Edwin Henawan Soekowati
Edwin Henawan Soekowati
“Sosialisasi Pancasila itu oke. Tapi harus jelas isinya bahÂwa Pancasila adalah dasar negaÂra. Sedangkan UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika adalah pilar,†kata Ketua Umum AlianÂsi NaÂsionalis Indonesia (AninÂdo) EdÂwin Henawan SoeÂÂkoÂwati keÂpada Rakyat Merdeka, kemarin.
Anggota DPR dari Fraksi PDI tahun 1987-1992 itu curiga sosiaÂlisasi itu disusupi kelompok terÂtenÂtu yang ingin mendegraÂdasiÂkan Pancasila secara sistematik sebagai dasar negara menjadi piÂlar negara.
“Ini bahaya sekali. Anggaran sosialisasinya begitu besar, tapi yang disosialisasikan keliru,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa tujuan kelompok terÂtentu itu?
Mereka bergerak secara sisÂtiÂmatik ingin ubah Pancasila dari daÂsar negara menjadi pilar neÂgara. Mereka juga menikmati dana sosialisasi yang besar.
Kenapa Anda menilai seperti itu?
Saya prihatin anggaran yang cukup besar itu digunakan oleh lembaga tinggi negara. SeharusÂnya kan sosialisasi itu dilakukan pemerintahan, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Apakah sosialisasi itu sudah efektif?
Tidak. UUD 1945 diubah emÂpat kali melalui amandemen, otoÂmatis pilar NKRI pun berubah. Ini berarti, Pancasila itu bisa diubah seperti pilar lain. Padahal, Pancasilan itu tidak bisa diubah karena dasar negara.
Secara substansial saat ini suÂdah menyimpang dari semangat Proklamasi 17-08- 1945. Jika Pancasila dijadikan pilar negara, maka tinggal menunggu waktu sila-sila dalam dasar tersebut akan diubah. Berarti Indonesia akan menjadi negara yang baru yang dibangun atas penghianatan terhadap seluruh bangsa IndoÂnesia dan cita-cita Proklamasi 1945.
O ya, apa perlu Pancasila diÂajarÂkan secara khusus di sekoÂlah seperti dulu?
Ya. Saya sangat setuju adanya pendidikan kembali Pancasila seÂbagai dasar negara dengan beÂbeÂrapa pilar dan konsensus negara seperti UUD 45, NKRI, BhiÂneka Tungal Ika, Bendera Pusaka MeÂrah Putih, Garuda Pancasila sebaÂgai lambang negara, Lagu IndoÂnesia Raya, dan Sumpah Pemuda 1928 sebÂagai rangkaian sejarah Bangsa.
Alasannya apa?
Pelanggaran atas nilai-nilai PanÂcasila di masyarakat sudah sangat massif. Contohnya sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa sudah dilanggar, intoleransi sudah sangat banyak dari tingkat eliÂte sampai dengan tingkat grasÂsroot. Sila kedua dan sila keÂtiga sudah dilanggar dengan adaÂnya tawuran antar pelajar, antar maÂhasiswa, antar kampung, antar penÂdukung kepala daerah, antar golongan. Bahkan antar aparat keamanan. Mereka saling meÂluÂkai, saling membunuh tanpa ada rasa prikemanusiaan dan rasa perÂsatuan sebagai anak bangÂsa. ÂMeÂreÂka hanya memikirkan keÂlomÂpoknya saja.
Sila keempat dilabrak dengan diputuskan melalui suara terÂbanyak tanpa melalui musyaÂwaÂrah mufakat. Misalnya saja UnÂdang-undang Pilpres, Undang-undang Pilkada dan lain-lain, peÂnetapan Undang-undang semua menabrak sila keempat.
Sila kelima semakin jauh diraÂsakan oleh rakyat. Undang-unÂdang maupun kebijakan tidak meÂmihak kepada rakyat banyak. Undang-undang yang ditetapÂkan, baik itu UU Migas, UU MiÂnerba dan Undang-undang yang lain saÂngat tidak berpihak kepaÂda keaÂdilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Apa manfatnya Pancasila sekarang ini?
Sangat penting sekali. PanÂcasila itu perlu diajarkan kembali melalui sekolah-sekolah, perguÂruaan tinggi dan seluruh lapisan masyarakat agar nasib bangsa tidak melenceng dari sila-sila dasar Pancasila.
Kenapa begitu?
Karena nasib bangsa ini sejak jaman VOC tahun 1602 – 1799, paÂda zaman Hindia Belanda ( pax neerlandica ) tahun 1800 - 1942, zaman Jepang thn 1942 - 1945, diÂhisap kekayaanya. Rakyat diÂtindas dan menderita karena kita belum mempunyai Pancasila seÂbagai dasar perjuangan kita, jaÂngan sampai cita-cita proklamasi kemerdekaan 17-8-1945 yaitu memerdekakan diri dengan ideoÂlogi Pancasila untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makÂmur, tidak tercapai.
Apa yang membuat kemakÂmuran dan kesejahteraan tidak bisa dicapai?
Hal itu disebabkan karena keÂÂbodohan, kecerobohan dan keseÂrakahan pemimpin-peÂmimÂpin bangsa, sebab saat ini masih banyak rakyat Indonesia masih sengsara,banyak rakyat IndoÂnesia saat ini belum bisa meÂnikmati keadilan keÂmakÂmuran sesuai cita-cita PanÂcasila.
Jangan sampai rakyat merasaÂkan bahwa tidak ada perubahan signifikan saat ini bahwa rakyat teÂtap menderita yang menikmati keadilan dan kemakmuran itu adaÂlah pejabat-pejabat tinggi NeÂgara berikut keluarga, elite poÂÂlitik, peÂjabat pemerintah pusat dan daerah dan keluarga, penguÂÂÂÂsaÂha-penguÂsaha tertentu dan piÂhak-pihak asing (peruÂsaÂhaan-peruÂsaÂhaan asing) yang beÂrarti nasib bangÂsa tidak beÂrubah dari jaman VOC sampai dengan saat ini. [Harian Rakyat Merdeka]
Hal itu disebabkan karena keÂÂbodohan, kecerobohan dan keseÂrakahan pemimpin-peÂmimÂpin bangsa, sebab saat ini masih banyak rakyat Indonesia masih sengsara,banyak rakyat IndoÂnesia saat ini belum bisa meÂnikmati keadilan keÂmakÂmuran sesuai cita-cita PanÂcasila.
Jangan sampai rakyat merasaÂkan bahwa tidak ada perubahan signifikan saat ini bahwa rakyat teÂtap menderita yang menikmati keadilan dan kemakmuran itu adaÂlah pejabat-pejabat tinggi NeÂgara berikut keluarga, elite poÂÂlitik, peÂjabat pemerintah pusat dan daerah dan keluarga, penguÂÂÂÂsaÂha-penguÂsaha tertentu dan piÂhak-pihak asing (peruÂsaÂhaan-peruÂsaÂhaan asing) yang beÂrarti nasib bangÂsa tidak beÂrubah dari jaman VOC sampai dengan saat ini. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30