“Bersih-bersih biar rumah kelihatan rapi,†kata Mak Yati. Kertas-kertas itu lalu dibuang di depan pintu rumahnya. PeremÂpuan yang mengenakan pakaian lusuh itu kembali ke dalam lalu duduk di atas tikar.
Sebelum Idul Adha, nama Mak Yati tak banyak dikenal. Hanya orang-orang di sekitar rumah bedengnya dan sesama pemulung saja yang tahu perempuan ini. Siapa sangka dia bisa berkurban dua ekor kambing.
Selama tiga tahun Mak Yati menabung uang hasil memungut sampah dan barang-barang bekas untuk dibelikan kambing kurban. Masyarakat pun terharu. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri sempat berkunjung ke rumah Mak Yati. Menteri asal PKS itu berjanji akan membangun rumah permanen untuk Mak Yati.
Mak Yati tinggal bersama suaminya Maman di rumah bedeng yang letaknya tak jauh dari Rumah Susun (Rusun) Tebet di Jalan Tebet Barat Raya. Tidak ada barang berharga di rumah berukuran 3x5 meter itu. Satu- satunya yang berharga hanya televisi 14 inci. Namun tu pun kondisinya rusak. “Sudah hampir setahun TV itu tidak menyala,†kata wanita berumur 55 tahun ini.
Berdiri di atas lahan hijau, ruÂmah Mak Yati disekat menjadi dua. Ruangan di dekat pintu unÂtuk menyimpan barang-barang rongsokan. Ruangan dalam untuk tidur sekaligus menerima tamu. Di sini adalah tikar untuk duduk-duduk. Alas tidur dari kasur tipis yang sudah kumal. Di pojok ada sebuah meja panjang untuk meÂmasak. Di atas meja yang terlihat kusam itu ditaruh kompor kecil dan panci.
Mak Yati mengaku telah tingÂgal di rumah bedeng ini sejak tiga tahun lalu. Awalnya, di sini hanya ada lahan kosong yang penuh reÂrumputan. Ia bersama suaminya lalu membersihkan ilalang yang tumbuh subur.
Setelah bersih, dia mulai memÂbangun tempat tinggal di sini. Rumah bedeng itu dibangun dari kayu dan tripleks. “Beli (kayu dan tripleks)-nya nyicil. Setahun baru lunas,†katanya. Untuk memÂbangun tempat tinggal tak permanen ini Mak Yati mengaku menghabiskan Rp 1,5 juta.
Lama kelamaan dia mulai kuÂrang nyaman tinggal di sini. Ia ingin secepatnya bisa mendiami ruÂmah yang dijanjikan Menteri Sosial. “Saya ingin rumah itu bisa secepatnya dibangun. Nggak perlu bagus yang penting layak ditinggali,†harap wanita yang mengenakan kaos coklat tanpa lengan ini.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Djufri pernah berjanji untuk memÂfasilitasi Mak Yati dan suaÂminya meÂmiliki rumah permanen di kamÂpung halamannya di Desa Gunung Sari, Kecamatan PurwoÂsari, KaÂbupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Janji itu disampaikan saat berÂkunjung ke rumah Mak Yati, Minggu 28 Oktober lalu. “Belum ada kabarnya sampai sekarang. Mau dicariin lahan sama rumahÂnya, dikasih modal buat dagang sama buka usaha,†kata Mak Yati.
Ia berharap rumah yang diÂjanÂjikan Mensos bisa dibangun paÂling telat tahun depan atau seÂbeÂlum ia berangkat haji. “Bila renÂcana itu terwujud, setelah pulang haji bisa langsung menempati ruÂmah. Kalau masih tinggal di temÂpat ini kan nggak enak dan malu sama tetangga,†katanya. Setelah ramai pemberitaan meÂngenai Mak Yati yang berkurban dua ekor kambing, ada sejumlah doÂnatur yang berniat meÂmÂbeÂrangÂkatÂkannya naik haji.
Mak Yati menuturkan, staf KeÂmenterian Sosial telah dua kali berÂkunjung ke rumahnya. “SeteÂlah Pak Menteri datang ke sini, besoknya ada anak buahnya daÂtang bilang tanya alamat ruÂmahÂnya di kampung. Tiga hari keÂmuÂdian datang lagi bawa map. KaÂtaÂnya diutus Pak Menteri, Saya disuruh tanda tangan dan diberi amplop,†ujarnya. Amplop itu berÂisi uang Rp 5 juta.
Ia berharap kejelasan dari Mensos apakah jadi dibuatkan ruÂmah atau tidak. Sehingga ia tidak terus berharap jika ternyata tawaÂran itu batal. “Cuma yang saya harap itu janji dari Pak Menteri untuk bantu sediain rumah. Saya mintanya di desa biar bisa usaha. Kalau di Jakarta kan bingung. Mau dagang di pinggir jalan nanti kena gusur, jadi pemulung kena tangkep petugas,†katanya.
Mak Yati mengaku sudah di JaÂkarta sejak 1965. Kedatangannya ke ibu kota tak disengaja. “Waktu itu, sehabis mencari rumput di laÂdang saya tidur-tiduran di gerÂbong kereta sapi. Tahu-tahu pas baÂngun, kereta sudah ada di Stasiun Pasar Turi (Surabaya),†tuturnya.
Ia memilih tetap tinggal di gerÂbong sampai kereta benar-benar berhenti. Ternyata kereta melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Ia tak ingat kereta itu berhenti di stasiun mana. “Yang penting saat tinggal di gerbong suasananya nyaman dan meÂnyeÂnangkan. Jadi Mak ikut aja,†kata dia sambil tertawa.
Sampai di Jakarta, ia tidak tahu mau ke mana, dan tinggal diÂmana. Sebab tak punya sanak sauÂdara di sini. “Saya tidur di mana aja, di pasar, depan toko, stasiun. Di mana aja dah yang penÂting bisa tidur nyaman dan tiÂdak diganggu orang,†katanya.
Untuk bertahan hidup, dia meÂmungut puntung rokok. KeÂmuÂdian “naik kelas†jadi pemulung barang-barang bekas. Bertahun-tahun dia melakoni pekerjaan ini. Uangnya ditabung untuk ongkos pulang ke tanah kelahirannya.
Setelah 10 tahun tinggal di JaÂkarta, akhirnya Mak Yati bisa puÂlang ke kampung halamannya di Pasuruan. “Kalau nggak salah tahun 1975 balik ke kampong. Waktu itu Mak tinggal di VelÂbak,†katanya.
Namun, karena hubungannya dengan keluarganya kurang harÂmonis, ia memutuskan kembali lagi mengadu nasib di ibu kota. “Habis dari kampung nggak lama, terus balik lagi ke Jakarta. Nggak betah di kampung, beÂranÂtem terus sama saudara,†tuturnya.
Karena telah lama di Jakarta, ia tidak mengetahui persis berapa jumlah saudaranya yang masih tersisa. Apalagi sejak lahir dia sudah dititipkan orangtuanya kepada orang lain.
“Sejak lahir sudah dikasih ke orang. Umur lima tahun ditinggal meninggal sama ibu angkat. Setelah itu, balik ke orang tua kanÂdung,†katanya.
Kepala Hubungan Masyarakat Kementerian Sosial Sapto WaÂluyo mengakui Menteri menÂjanÂjikan akan menyediakan rumah untuk Mak Yati. “Ya memang beÂnar. Tapi tim dari Kemensos maÂsih melakukan kajian mengenai rumah itu,†katanya.
Tim Kemensos tengah melaÂkuÂkan survei di sejumlah tempat di Jakarta maupun Pasuruan, Jawa Timur daerah asal Mak Yati. Itu tentu butuh waktu, kata Sapto.
“Tim juga sudah ke Jawa TiÂmur untuk mengecek apakah ada kerabat dari Mak Yati di sana. KaÂrena KTP-nya ini nggak jelas. Tim dari dua direktorat sekaligus, yakni Direktorat Rehabilitasi Sosial dan Pemberdayaan PeÂdeÂsaÂan,†ujarnya.
Mak Yati Patut Diteladani
Mensos Bangga Dan Terharu
Menteri Sosial Salim Segaf Al Djufri mengatakan, sifat Mak Yati dan Maman ini harus jadi teladan.
“Sifat kesetiakawanan soÂsial dan tolong menolong ada pada dirinya. Kalau banyak masyaÂrakat yang seperti ini, tidak ada lagi anak terlantar ataupun warga yang tinggal di kolong jemÂbatan,†katanya.
Menurut Mensos, tindakan Mak Yati merupakan hal yang luar biasa. “Orangtua kita ini beÂrÂupaya menabung. Kejadian yang luar biasa. Ini memberikan conÂtoh kemiskinan juga bisa berbuat kebaikan. Di sini juga kita bisa melihat, kenapa ibu ini yang misÂkin, seorang pemulung, yang bekerja hingga jam 11 malam, bisa menabung untuk berÂkurÂban,†katanya.
Atas pengorbanannya yang tulus itu, Mensos akan mengÂhaÂdiahi Mak Yati dan Maman seÂbuah rumah dan tanah serta peÂkerjaan yang layak. Mak Yati dan Maman pun bersedia kalau harus pulang kampung dan hidup deÂngan pekerjaan yang layak di sana.
Untuk itu, kata Salim, pihakÂnya telah mengirim tim untuk mensurvei tempat kelahiran Yati di Pasuruan, Jawa Timur.
“Saya kirim tim ke sana untuk menÂcarikan tanah di daerah asal, agar yang bersangkutan memiliki tempat tinggal. Kami juga menÂcari cara agar yang bersangkutan bisa memiliki pekerjaan yang layak untuk hidup yang lebih baik,†katanya.
“Ini Jalan Dari Yang Maha Kuasaâ€
Ketua Majelis Ulama IndoÂnesia (MUI), Ma’ruf Amin meÂngatakan, banyaknya tawaran yang datang kepada Mak Yati seÂperti diberangkatkan haji dan akan dibuatkan rumah oleh KeÂmenterian Sosial setelah berÂkurÂban dua kambing. Menurut dia, ini merupakan pembuktian dan janji Tuhan kepada umatnya yang berbuat kebaikan.
“Kalau orang berbuat keÂbaÂjiÂkan nanti Allah akan meÂnunÂjukkan jalan keluar. Pemulung saja mau berkurban, itu artinya dia sangat tulus. Tentu Allah akan memberikan jalan,†katanya.
Ia mengatakan banyak ayat-ayat dalam Alquran yang mÂeÂnyeÂbutkan bahwa setiap orang yang berbuat baik akan mendapatkan imbalan yang setimpal.
Menurutnya, seseorang yang dekat dengan Allah pasti doa meÂreka akan dikabulkan. “Orang kalau beribadah kepada Allah, apa yang dimintanya ada yang langsung diberikan tetapi ada yang ditangguhkan untuk keÂbaiÂkan umatnya,†katanya.
Apa yang dialami Mak Yati, lanjut Ma’ruf, merupakan salah satu bukti kebesaran Tuhan. Orang yang berusaha dan tulus, pasti akan dikabulkan doanya. “Ada yang langsung dikabulkan, ada yang setahun, dua tahun, seÂpuluh tahun. Itu semua terÂganÂtung kebaikan bagi orang itu,†katanya.
Nabung Tiga Tahun Emas Dijual, Dibelikan Dua Kambing Kurban
Hampir setiap tahun Mak Yati mendapat daging kurban saat Idul Adha. Dari sini tebersit niat untuk ikut berkurban.
Namun ini tidak mudah kaÂrena penghasilannya sebagai peÂmulung tak menentu. Sedikit demi sedikit Mak Yati meÂngumÂpulkan uang untuk berkurban. “Saya kumpulkan uang sampai tiga tahun baru bisa beli kamÂbing kurban,†katanya.
Saat mengutarakan niatnya hendak berkurban, Mak Yati semÂpat ditertawakan tetangga dan teman-temannya sesama peÂmulung. “Dibilang sudah peÂmulung, sudah tua, nggembel ngapain kurban,†katanya.
Tapi ia tidak bergeming. Ia teÂtap menabung sedikit demi seÂdikit. Akhirnya setelah memiliki cukup tabungan emas tahun ini Mak Yati bisa berkurban.
“Mereka pada bilang apa tiÂdak sayang? Mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir maÂsak seumur hidup pernah kurÂban. Malu cuma nunggu daÂging kurban,†katanya.
Mak Yati menceritakan, unÂtuk membeli kambing kurban ia bersama suaminya menyisihkan penghasilan sebagai pemuÂlung. Setiap hari dia meÂnyisihkan Rp 30 ribu. “Sebulan dapat Rp 900 ribu. Setelah diÂpotong buat bayar utang, sisa seÂbanyak Rp 100 ribu dan diÂbelikan emas,†katanya.
Setelah tiga tahun, ia bisa mengumpulkan 10 gram emas. Logam mulia lalu dijual menÂdekati Idul Adha. Dari hasil jual emas, Mak Yati mengantongi uang Rp 3,8 juta.
Dengan uang itu dia membeli dua ekor kambing. Harganya Rp 1 juta dan Rp 2 juta. SeÂdangÂkan sisanya Rp 800 ribu unÂtuk membayar utang.
“Yang penting keinginan untuk berÂkurban tercapai. Kalau nggak ada uang bisa dicari lagi,†katanya.
Dengan menumpang bajaj, Mak Yati membawa sendiri dua kambing kurban untuk diserahÂkan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Beberapa jaÂmaah masjid megah itu pun meÂneteskan air mata haru.
Jamaah Haji Urunan Berangkatkan Mak Yati Ke Tanah Suci
Setelah dijanjikan akan diÂbangunkan rumah oleh Menteri Sosial, Mak Yati kembali menÂdapat kabar gembira. Sejumlah jamaah haji akan memÂbeÂrangkatÂkannya ke Tanah Suci agar bisa menunaikan rukun Islam kelima.
Mak Yati mengaku tak punya bakal bisa naik haji gratis terÂseÂbut. Menurut dia, hal ini meÂrupakan rezeki dari Allah SWT. Ia pun bersyukur.
“Ini seperti ketiban bulan. Nggak tahu kalau bakal kayak gini. Saya ditanya sama orang kok bisa kayak gitu mimpi apa? Saya jawab boro-boro mimpi, orang saya mau korban saja nggak pada tahu, niatnya saya ngomong cuma mau korban kamÂbing saja,†jelasnya.
Mak Yati mengatakan doÂnaÂtur yang berbaik hati memÂbeÂrangÂkatkan dia ke tanah itu saÂngat terharu dengan kisahnya dan merasa simpati.
“Dari rombongan haji Radio Dalam patungan, jadi teman-teman Pak donatur itu di Mekah patungan karena simpati ke diri Mak Yati,†katanya.
Koordinator sumbangan untuk Mak Yati dari jamaah haji Maktour, Rainer Daulay meÂngaÂtakan, niat untuk memÂbeÂrangÂkatkan haji pasangan peÂmulung ini datang begitu saja. Persisnya tak lama setelah dia mendengar dan memastikan kebenaran kisah Mak Yati.
“Waktu itu saya di Tanah Suci, hampir tak percaya. SeteÂlah tahu kisah itu benar, saya langsung ajak teman-teman untuk memberangkatkan Mak Yati naik haji,†katanya.
Rencananya, para donator yang berjumlah 2 ribu orang akan urunan untuk memberikan dua slot kesempatan naik haji. Satu slot untuk Mak Yati, dan satunya untuk Maman, suamiÂnya. Apabila tak ada halangan, rencana ini akan direalisasikan pada tahun depan. Saat ini uang hasil urunan sudah terkumpul dan dirasa cukup.
“Kalau Mak Yati mau, ia berÂsama suami akan kami berÂangÂkatkan haji pada tahun deÂpan. Kami tergerak begitu saja, ini inisiatif bersama,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22