Berita

Otto Nur Abdullah

On The Spot

Ketua Baru Komnas HAM Lirik Mobil Dinas Fortuner

Belum Punya Meja Kerja, Berkutat Di Ruang Rapat
RABU, 28 NOVEMBER 2012 | 09:40 WIB

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas) periode 2012-2017 sudah melakukan pemilihan ketua dan wakil ketua. Otto Nur Abdullah terpilih jadi ketua. Muhammad Nurkhoiron dan Sandrayati Moniaga, wakil ketua.

Pemilihan yang diikuti 13 ang­gota Komnas HAM pada Ju­mat lalu itu dilakukan dengan sis­tem voting. Hasilnya Otto mem­peroleh dukungan terbanyak: enam suara.

Senin kemarin, merupakan hari pertama Otto beraktifitas sebagai orang nomor satu di Komnas HAM. Lantas apa saja kegiatan­nya? Yuk kita intip.

Waktu menunjukan pukul 08.15 WIB, pria berkumis lebat memasuki lobby masuk gedung Komnas HAM di Jalan Latu­har­hary Nomor 4A, Menteng, Ja­karta Pusat. Pria ini membawa buku dan tum­pu­kan berkas di tangan kirinya. Di antara barang yang dibawahnya terselip sebuah CD lagu penyanyi remaja Afgan.

Tampilan pria ini sangat se­der­hana. Pakaian atasnya batik cok­lat tangan panjang yang ujung ba­wahnya tidak dimasukan ke da­lam. Dua pulpen dan kacamata baca terselip di kantong dan kan­cing bajunya. Bawahnya celana panjang jeans warna hitam.

Sebelum melewati pintu masuk gedung Komnas HAM, ia  sempat melirik dua mobil yang parkir paralel. Posisi parkir mobil itu persis di seberang pintu masuk.

Mobil pertama Toyota Fortuner abu-abu B 1860 RFS. Mobil lainnya Toyota Altis hitam B 1859 RFS. Kedua mobil untuk pim­pinan di Komnas HAM. Khusus Fortuner disediakan untuk ketua.

Masuk ke dalam lobby lang­sung naik ke tangga. Ia sempat melepaskan senyum ke petugas ke­amanan dan dua wanita yang duduk di meja resepsionis.

Siapa dia? “Itu Pak Otto. Dia Ketua Komnas HAM baru yang terpilih hari Jumat kemarin. Dia menggantikan Pak Ifdhal Kasim ketua sebelumnya,” kata petugas keamanan yang duduk bersama dua staf resepsionis.

Sesampainya di lantai dua, Otto menuju ruangan yang ada di sebelah kanan. Letaknya  dekat mulut tangga. Ruangan itu tak memiliki papan nama.  Be­gitupun dua ruangan yang ada di sebelahnya.

Ini ruangan kerjanya? “Bukan. Dulu ini ruangan kerja Pak Nur­kholis. Sekarang ruangan ini be­lum berpenghuni. Saya cuma san­tai saja di sini, sebelum rapat pa­ripurna nanti dimulai,” jelas Otto santai sambil membaca berkas yang dibawanya.

Nurkholis merupakan Wakil Ketua Komnas HAM Bidang Eksternal periode 2007-2012. Ia ter­pilih lagi untuk jadi komi­sio­ner Komnas untuk periode kedua. Se­karang Nurkholis hanya ang­gota biasa setelah kalah di pe­mi­lihan ketua Jumat lalu. Ia hanya dapat empat suara.

Lewat Keppres yang diter­bi­t­kan 14 November 2012, Otto dan 12 anggota Komnas periode 2012-2017 sudah mulai bertugas se­jak Jumat lalu. Tapi mereka ha­nya berkutat di ruang rapat paripurna.

“Karena belum ada kepengu­ru­san, maka kami belum punya ka­ntor. Ruangan kerja seb­e­lum­nya masih nganggur. Siapa me­nempati ruangan mana, itu di­tentukan melalui rapat bukan pembagian,” terang Otto.

“Hari ini (Senin) pem­bagian sub divisi kerja anggota se­ka­ligus ruangan kerja akan di­ba­has. Mudah-mudahan selesai,” jelasnya.

Setelah setengah jam duduk san­tai di ruangan kerja bekas Nur­kholis, Otto bergegas naik ke lantai tiga. Ruang rapat paripurna terletak di lantai ini.

Kata dia, selain membahas pembagian tugas, mereka akan melakukan serah terima jabatan (sertijab) dari komisioner terda­hulu. Dilanjutkan dengan pe­ma­paran dari para bekas komisioner tentang masalah internal dan eks­ternal Komnas HAM.

“Pemaparan dari para komi­sio­ner sebelumnya akan dijadikan pijakan kami bekerja ke­de­pannya. Sebab, kami akan tetap melanjutkan tugas komisioner se­belumnya yang tidak sempat se­lesai,” tutur Otto.

Rapat pun dimulai. Otto selaku ketua mengambil posisi sebagai pimpinan sidang. Dua wakilnya, Muhammad Nurkhoiron dan Sandrayati Moniaga mengapit di kiri dan kanan.

Delapan jam sudah sidang pa­ri­purna itu digelar. Satu per satu para komisioner keluar mening­ga­lkan ruang rapat. Otto keluar paling belakang.

Dia tidak langsung turun ke lan­tai dasar untuk pulang ke ke­dia­mannya di daerah Bintaro, Ja­karta Selatan. Bekas pendiri LSM Imparsial itu menuju lantai 2 untuk bersantai di ruangan kerja sebelumnya.

“Saya dan beberapa pengurus memang biasa bersantai di ruang kerja milik Pak Nur ini. Tapi mu­lai besok, sepertinya sebagian pengurus sudah mulai menempati ruangannya masing-masing,” terangnya sambil merebahkan badan di sofa.

Kata dia, pada rapat tadi semua anggota sudah mendapatkan rua­ngan kerja masing-masing. Ting­gal dirinya dan dua wakil ketua yang belum diputuskan me­nem­pati ruangan kerja yang mana.

“Komisioner sekarang jum­lah­nya ada 13, lebih banyak dari sebelumnya. Karena lebih banyak, maka ruangannya pun harus ditambah. Makanya pembagian ruangan dibagi saat rapat,” terangnya.

“Kalau untuk ruangan pimpinan tetap sama, yakni tiga ruangan yang sudah ada. Tapi apakah saya akan tempati bekas Pak Ifdhal dulu, itu mau dibi­ca­ra­kan dengan pimpinan lain bersama Sekjen Komnas HAM,” tambahnya.

Ukuran dan modelnya ketiga rua­ngan itu sama. “Saya tidak ma­salah mau dikasih yang mana. Toh sama saja, yang penting kami bisa bekerja dengan baik,” ujar Otto.

Bagaimana dengan kendaraan operasional? “Itu juga belum da­pat. Biasanya kalau sudah ber­temu Sekjen Komnas HAM, baru diberikan. Selama ini saya masih pakai kendaraan pribadi,” ung­kapnya.

“Kami Lembaga Negara Bukan LSM Negara”

Siapa sebenarnya Otto Nur Abdullah yang kini jadi  Ketua Komnas Ham? Pria kelahiran Yogyakarta, 14 Oktober 1959 ini dikenal sebagai aktivis dan penulis buku.

Di buku yang ditulisnya, dia memakai nama Otto Syam­sud­din Ishak. Bukunya menyoroti persoalan HAM di negeri ini. Di antaranya, Aceh Merdeka dalam Perdebatan, Tragedi Pem­ban­tai­an di Idi Cut, Suara dari Poso, dan Dari Maaf ke Panik Aceh, Sang Martir, Tgk. Ban­ta­qiyah, Bandar Sagoe.

Otto menempuh pendidikan mulai SD sampai SMA di Aceh yang banyak terjadi pelang­ga­ran HAM saat ditetapkan se­ba­gai Daerah Operasi Militer (DOM). Ia kemudian men­di­ri­kan lembaga studi sosial Co­r­do­va dan kelompok diskusi kritis kaum muda di masa DOM.

Di provinsi yang pernah dilanda tsunami dahsyat ini, Otto juga mendirikan Ko­n­sor­sium Aceh Baru bersama lima NGO, yaitu Achehnese Civil Society Task Force (ACSTF), Aceh Institute (AI), Aceh Ju­di­cial Monitoring Institute (AJMI), People Crisis Center (PCC) dan Saree School.

Tak hanya jadi aktivis lokal, Otto mulai mengibarkan sayap­nya ke tingkat nasional. Be­r­sama 18 tokoh seperti Todung Mulya Lubis, Wardah Hafidz, Munir, Otto mendirikan LSM Imparsial pada 2002 lalu.

Imparsial bergerak mengawasi dan menyelidiki pelanggaran HAM.  “Tentunya pengalaman di Aceh sebagai daerah konflik dan di Imparsial bisa disinergiskan saat di Komnas HAM ini,” ujar Otto.

Jadi ketua Komnas HAM yang baru, pria berkumis lebat ini akan mengungkap beberapa kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Misalnya penem­ba­kan misterius (petrus) dan kasus pembantaian 1965.

“Saat ini kami sedang rapat mem­ba­las surat dari Kejaksaan Agung terkait kasus 65,” jelasnya.

Tak hanya itu, revisi Undang-Undang Komnas HAM juga dikebut untuk segera dibawa ke DPR. Alasannya, revisi itu pen­ting untuk membuat Komnas HAM yang sekarang lebih ber­gigi.

“Kita ini lembaga negara lho, bukan LSM negara. Kewena­ngan kita bukan sekadar mem­berikan rekomendasi seperti LSM. Ada tindak lanjut atas re­ko­mendasi yang diatur da­lam undang-undang,” tegasnya.   [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya