menyelesaikan kewajiban terse­but. “Ini informasi yang kami per­oleh, kami masih  melan­jut­kan dan memperoses pemberian kepada keluarga yang belum men­dapatkan. Kami masih laku­kan konsultasi dengan pihak kelurga korban. Kami sangat pe­duli dengan kelurga korban, kami akan lunasi kewajiban sepe­nuh­nya dalam beberapa waktu ke de­pan,” katanya.

Ia mengungkapkan, pihaknya ikut merasakan duka yang men­da­lam atas peristiwa nahas ini. Secara langsung ia meminta se­mua pihak untuk mengenang ke­jadian ini se­bagai pembelajaran agar tak kem­bali terulang di wak­tu mendatang.

“Saya yakin bahwa kemitraan kami dalam menanggulangi musibah ini cukup baik, hubungn kerjasama kami juga kami harap akan tetap baik,”katanya.

Ganti rugi yang dijanjikan pi­hak Rusia sesuai dengan Pe­r­a­tu­ran Menteri (Permen) Per­hu­bu­ngan Nomor 77 Tahun 2011 ten­tang Tanggung Jawab Pe­ngang­kut Angkutan Udara adalah se­nilai Rp1,25 miliar per korban.

Mikhail Galuzin men­a­m­bah­kan, pihaknya tengah menguji co­ba pesawat Sukhoi untuk me­me­nuhi pesanan pihak Indonesia dan penyerahannya akan dilakukan secepatnya.

“Sejauh mana dari pembahasan tadi, merupakan salah satu minat pengadaan, datangnya salah satu pesawat ke Indonesia. Ingin saya sampaikan, bahwa di Rusia se­dang diuji coba Sukhoi di pab­rik­nya dan ada rencana penerimaan teknis terhadap Indonesia. Pesa­wat tersebut sudah diadakan da­lam waktu dekat,” katanya.

Mengenai hasil laporan in­vestigasi KNKT, Mikhail melihat hasilnya benar-benar cukup ob­jek­tif dan telah dilakukan sesuai standar International Civil Avia­tion Organization (ICAO).

Tiga Penyebab Sukhoi Tabrak Gunung Salak

Hasil Investigasi KNKT

Komite Nasional Kesela­ma­tan Transportasi (KNKT) telah resmi menyimpulkan ada tiga faktor penyebab jatuhnya pesa­wat Sukhoi RRJ 95B-97004 Superjet 100 di Gunung Salak, Bo­gor, Jawa Barat.

Ketua KNKT Tatang Kur­niadi membeberkan, faktor per­ta­ma awak pesawat tidak me­nya­dari kondisi pegunungan di sekitar jalur penerbangan yang dilalui karena beberapa faktor dan berakibat awak pesawat mengabaikan pihak dari “Ter­rain Awareness Warning” (TAWS).

“Pada pukul 14.26 WIB, pilot minta izin untuk turun ke ke­tinggian 6.000 kaki serta untuk membuat orbit (lintasan me­lingkar) ke kanan agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim meng­gu­na­kan landasan 06. Izin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach,” katanya.

Tatang mengatakan 38 detik sebelum benturan, TAWS mem­berikan peringatan berupa suara “Terrain Ahead, Pull Up” dan diikuti oleh enam kali “Avoid Terrain”. Pilot in Com­mand (PIC) mematikan TAWS terse­but karena berasumsi bahwa peringatan tersebut diakibatkan “database” yang bermasalah.

Faktor kedua, seluruh radar yang ada di Jakarta belum mem­punyai batas ketinggian mi­nimum pada pesawat yang di­be­rikan vector. Sistem dari Ja­karta Radar belum dilengkapi de­ngan “Minimum Safe Alti­tude Warning” (MSAW) yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak.

“Sistem tidak memberikan pe­ringatan kepada petugas Ja­karta Approach sampai dengan pesawat menabrak,” paparnya. Vector adalah perintah berupa arah yang diberikan oleh pe­ngatur lalu lintas udara kepada pilot pada pelayanan radar.

Penyebab terakhir yakni terjadi pengalihan perhatian ter­­hadap awak pesawat dari per­­ca­kapan yang berk­­epan­jangan dan tidak terkait dengan pener­bangan.

“Sehingga me­nye­bab­kan pi­lot yang menerbangkan pesawat tidak dengan segera mengubah arah pesawat ketika orbit dan pe­sawat keluar dari orbit tanpa di­sengaja,” katanya.

Sudah Kantongi Sertifikat Kemenhub

Pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak saat penerbangan promosi di Indonesia. Pemerintah tak melarang maskapai pener­ba­ngan tanah air untuk meng­gu­nakan pesawat penumpang buatan Rusia itu.

“Jadi secara umum, tim kita su­dah lakukan sertifikasi dan va­lidasi yang telah dievaluasi bu­lan Agustus dan sertifikasi sudah dikeluarkan, tinggal pihak pabrik dan operator saja, kita tidak ada masalah,” kata Dirjen Perhubungan Udara Ke­menterian Perhubungan, Herry Bakti S Gumay

Ia mengatakan, saat ini mas­kapai nasional yang melakukan kerjasama untuk pemesanan pesawat Sukhoi adalah PT Sky Aviation, dan PT Kartika Airlines.

Negara-negara lain, kata Herry, juga melakukan peme­sa­nan pesawat Sukhoi. Di an­ta­ra­nya Vietnam dan Meksiko. “Jadi dari sisi airlines sendiri tetap membeli. Semua itu tergantung dari operator dan Rusia,” katanya.

Menurut Herry hasil inves­tigasi menyatakan bahwa k­e­ce­la­kaan Sukhoi bukan karena ke­rusakan sistem pesawat selama penerbangan. Melainkan ka­rena faktor manusia.

“Pesawat tidak ada masalah. Kita sudah mengecek pesawat ini. Sudah melaksanakan vali­dasi dan sertifikasi. Kita kirim 9 engineer kita ke pabriknya untuk tes pesawat ini. Dari sisi perhubungan udara tidak ada masalah,” katanya,

Herry juga akan me­nindak­lanjuti rekomendasi hasil inv­es­ti­gasi KNKT. “Kita akan tin­daklanjuti dari sisi aturan dan pe­ngawasannya. Demikian juga rekomendasi terhadap Angkasa Pura,” ujarnya. PT Angkasa Pura I dan II adalah BUMN yang mengelola bandara di Indonesia.

Sukhoi Super Jet 100 sebe­lum­nya telah mengantongi seri­fikat dari Lembaga Sertifikasi Rusia pada Juni 2011. Pesawat ini juga telah memperoleh Type Certificate dari Badan Ke­ama­nan Aviasi Eropa (EASA). EASA menyatakan, SSJ-100 te­lah memenuhi standar ling­ku­ngan dan kelayakan terbang.

Sertifikat tipe itulah yang juga dikeluarkan Kementerian Perhubungan RI untuk SSJ-100. Artinya, Sukhoi bisa segera ber­operasi di rute-rute domestik. Saat ini, ada dua maskapai pe­ner­bangan Indonesia yang su­dah memesan Sukhoi Super Jet 100, yaitu Kartika Airlines dan Sky Aviation. Kartika Airlines memesan 30 unit, dan Sky Aviation memesan 12 unit.

Sky Aviation mulai men­da­tang­kan Sukhoi secara bertahap pada Desember 2012 ini. Total 12 unit pesawat SSJ-100 yang di­pesan Sky Aviation akan leng­kap pada tahun 2015.  [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya