Berita

Mak Yati

On The Spot

Ngutang Rp 1,5 Juta Untuk Bikin Bedeng

Mensos Janji Bangunkan Rumah Buat Mak Yati
MINGGU, 25 NOVEMBER 2012 | 08:50 WIB

.Matahari sudah condong ke barat. Suasana di dalam rumah bedeng itu sudah mulai gelap. Wanita setengah baya ini memasak air untuk bikin kopi. Menunggu air matang, dia memunguti kertas-kertas yang berserakan di dalam rumah berdinding tripleks itu.

“Bersih-bersih biar rumah kelihatan rapi,” kata Mak Yati. Kertas-kertas itu lalu dibuang di depan pintu rumahnya. Perem­puan yang mengenakan pakaian lusuh itu kembali ke dalam lalu duduk di atas tikar.

Sebelum Idul Adha, nama Mak Yati tak banyak dikenal. Hanya orang-orang di sekitar rumah bedengnya dan sesama pemulung saja yang tahu perempuan ini. Siapa sangka dia bisa berkurban dua ekor kambing.

Selama tiga tahun Mak Yati menabung uang hasil memungut sampah dan barang-barang bekas untuk dibelikan kambing kurban. Masyarakat pun terharu. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri sempat berkunjung ke rumah Mak Yati. Menteri asal PKS itu berjanji akan membangun rumah permanen untuk Mak Yati.

Mak Yati tinggal bersama suaminya Maman di rumah bedeng yang letaknya tak jauh dari Rumah Susun (Rusun) Tebet di Jalan Tebet Barat Raya. Tidak ada barang berharga di rumah berukuran 3x5 meter itu. Satu- satunya yang berharga hanya televisi 14 inci. Namun tu pun kondisinya rusak. “Sudah hampir setahun TV itu tidak menyala,” kata wanita berumur 55 tahun ini.

Berdiri di atas lahan hijau, ru­mah Mak Yati disekat menjadi dua. Ruangan di dekat pintu un­tuk menyimpan barang-barang rongsokan. Ruangan dalam untuk tidur sekaligus menerima tamu. Di sini adalah tikar untuk duduk-duduk. Alas tidur dari kasur tipis yang sudah kumal. Di pojok ada sebuah meja panjang untuk me­masak. Di atas meja yang terlihat kusam itu ditaruh kompor kecil dan panci.

Mak Yati mengaku telah ting­gal di rumah bedeng ini sejak tiga tahun lalu. Awalnya, di sini hanya ada lahan kosong yang penuh re­rumputan. Ia bersama suaminya lalu membersihkan ilalang yang tumbuh subur.

Setelah bersih, dia mulai mem­bangun tempat tinggal di sini. Rumah bedeng itu dibangun dari kayu dan tripleks.  “Beli (kayu dan tripleks)-nya nyicil. Setahun baru lunas,” katanya. Untuk mem­bangun tempat tinggal tak permanen ini Mak Yati mengaku menghabiskan Rp 1,5 juta.

Lama kelamaan dia mulai ku­rang nyaman tinggal di sini. Ia ingin secepatnya bisa mendiami ru­mah yang dijanjikan Menteri Sosial. “Saya ingin rumah itu bisa secepatnya dibangun. Nggak perlu bagus yang penting layak ditinggali,” harap wanita yang mengenakan kaos coklat tanpa lengan ini.

Menteri Sosial Salim Segaf Al Djufri pernah berjanji untuk mem­fasilitasi Mak Yati dan sua­minya me­miliki rumah permanen di kam­pung halamannya di Desa Gunung Sari, Kecamatan Purwo­sari, Ka­bupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Janji itu disampaikan saat ber­kunjung ke rumah Mak Yati, Minggu 28 Oktober lalu. “Belum ada kabarnya sampai sekarang. Mau dicariin lahan sama rumah­nya, dikasih modal buat dagang sama buka usaha,” kata Mak Yati.

Ia berharap rumah yang di­jan­jikan Mensos bisa dibangun pa­ling telat tahun depan atau se­be­lum ia berangkat haji. “Bila ren­cana itu terwujud, setelah pulang haji bisa langsung menempati ru­mah. Kalau masih tinggal di tem­pat ini kan nggak enak dan malu sama tetangga,” katanya. Setelah ramai pemberitaan me­ngenai Mak Yati yang berkurban dua ekor kambing, ada sejumlah do­natur yang berniat me­m­be­rang­kat­kannya naik haji.

Mak Yati menuturkan, staf Ke­menterian Sosial telah dua kali ber­kunjung ke rumahnya. “Sete­lah Pak Menteri datang ke sini, besoknya ada anak buahnya da­tang bilang tanya alamat ru­mah­nya di kampung. Tiga hari ke­mu­dian datang lagi bawa map. Ka­ta­nya diutus Pak Menteri, Saya disuruh tanda tangan dan diberi amplop,” ujarnya. Amplop itu ber­isi uang Rp 5 juta.

Ia berharap kejelasan dari Mensos apakah jadi dibuatkan ru­mah atau tidak. Sehingga ia  tidak terus berharap jika ternyata tawa­ran itu batal. “Cuma yang saya harap itu janji dari Pak Menteri untuk bantu sediain rumah. Saya mintanya di desa biar bisa usaha. Kalau di Jakarta kan bingung. Mau dagang di pinggir jalan nanti kena gusur, jadi pemulung kena tangkep petugas,” katanya.

Mak Yati mengaku sudah di Ja­karta sejak 1965. Kedatangannya ke ibu kota tak disengaja.  “Waktu itu, sehabis mencari rumput di la­dang saya tidur-tiduran di ger­bong kereta sapi. Tahu-tahu pas ba­ngun, kereta sudah ada di Stasiun Pasar Turi (Surabaya),” tuturnya.

Ia memilih tetap tinggal di ger­bong sampai kereta benar-benar berhenti. Ternyata kereta melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Ia tak ingat kereta itu berhenti di stasiun mana. “Yang penting saat tinggal di gerbong suasananya nyaman dan me­nye­nangkan. Jadi Mak ikut aja,” kata dia sambil tertawa.

Sampai di Jakarta, ia tidak tahu mau ke mana, dan tinggal di­mana. Sebab tak punya sanak sau­dara di sini. “Saya tidur di mana aja, di pasar, depan toko, stasiun. Di mana aja dah yang pen­ting bisa tidur nyaman dan ti­dak diganggu orang,” katanya.

Untuk bertahan hidup, dia me­mungut puntung rokok. Ke­mu­dian “naik kelas” jadi pemulung barang-barang bekas. Bertahun-tahun dia melakoni pekerjaan ini. Uangnya ditabung untuk ongkos pulang ke tanah kelahirannya.

Setelah 10 tahun tinggal di Ja­karta, akhirnya Mak Yati bisa pu­lang ke kampung halamannya di Pasuruan. “Kalau nggak salah tahun 1975 balik ke kampong. Waktu itu Mak tinggal di Vel­bak,” katanya.

Namun, karena hubungannya dengan keluarganya kurang har­monis, ia memutuskan kembali lagi mengadu nasib di ibu kota. “Habis dari kampung nggak lama, terus balik lagi ke Jakarta. Nggak betah di kampung, be­ran­tem terus sama saudara,” tuturnya.

Karena telah lama di Jakarta, ia tidak mengetahui persis berapa jumlah saudaranya yang masih tersisa. Apalagi sejak lahir dia sudah dititipkan orangtuanya kepada orang lain.

“Sejak lahir sudah dikasih ke orang. Umur lima tahun ditinggal meninggal sama ibu angkat. Setelah itu, balik ke orang tua kan­dung,” katanya.

Kepala Hubungan Masyarakat Kementerian Sosial Sapto Wa­luyo mengakui Menteri men­jan­jikan akan menyediakan rumah untuk Mak Yati. “Ya memang be­nar. Tapi tim dari Kemensos ma­sih melakukan kajian mengenai rumah itu,” katanya.

Tim Kemensos tengah mela­ku­kan survei di sejumlah tempat di Jakarta maupun Pasuruan, Jawa Timur daerah asal Mak Yati. Itu tentu butuh waktu, kata Sapto.

 â€œTim juga sudah ke Jawa Ti­mur untuk mengecek apakah ada kerabat dari Mak Yati di sana. Ka­rena KTP-nya ini nggak jelas. Tim dari dua direktorat sekaligus, yakni Direktorat Rehabilitasi Sosial dan Pemberdayaan Pe­de­sa­an,” ujarnya.

Mak Yati Patut Diteladani

Mensos Bangga Dan Terharu

Menteri Sosial Salim Segaf Al Djufri mengatakan, sifat Mak Yati dan Maman ini harus jadi teladan.

“Sifat kesetiakawanan so­sial dan tolong menolong ada pada dirinya. Kalau banyak masya­rakat yang seperti ini, tidak ada lagi anak terlantar ataupun warga yang tinggal di kolong jem­batan,” katanya.

Menurut Mensos, tindakan Mak Yati merupakan hal yang luar biasa. “Orangtua kita ini be­r­upaya menabung. Kejadian yang luar biasa. Ini memberikan con­toh kemiskinan juga bisa berbuat kebaikan. Di sini juga kita bisa melihat, kenapa ibu ini yang mis­kin, seorang pemulung, yang bekerja hingga jam 11 malam, bisa menabung untuk ber­kur­ban,” katanya.

Atas pengorbanannya yang tulus itu, Mensos akan meng­ha­diahi Mak Yati dan Maman se­buah rumah dan tanah serta pe­kerjaan yang layak. Mak Yati dan Maman pun bersedia kalau harus pulang kampung dan hidup de­ngan pekerjaan yang layak di sana.

Untuk itu, kata Salim, pihak­nya telah mengirim tim untuk mensurvei tempat kelahiran Yati di Pasuruan, Jawa Timur.

“Saya kirim tim ke sana untuk men­carikan tanah di daerah asal, agar yang bersangkutan memiliki tempat tinggal. Kami juga men­cari cara agar yang bersangkutan bisa memiliki pekerjaan yang layak untuk hidup yang lebih baik,” katanya.

“Ini Jalan Dari Yang Maha Kuasa”

Ketua Majelis Ulama Indo­nesia (MUI), Ma’ruf Amin me­ngatakan, banyaknya tawaran yang datang kepada Mak Yati se­perti diberangkatkan haji dan akan dibuatkan rumah oleh Ke­menterian Sosial setelah ber­kur­ban dua kambing. Menurut dia, ini merupakan pembuktian dan janji Tuhan kepada umatnya yang berbuat kebaikan.

“Kalau orang berbuat ke­ba­ji­kan nanti Allah akan me­nun­jukkan jalan keluar. Pemulung saja mau berkurban, itu artinya dia sangat tulus. Tentu Allah akan memberikan jalan,” katanya.

Ia mengatakan banyak ayat-ayat dalam Alquran yang m­e­nye­butkan bahwa setiap orang yang berbuat baik akan mendapatkan imbalan yang setimpal.

Menurutnya, seseorang yang dekat dengan Allah pasti doa me­reka akan dikabulkan. “Orang kalau beribadah kepada Allah, apa yang dimintanya ada yang langsung diberikan tetapi ada yang ditangguhkan untuk ke­bai­kan umatnya,” katanya.

Apa yang dialami Mak Yati, lanjut Ma’ruf,  merupakan salah satu bukti kebesaran Tuhan. Orang yang berusaha dan tulus, pasti akan dikabulkan doanya. “Ada yang langsung dikabulkan, ada yang setahun, dua tahun, se­puluh tahun. Itu semua ter­gan­tung kebaikan bagi orang itu,” katanya.

Nabung Tiga Tahun Emas Dijual, Dibelikan Dua Kambing Kurban

Hampir setiap tahun Mak Yati mendapat daging kurban saat Idul Adha. Dari sini tebersit niat untuk ikut berkurban.

Namun ini tidak mudah ka­rena penghasilannya sebagai pe­mulung tak menentu. Sedikit demi sedikit Mak Yati me­ngum­pulkan uang untuk berkurban.  “Saya kumpulkan uang sampai tiga tahun baru bisa beli kam­bing kurban,” katanya.

Saat mengutarakan niatnya hendak berkurban, Mak Yati sem­pat ditertawakan tetangga dan teman-temannya sesama pe­mulung. “Dibilang sudah pe­mulung, sudah tua, nggembel ngapain kurban,” katanya.

Tapi ia tidak bergeming. Ia te­tap menabung sedikit demi se­dikit. Akhirnya setelah memiliki cukup tabungan emas tahun ini Mak Yati bisa berkurban.

 â€œMereka pada bilang apa ti­dak sayang? Mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir ma­sak seumur hidup pernah kur­ban. Malu cuma nunggu da­ging kurban,” katanya.

Mak Yati menceritakan, un­tuk membeli kambing kurban ia bersama suaminya menyisihkan penghasilan sebagai pemu­lung. Setiap hari dia me­nyisihkan Rp 30 ribu. “Sebulan dapat Rp 900 ribu. Setelah di­potong buat bayar utang,  sisa se­banyak Rp 100 ribu dan di­belikan emas,” katanya.

Setelah tiga tahun, ia bisa mengumpulkan 10 gram emas. Logam mulia lalu dijual men­dekati Idul Adha. Dari hasil jual emas, Mak Yati mengantongi uang Rp 3,8 juta.

Dengan uang itu dia membeli dua ekor kambing. Harganya Rp 1 juta dan Rp 2 juta.  Se­dang­kan sisanya Rp 800 ribu un­tuk membayar utang.

“Yang penting keinginan untuk ber­kurban tercapai. Kalau nggak ada uang bisa dicari lagi,” katanya.  

Dengan menumpang bajaj, Mak Yati membawa sendiri dua kambing kurban untuk diserah­kan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Beberapa ja­maah masjid megah itu pun me­neteskan air mata haru.

Jamaah Haji Urunan Berangkatkan Mak Yati Ke Tanah Suci    

Setelah dijanjikan akan di­bangunkan rumah oleh Menteri Sosial, Mak Yati kembali men­dapat kabar gembira. Sejumlah jamaah haji akan mem­be­rangkat­kannya ke Tanah Suci agar bisa menunaikan rukun Islam kelima.

Mak Yati mengaku tak punya bakal bisa naik haji gratis ter­se­but. Menurut dia, hal ini me­rupakan rezeki dari Allah SWT.  Ia pun bersyukur.

“Ini seperti ketiban bulan. Nggak tahu kalau bakal kayak gini. Saya ditanya sama orang kok bisa kayak gitu mimpi apa? Saya jawab boro-boro mimpi, orang saya mau korban saja nggak pada tahu, niatnya saya ngomong cuma mau korban kam­bing saja,” jelasnya.

Mak Yati mengatakan do­na­tur yang berbaik hati mem­be­rang­katkan dia ke tanah itu sa­ngat terharu dengan kisahnya dan merasa simpati.

“Dari rombongan haji Radio Dalam patungan, jadi teman-teman Pak donatur itu di Mekah patungan karena simpati ke diri Mak Yati,” katanya.

Koordinator sumbangan untuk Mak Yati dari jamaah haji Maktour, Rainer Daulay me­nga­takan, niat untuk mem­be­rang­katkan haji pasangan pe­mulung ini datang begitu saja. Persisnya tak lama setelah dia mendengar dan memastikan kebenaran kisah Mak Yati.

“Waktu itu saya di Tanah Suci, hampir tak percaya. Sete­lah tahu kisah itu benar, saya langsung ajak teman-teman untuk memberangkatkan Mak Yati naik haji,” katanya.

Rencananya, para donator yang berjumlah 2 ribu orang  akan urunan untuk memberikan dua slot kesempatan naik haji. Satu slot untuk Mak Yati, dan satunya untuk Maman, suami­nya.  Apabila tak ada halangan, rencana ini akan direalisasikan pada tahun depan. Saat ini uang hasil urunan sudah terkumpul dan dirasa cukup.

“Kalau Mak Yati mau, ia ber­sama suami akan kami ber­ang­katkan haji pada tahun de­pan. Kami tergerak begitu saja, ini inisiatif bersama,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Kasus Korupsi PT Timah, Sandra Dewi Siap jadi Saksi Buat Suaminya di Depan Hakim

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05

Banjir Rendam 37 Gampong dan Ratusan Hektare Sawah di Aceh Utara

Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00

Perkuat SDM, PDIP-STIPAN kembali Teken MoU Kerja Sama Bidang Pendidikan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46

Soal Kementerian Haji, Gus Jazil: PKB Banyak Speknya!

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34

Pemerintah Harus Bangun Dialog Tripartit Bahas Kenaikan UMP 2025

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24

PWI Sumut Apresiasi Polisi Tangkap Pembakar Rumah Wartawan di Labuhanbatu

Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15

Kubu Masinton Pasaribu Berharap PTTUN Medan Tolak Gugatan KEDAN

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59

PKB Dapat Dua Kursi Menteri, Gus Jazil: Itu Haknya Pak Prabowo

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54

MUI Minta Tokoh Masyarakat dan Ulama Turun Tangan Berantas Judol

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43

Bertemu Presiden AIIB, Airlangga Minta Perluasan Dukungan Proyek Infrastruktur di Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22

Selengkapnya