Pemilihan yang diikuti 13 angÂgota Komnas HAM pada JuÂmat lalu itu dilakukan dengan sisÂtem voting. Hasilnya Otto memÂperoleh dukungan terbanyak: enam suara.
Senin kemarin, merupakan hari pertama Otto beraktifitas sebagai orang nomor satu di Komnas HAM. Lantas apa saja kegiatanÂnya? Yuk kita intip.
Waktu menunjukan pukul 08.15 WIB, pria berkumis lebat memasuki lobby masuk gedung Komnas HAM di Jalan LatuÂharÂhary Nomor 4A, Menteng, JaÂkarta Pusat. Pria ini membawa buku dan tumÂpuÂkan berkas di tangan kirinya. Di antara barang yang dibawahnya terselip sebuah CD lagu penyanyi remaja Afgan.
Tampilan pria ini sangat seÂderÂhana. Pakaian atasnya batik cokÂlat tangan panjang yang ujung baÂwahnya tidak dimasukan ke daÂlam. Dua pulpen dan kacamata baca terselip di kantong dan kanÂcing bajunya. Bawahnya celana panjang jeans warna hitam.
Sebelum melewati pintu masuk gedung Komnas HAM, ia sempat melirik dua mobil yang parkir paralel. Posisi parkir mobil itu persis di seberang pintu masuk.
Mobil pertama Toyota Fortuner abu-abu B 1860 RFS. Mobil lainnya Toyota Altis hitam B 1859 RFS. Kedua mobil untuk pimÂpinan di Komnas HAM. Khusus Fortuner disediakan untuk ketua.
Masuk ke dalam lobby langÂsung naik ke tangga. Ia sempat melepaskan senyum ke petugas keÂamanan dan dua wanita yang duduk di meja resepsionis.
Siapa dia? “Itu Pak Otto. Dia Ketua Komnas HAM baru yang terpilih hari Jumat kemarin. Dia menggantikan Pak Ifdhal Kasim ketua sebelumnya,†kata petugas keamanan yang duduk bersama dua staf resepsionis.
Sesampainya di lantai dua, Otto menuju ruangan yang ada di sebelah kanan. Letaknya dekat mulut tangga. Ruangan itu tak memiliki papan nama. BeÂgitupun dua ruangan yang ada di sebelahnya.
Ini ruangan kerjanya? “Bukan. Dulu ini ruangan kerja Pak NurÂkholis. Sekarang ruangan ini beÂlum berpenghuni. Saya cuma sanÂtai saja di sini, sebelum rapat paÂripurna nanti dimulai,†jelas Otto santai sambil membaca berkas yang dibawanya.
Nurkholis merupakan Wakil Ketua Komnas HAM Bidang Eksternal periode 2007-2012. Ia terÂpilih lagi untuk jadi komiÂsioÂner Komnas untuk periode kedua. SeÂkarang Nurkholis hanya angÂgota biasa setelah kalah di peÂmiÂlihan ketua Jumat lalu. Ia hanya dapat empat suara.
Lewat Keppres yang diterÂbiÂtÂkan 14 November 2012, Otto dan 12 anggota Komnas periode 2012-2017 sudah mulai bertugas seÂjak Jumat lalu. Tapi mereka haÂnya berkutat di ruang rapat paripurna.
“Karena belum ada kepenguÂruÂsan, maka kami belum punya kaÂntor. Ruangan kerja sebÂeÂlumÂnya masih nganggur. Siapa meÂnempati ruangan mana, itu diÂtentukan melalui rapat bukan pembagian,†terang Otto.
“Hari ini (Senin) pemÂbagian sub divisi kerja anggota seÂkaÂligus ruangan kerja akan diÂbaÂhas. Mudah-mudahan selesai,†jelasnya.
Setelah setengah jam duduk sanÂtai di ruangan kerja bekas NurÂkholis, Otto bergegas naik ke lantai tiga. Ruang rapat paripurna terletak di lantai ini.
Kata dia, selain membahas pembagian tugas, mereka akan melakukan serah terima jabatan (sertijab) dari komisioner terdaÂhulu. Dilanjutkan dengan peÂmaÂparan dari para bekas komisioner tentang masalah internal dan eksÂternal Komnas HAM.
“Pemaparan dari para komiÂsioÂner sebelumnya akan dijadikan pijakan kami bekerja keÂdeÂpannya. Sebab, kami akan tetap melanjutkan tugas komisioner seÂbelumnya yang tidak sempat seÂlesai,†tutur Otto.
Rapat pun dimulai. Otto selaku ketua mengambil posisi sebagai pimpinan sidang. Dua wakilnya, Muhammad Nurkhoiron dan Sandrayati Moniaga mengapit di kiri dan kanan.
Delapan jam sudah sidang paÂriÂpurna itu digelar. Satu per satu para komisioner keluar meningÂgaÂlkan ruang rapat. Otto keluar paling belakang.
Dia tidak langsung turun ke lanÂtai dasar untuk pulang ke keÂdiaÂmannya di daerah Bintaro, JaÂkarta Selatan. Bekas pendiri LSM Imparsial itu menuju lantai 2 untuk bersantai di ruangan kerja sebelumnya.
“Saya dan beberapa pengurus memang biasa bersantai di ruang kerja milik Pak Nur ini. Tapi muÂlai besok, sepertinya sebagian pengurus sudah mulai menempati ruangannya masing-masing,†terangnya sambil merebahkan badan di sofa.
Kata dia, pada rapat tadi semua anggota sudah mendapatkan ruaÂngan kerja masing-masing. TingÂgal dirinya dan dua wakil ketua yang belum diputuskan meÂnemÂpati ruangan kerja yang mana.
“Komisioner sekarang jumÂlahÂnya ada 13, lebih banyak dari sebelumnya. Karena lebih banyak, maka ruangannya pun harus ditambah. Makanya pembagian ruangan dibagi saat rapat,†terangnya.
“Kalau untuk ruangan pimpinan tetap sama, yakni tiga ruangan yang sudah ada. Tapi apakah saya akan tempati bekas Pak Ifdhal dulu, itu mau dibiÂcaÂraÂkan dengan pimpinan lain bersama Sekjen Komnas HAM,†tambahnya.
Ukuran dan modelnya ketiga ruaÂngan itu sama. “Saya tidak maÂsalah mau dikasih yang mana. Toh sama saja, yang penting kami bisa bekerja dengan baik,†ujar Otto.
Bagaimana dengan kendaraan operasional? “Itu juga belum daÂpat. Biasanya kalau sudah berÂtemu Sekjen Komnas HAM, baru diberikan. Selama ini saya masih pakai kendaraan pribadi,†ungÂkapnya.
“Kami Lembaga Negara Bukan LSM Negaraâ€
Siapa sebenarnya Otto Nur Abdullah yang kini jadi Ketua Komnas Ham? Pria kelahiran Yogyakarta, 14 Oktober 1959 ini dikenal sebagai aktivis dan penulis buku.
Di buku yang ditulisnya, dia memakai nama Otto SyamÂsudÂdin Ishak. Bukunya menyoroti persoalan HAM di negeri ini. Di antaranya, Aceh Merdeka dalam Perdebatan, Tragedi PemÂbanÂtaiÂan di Idi Cut, Suara dari Poso, dan Dari Maaf ke Panik Aceh, Sang Martir, Tgk. BanÂtaÂqiyah, Bandar Sagoe.
Otto menempuh pendidikan mulai SD sampai SMA di Aceh yang banyak terjadi pelangÂgaÂran HAM saat ditetapkan seÂbaÂgai Daerah Operasi Militer (DOM). Ia kemudian menÂdiÂriÂkan lembaga studi sosial CoÂrÂdoÂva dan kelompok diskusi kritis kaum muda di masa DOM.
Di provinsi yang pernah dilanda tsunami dahsyat ini, Otto juga mendirikan KoÂnÂsorÂsium Aceh Baru bersama lima NGO, yaitu Achehnese Civil Society Task Force (ACSTF), Aceh Institute (AI), Aceh JuÂdiÂcial Monitoring Institute (AJMI), People Crisis Center (PCC) dan Saree School.
Tak hanya jadi aktivis lokal, Otto mulai mengibarkan sayapÂnya ke tingkat nasional. BeÂrÂsama 18 tokoh seperti Todung Mulya Lubis, Wardah Hafidz, Munir, Otto mendirikan LSM Imparsial pada 2002 lalu.
Imparsial bergerak mengawasi dan menyelidiki pelanggaran HAM. “Tentunya pengalaman di Aceh sebagai daerah konflik dan di Imparsial bisa disinergiskan saat di Komnas HAM ini,†ujar Otto.
Jadi ketua Komnas HAM yang baru, pria berkumis lebat ini akan mengungkap beberapa kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Misalnya penemÂbaÂkan misterius (petrus) dan kasus pembantaian 1965.
“Saat ini kami sedang rapat memÂbaÂlas surat dari Kejaksaan Agung terkait kasus 65,†jelasnya.
Tak hanya itu, revisi Undang-Undang Komnas HAM juga dikebut untuk segera dibawa ke DPR. Alasannya, revisi itu penÂting untuk membuat Komnas HAM yang sekarang lebih berÂgigi.
“Kita ini lembaga negara lho, bukan LSM negara. KewenaÂngan kita bukan sekadar memÂberikan rekomendasi seperti LSM. Ada tindak lanjut atas reÂkoÂmendasi yang diatur daÂlam undang-undang,†tegasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22