ilustrasi, BBM Subsidi
ilustrasi, BBM Subsidi
Anggota Komisi XI DPR Ecky Awal Mucharam mengaÂtakan, jika target pertumbuhan terÂkoreksi, sewajarnya konsumsi BBM bersubsidi juga berkurang.
“TaÂpi yang terjadi sebaliknya dan angÂkanya sangat besar. Berarti keÂbocorannya luar biasa sekitar Rp 30 triliun hingga Rp 38 triÂliÂun,†katanya di Jakarta, kemarin.
Perhitungannya, menurut Ecky, terletak pada APBN 2012 dengan target pertumbuhan ekoÂnomi 6,7 persen. PoÂsisi konsumsi BBM subÂÂsidi diperkirakan menÂcaÂpai 40 juta kiÂloliter (KL). Saat asumsi pertumÂbuhan diturunkan pada APBN Perubahan (APBNP) 2012 menÂjadi 6,5 persen, kuota BBM subÂsidi justru ditambah 4,04 juta KL.
Apalagi akhir tahun ini perÂtumÂbuhan ekonomi diperkirakan haÂnya 6,3 perÂsen, tapi kuota BBM berÂsubÂsidi lagi-lagi akan ditamÂbah 1,2 juta KL sehingga total menjadi 45,24 juta KL.
“Karena pertumbuhan ekonoÂmi tahun ini tidak mencapai 6,7 persen, konsumsi BBM bersubÂsidi sehaÂrusnya di bawah 40 juta kiloliter,†tutur Ecky.
Angka pertumbuhan ekonomi 6,3 perÂsen, lanjut dia, seharusnya konÂsumÂsi BBM bersubsidi haÂnya 37,6-38 juta KL. Ini artinya, keÂbocoran BBM bersubsidi taÂhun ini bisa mencapai 7,6 juta KL atau 16,8 persen.
“Itu perhitungan kasar dengan asumsi sederhana dan logika linear, tapi dari situ bisa diperÂkiÂrakan betapa besarnya kerugian neÂgara dari kebocoran BBM berÂsubsidi,†kata Ecky.
Anggota Komisi VII DPR Rofi’ Munawar mendesak pemeÂrintah menerapkan sistem moniÂtoring dan pengendalian BBM bersubsidi secara online di seÂluÂruh stasiun pengisian bahan baÂkar umum (SPBU) Pertamina. Hal ini diperlukan agar BBM berÂsubsidi dapat terkendali.
Menurut dia, sistem pengawaÂsan dan pengendalian BBM berÂsubsidi secara online dapat diÂakses secara realtime dan akurat di seluruh wilayah Indonesia.
“Pengendalian dan sistem moÂnitoring online harus sesuai deÂngan azas accountable dan good goverÂnance, yaitu tetap efisien dan tepat guna,†jelas Rofi’.
Selain itu, dia meminta Badan PeÂngatur Hulu Minyak dan Gas (BPH Migas) bersungguh-sungÂguh melakukan pengawasan seÂcara berkala dan konsisten terhaÂdap berbagai motif keboÂcoran serÂta penyelundupan BBM berÂsubsidi.
Menurut Rofi’, selama ini peÂmerintah berdalih bahwa kekuÂrangan BBM diakibatkan tingÂginya pertumbuhan kendaÂraan. Namun, penambahan kuota diÂukur dari kenaikan jumlah kenÂdaraan kurang tepat karena reaÂlitasnya pasti akan melewati kuoÂta setiap tahun.
Padahal, kata Rofi’, ada faktor lainnya yang penting seperti keÂgagalan mengendalikan kuota BBM subsidi. “Misalnya lemahÂnya penÂceÂgahan terhadap praktik penyelunÂdupan BBM dan lamÂbatnya konversi BBM ke gas,†tukasnya.
Sebelumnya, Menteri KeuaÂngan (Menkeu) Agus MartowarÂdojo juga geram dengan kegiatan penyelundupan BBM subsidi. Bahkan, dia menyebut ada sindiÂkat dan mafia yang melakukan penyelundupan bensin subsidi.
Wakil Kepala BPH Migas FahÂmy Harsandono mengatakan, piÂhaknya menyiapkan sistem komÂputerisasi memantau pereÂdaran BBM subsidi untuk 5.000 SPBU di Indonesia, supaya tidak ada penyelundupan atau penyeÂleÂwengan BBM subsidi.
“Komputerisasi sudah diujiÂcobakan di Kalimantan sekitar 100 SPBU. Tahun depan semua SPBU sudah dipastikan online, nanti ada control room di BPH Migas,†ungkap Fahmy.
Rencana komputerisasi ini baÂkal diterapkan untuk SPBU di seÂluruh Indonesia agar bisa diÂpasÂtikan pasokan-pasokan BBM subÂsidi dikirim ke pom bensin. Perbaikan distribusi BBM subÂsidi lewat sistem komputerisasi ini diÂlakukan BPH Migas bersaÂma PerÂtamina.
Pada periode Januari-Oktober 2012 ini, BPH Migas meneÂmuÂkan 511 kasus penyelewengan BBM subsidi dengan nilai Rp 15,21 miliar. Dari 511 kasus terÂsebut, 454 kasus masuk tahap penyidikan, 27 kasus tahap peÂnuntutan dan 30 kasus dalam persidangan.
Adapun bahan bukti yang diÂdapat adalah minyak tanah 215.875 liter, solar 1.282.724 liÂter, premium sebanyak 203.719 liter, solar kapal (MFO) 102.000 liter, minyak mentah 17.250 liter. Jadi total semuanya 1.821.568 liter. Sementara estimasi nominal minyak atau BBM yang diseÂlunÂdupkan adalah minyak tanah Rp 1,78 miliar, solar Rp 11,7 miliar dan premium Rp 1,72 miliar. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Senin, 08 Desember 2025 | 12:15
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09
Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01
Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47
Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26
Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19
Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12
Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24
Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24